You are on page 1of 35

Vulcanos

Deformation
Monitoring Using
InSAR
Pengamatan Deformasi Gunung Api dengan
InSAR

Lukman Jundi

Gunung Api

Macdonald (1972) menyatakan bahwa vo


is both the place or opening from which m
or gas, and generally both, issues from the
interior onto the surface, and the hill or mo
built up around the opening by accumulati
rock material

Gunung Api
Wilayah Indonesia terletak di pertemuan antara tiga buah
lempeng yaitu lempeng Eurasia, IndoAustralia dan Pasifik.
Hal inilah yang membuat Indonesia kaya akan gunung api
yang aktif.
Di Indonesia tercatat 129 gunung api, 13% dari seluruh
gunung api di dunia. Sampai saat ini sekitar 80 gunung
api dinyatakan berpotensi meletus.

Gunung Api
Fenomena letusan gunung berapi sulit untuk dideteksi,
hanya bisa dilihat dan diamati kecenderungan melalui
indikasi ilmiah (melalui perekaman seismograf) maupun
alami (perubahan keadaan flora dan fauna).
Letusan gunung berapi menyebabkan kerusakan besar
sehingga perlu dilakukan pemantauan agar kerugian yang
ditimbulkan
dapat
dikurangi.

Pemantauan Aktivitas Gunungapi

Gunung Api
Fenomena ini dapat menyebabkan terjadi gejala yang
biasa disebut dengan deformasi.
Deformasi merupakan suatu fenomena dimana objek objek alamiah maupun buatan manusia mengalami
perubahan bentuk dari kondisi
awalnya, biasanya terjadi perubahan posisi seperti naik,
turun dan bergeser.

Prasetyo,

Prasetyo,

Prasetyo,

Beberapa istilah dalam


pemrosesan
Data Single Look Complex (SLC)
Raw data yang diolah pada proses sebelumnya kemudian mengubah data
tersebut menjadi citra kompleks yang disebut Single Look Complex Image.

Interferrometry SAR Processing

Tahapan ini pada intinya yaitu membentuk citra interferogram dari


sepasang data SLC. Dua data SLC diambil pada daerah yang sama dengan
posisi satelit dan waktu pengamatan yang berbeda. Citra Interferogram
yang baik dapat dibentuk dari dua data SLC yang memiliki karakteristik
citra yang sama (berasal dari satelit yang sama), memiliki panjang
baseline yang tidak terlalu jauh serta arah sorot sensor (squint) yang kecil.
Ketiga parameter ini digunakan untuk mengetahui nilai korelasi antara
pasangan citra yang digunakan.

Beberapa istilah dalam


pemrosesan
Interferrogram

Citra ini masih dipengaruhi oleh efek kelengkungan bumi, efek


orbit satelit, efek topografi, efek noise dan efek deformasi

Differential InSAR Processing

Proses ini dilakukan untuk memisahkan efek deformasi pada citra


Interferrogram dari efek-efek lainnya (efek topografi, orbit satelit,
noise, dan kelengkungan bumi).

Keterbatasan InSAR
Penggunaan darirepeat passInSAR untuk studi deformasi secara umum
terkendala oleh dua faktor utama (Klees, R dan Massonet., 1998), yaitu:
Pengaruh atmosfer.
Penentuan perubahan permukaan bumi menggunakan teknologi InSAR
didasarkan atas asumsi bahwa propagansi sinyal radar terpengaruh didalam
atmosfer. Penundaan jalur (path delay) terjadi pada lapisan ionosfer dan
troposfer. Penundaan jalur ionosfer disebabkan oleh adanya variasi nilai total
elektron (Total Electron Content/TEC) sepanjang jalur dan gangguan
perjalanan ionosfer (Traveling Ionosphere Disturbances). Serta adanya
gangguan cuaca ekstrim pada lapisan troposfer juga akan mempengaruhi
hasil pencitraan InSAR. Akibat pengaruh atmosfer ini akan menimbulkan
artifak (bercak segitiga) pada inteferogram. Path Delay yang menyebabkan
terjadinya artifak terdiri atas dua komponen yaitu komponen kering (sekitar
2,3 m pada arah vertikal) dan komponen basah (kecil tapi intensitasnya tinggi)
disebabkan oleh bervariasinya kuat konsentrasi uap air secara spasial dan
temporal. Secara teknis, perubahan 20% kelembaban udara secara spasial
dan temporal akan menimbulkan kesalahan sekitar 10 cm pada citra
deformasi. Metode eliminasi pengaruh atmosfer adalah salah satunya dengan

Keterbatasan InSAR (2)


Permasalahan dekorelasi temporal.
Faktor utama dari keterbatasan metode repeat pass InSAR adalah perubahan
temporal kemampuan pantulan permukaan bumi diantara dua pengamatan
satelit radar yang disebut dekorelasi temporal. Hal ini terjadi karena terjadi
perubahan volume pemantulan area vegetasi khususnya di hutan, perubahan
vegetasi, variasi dari kelembaban tanah, pembekuan dan pencairan, aliran
lava dan perubahan oleh manusia. Untuk dekorelasi temporal tertinggi adalah
permukaan air dan terendah adalah gurun pasir atau padang savana dengan
tingkat vegetasi yang minimal

Keterbatasan InSAR (3)


Secara kualitatif diketahui bahwa penggunaan teknologi InSAR akan
lebih baik pada:
Gurun pasir dibandingkan hutan rimbun.
Kondisi kering dibandingkan basah.
Panjang gelombang radar lebih panjang daripada pendek.
Area pemukiman dengan pemantulan utuh (rumah dan batu)
dibanding pantulan sudut yang sulit berkorelasi.
Dekorelasi air yang tidak lebih 0,1 detik (yang berarti
teknologirepeat passInSAR tidak bisa diterapkan pada permukaan
laut).
Aktivitas pertanian manusia dibandingkan lahan pertanian individu.

CONTOH KASUS

DARI PAPER :
STUDI DEFORMASI GUNUNG MERAPI MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI
INTERFEROMETRY SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR)
ITS-Undergraduate-17709-Paper-610841

LOKASI PENELITIAN
Gunung Merapi terletak di Jawa Tengah dengan
ketingian 2.968 m (9.737kaki). Lokasinya
meliputi Klaten, Boyolali,
Magelang (Jawa Tengah) dan Sleman (DI
Yogyakarta). Gunung dengan koordinat
11032`30`` LS 110026`30`` BT (Sumber
:ESDM).

DATA DAN PERALATAN


Data :
1. Citra ALOS PALSAR (Advance Land Observing Satellite - Phased Array
type Lband Synthetic Aperture Radar) v1.0 dari perekaman sebelum
dan sesudah letusan yaitu data tanggal 16 Juni 2010, 16 September
2010 dan 1 November 2010.
2. DEM - SRTM (Digital Elevation Model Shuttle Radar Topographic
Missions) daerah Gunung Merapi.

DATA DAN PERALATAN


Alat (Software) :
1. PalsarProcessing
Pengolahan raw data ALOS PALSAR menjadi citra dengan format Single
Look Complex
2. PalsarFrings
Pengolahan citra dengan proses Interferromety SAR Processing dan
Differential InSAR Processing.
3. Phase Unwarp Tool
Membuat Ortho Image dan Ortho DEM yang selanjutnya digunakan
untuk proses geocoding.
4. ASF Map Ready Version 2.3
Membaca metadata dari citra ALOS PALSAR
5. ArcGis Version 9.3
Membuat tampilan peta hasil proses meng-estimasi besar deformasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pasangan Citra

Baselin
Squint
e (m)

Master

Slave

20100616

20100916

92

20100916

20101101

46

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pasangan Citra 20100616-20100916
Terjadi perubahan naiknya permukaan tanah antara 0 5,6 cm
berdasarkan bidang referensi pada SRTM. Besar perubahan muka
tanah pada pasangan citra ini adalah 4 cm keatas (naik).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pasangan Citra 20100616-20100916
Daerah berwarna kuning mengalami
perubahan muka tanah sebesar 4 cm
keatas.
Luas daerah tersebut adalah 1,400312
km2.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pasangan Citra 20100916-20101101
Terjadi perubahan warna mulai skala 0 5,9 pasangan citra ini tidak
terdapat informasi yang lebih mencolok mengenai perubahan muka
tanah. Perubahan ini terjadi merata di sekitar daerah Gunung
Merapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pasangan Citra 20100916-20101101
Daerah berwarna kuning mengalami
perubahan muka tanah sebesar 2 cm
keatas.
Luas daerah yang mengalami perubahan
yaitu
7,266904 km2 untuk Daerah 1 dan
57,443009
km2 untuk Daerah 2.

PERBANDINGAN
PERUBAHAN

Dalam penelitian ini diambil 3 sampel daerah untuk dibandingkan

PERBANDINGAN
PERUBAHAN

PERBANDINGAN
PERUBAHAN

PERBANDINGAN
PERUBAHAN

KESIMPULAN
Teknologi InSAR sangat potensial digunakan untuk mendapatkan
model deformasi gunung aktif dalam kurun waktu tertentu. Hasil
pengolahannya dipengaruhi oleh DEM yang digunakan, kualitas dan
korelasi data. Semakin banyak data yang digunakan dengan
kualitas dan korelasi yang baik, maka semakin teliti juga hasil
deformasi yang didapat.

You might also like