Professional Documents
Culture Documents
DEFISIENSI BESI
Kurnia Ade Putri
IDENTITAS
NAMA : Ny. S
Umur : 29 Tahun
Alamat : Sumbersari 1 Ngargoretno, Magelang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Pasien
mengaku
ini
bukan
kali
pertamanya
menolak.
Muntah
kehitaman
dan
BAB
kehitaman
RPD :
Riwayat keluhan yang sama
: (-)
Riwayat magh
: (+)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
RPK :
Riwayat keluarga menderita keluhan serupa
Riwayat Hipertensi
Riwayat DM
: (-)
: (-)
: (-)
Pemeriksaan Fisik
VITAL SIGN
TD : 110/70
N : 88 x/m
RR : 24 x/m
t : 36OC
Kepala
Mata: conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), penglihatan kabur (-/-)
Hidung: sekret (-), epistaksis (-)
Mulut: gusi berdarah (-), stomatitis angularis
(+)
Telinga: nyeri tekan mastoid (-), berdenging (-)
Tenggorokan: faring hiperemis (-) nyeri telan (-)
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid (-) pembesaran
limfonodi (-)
Paru (Depan)
Inspeksi:
Statis : simetris hemithorax kanan dan kiri
Dinamis : penggunaan otot bantu nafas/retraksi (-),
ketinggalan gerak (-)
Palpasi:
Pengembangan paru kanan kiri simetris
Vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi:
Sonor di kedua lapang paru
Ditemukan BPH di ICS VI linea midklavikularis dextra
Auskultasi: SDV +/+, Wheezing -/-
Paru (Belakang)
Inspeksi:
Statis : simetris kanan kiri (+), jejas (-)
Dinamis : ketinggalan gerak (-),
Palpasi:
Pengembangan paru kanan kiri simetris
Vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi:
Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: SDV +/+, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi:
ictus cordis terlihat pada ICS V medial linea midclavicula sinistra
Palpasi:
ictus cordis teraba pada ICS V medial linea midclavicula sinistra,
reguler
Perkusi:
Pinggang : SIC III Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: SIC V Linea Mid Clavicularis Sinistra
Auskultasi: bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat S3,
S4, maupun murmur.
Abdomen
Inspeksi: datar
Auskultasi: bising usus (+)
Perkusi: undulasi (-) shifting dullness (-)
Palpasi: supel (+), nyeri tekan epigastrik(+)
splenomegali (-), hepatomegali (-)
Ekstremitas
Koilonikia (-/-)
Akral hangat (+/+)
Pitting edem tungkai (-/-)
17-02-2016
Eosinofil (L)
0 (H)
SATUA
Basofil
PEMERIKSAAN
HASIL
Netrofil segmen
75
HEMATOLOGI
(H)
13
Hemoglobin
Limfosit (L)
12 (H)
JUMLAH SEL
Monosit
DARAH
8.0
Leukosit (H)
4.0
Eritrosit
21.3
Hematokrit
(L)
Angka Trombosit
361
FUNGSI HATI
53.1
103/uL
(L)
106/uL
CALCULATED
14.2
MCV
(L)
fL
103/uL
MCH
26.8
pg
(L)
g/dL
MCHC
FUNGSI GINJAL
SGOT
7.0
Ureum
16.0
mg/dL
SGPT
10.0
Kreatinin
0.40
mg/dL
GDS
93
Asam Urat
3.2
mg/dL
U/L
19-02-2016
20-02-2016
PEMERIKSAA
N
Retikulosit
Ferritin
HASIL
1. 7 (H)
1.7 (L)
TIBC
416.2
IRON
(H)
DIAMETER
0.3 (L)
SATUAN
0.5-1.50 HEMATOLOGI
%
Ng/L
Ug/L
g/L
Ng/L
SEL
RDW-CV
22.7 (H)
RDW-SD
52.4 (H)
P-LCR
18.6
PEMERIKSAAN
Scatered
Light
Hemoglobin
HASIL
10.4
JUMLAH SEL
(L)
DARAH
5.8
Leukosit
5.6
Eritrosit
35.6
Hematokrit
(L)
Angka Trombosit
361
63.6
SATUA
N
g/dL
103/uL
106/uL
%
103/uL
(L)
CALCULATED
18.6
MCV
(L)
fL
Jumlah
cukup,
granulasi
toksik
netrofil,
monositisis
Trombosit : Jumlah cukup
Kesan : Anemia Mikrositik Hipokromik
Reaktivasi netrofil dan monosit
Kesimpulan : Anemia Defisiensi Besi disertai proses
infeksi/inflamasi
Terapi
Non farmakologis
o
Tirah Baring
Farmakologis
o Infus NaCL : 20 tpm
o Inj. Kalnex 2x1 Amp (Tgl 18/02/2016 stop)
o Inj. Ranitidin 2x1 Amp (Tgl 18/02/2016 stop)
o Sulfas Ferrous 3x200 mg
o Vit. C 3 x 100 mg
o Transfusi PRC 4 kolf
Diagnosis
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Berdasarkan
obs.
Anemia
Mikrositik
Hipokromik :
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Sideroblastik
Anemia Akibat Penyakit Kronis
DIAGNOSIS KERJA
Anemia Defisiensi Besi et causa susp. inflamasi
Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
timbul akibat berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong
(depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin
berkurang.
Etiologi
Patognesis
Pica
Koilonikia
Stomatitis
Angularis
Pemeriksaan Lab
o
Hemoglobin (Hb) :
Indeks Eritrosit
Ht/AE
Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100
fl.
b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) :
Hb/AE
Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan
makrositik > 31 pg.
Pemeriksaan Lab
c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) :
Hb/Ht
Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%.
o Besi Serum (Serum Iron = SI) :
Kadar besi serum menurun < 50 mg/Dl
o TIBC :
Menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin thd besi. Meningkat
> 350 g/dl
o Feritin Serum :
Pada ADB, <12 g/l
Pemeriksaan Lab
o Red Cell Distribution Width (RDW) :
oTransferrin Saturation (Jenuh Transferin)
Rumus : Besi Serum / TIBC x 100 %
Merupakan indikator yang paling akurat dari
suplai besi ke sumsum tulang. Pada ADB, <15 %
o Pengecatan Besi sumsum tulang negatif
MCV 80 -95 fl
MCH 27-34
pg
MCV > 95 fl
Poikilositosis
Target Cell
Anisositosis
Pada anemia
mikrositik hipokromik
dapat ditemukan :
Anisositosis
Poikilositosis
Ring cell,
Cigar/pencil cell,
Target cell
Diagnosis
Diagnosis Laboratoris
Anemia hipokromik mikrositik pada apusan darah tepi atau
MCV <80% dan MCH <31% dengan salah satu dari :
a. Dua dari tiga parameter di bawah ini :
. Besi serum < 50 mg/dl
. TIBC > 350 mg/dl
. Saturasi transferin < 15%
b. Feritin serum <20mg/l, atau
c. Pengecatan sumsum tulang dengan Perls stain
menunjukkan cadangan besi negatif
d. Dengan pemberian sulfas ferous 3x200 mg/hari selama 4
minggu disertai kenaikan kadar hb > 2g/dl
Terapi
a.
Kausal
b.
Indikasi Transfusi
Indikasi Transfusi
Kesimpulan
Diagnosis Anemia Defisiensi Besi ditegakkan dari hasil :
Anamnesis :
Manifestasi Klinis Anemia (+) ( Lemah, Nyeri Kepala, mata
berkunang-kunang, berdebar-debar.
Pemeriksaan Fisik : Conjungtiva Anemis +/+
Diagnosis Laboratoris :
Hemoglobin : < 12 mg/dl (+) (Anemia) dan < 8 (Anemia Berat)
(+)
MDT : Anemia Mikrositik Hipokromik (+) atau,
MCV < 80fl dan MCHC <31% (+) ditambah dengan Besi
Serum <50mg/dl (+) dan TIBC > 350 (+) dan Ferritin <20
ng/L
Kesimpulan
DD Etiologi :
Intake Besi Rendah : jarang makan daging (+), sering minum
teh (inhibitor penyerapan Fe) (+)
Riwayat magh??
Saran :
Pemeriksaan penunjang lebih lanjut (colonoscopy, endoscopy,
USG, cek feses) untuk menentukan penyakit yang mendasari.