You are on page 1of 18

Assalamualaikum Wr.

Wb

Regional Anestesi
Kasus Karsinoma Sel Skuama
dengan tindakan amputasi

Regional Anesthesia
Anestesi Regional:

Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian


tubuh sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls
nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara
(reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau
seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.

Klasifikasi Status Fisik Pasien


Untuk mengurangi risiko dari tindakan anestesi, maka ASA membuat klasifikasi:
ASA I
Pasien normal sehat
ASA II
Pasien dengan penyakit sistemik ringan
ASA III
Pasien dengan penyakit sistemik berat.
ASA IV
Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam kehidupannya.
ASA V
Pasien yang nyaris meninggal dengan kemungkinan tidak dapat bertahan tanpa
tindakan pembedahan
ASA VI
Pasien yang telah dinyatakan mengalami kematian otak, organ-organnya telah
diambil untuk tujuan donor.

Kasus
Seorang pasien perempuan 19 tahun, datang ke Poli Bedah RSUD
Padang Sidimpuan diantar orang tuanya dengan keluhan adanya
benjolan di daerah lutut sebelah kanan yang membesar dialami Os
sejak 10 tahun yang lalu. Os mengaku sebelum muncul benjolan
tersebut, terdapat luka akibat terbentur dinding pada saat sedang
bermain. Luka semakin lama semakin membesar membentuk
benjolan yang tidak beraturan. Tungkai bawah bagian kanan
mengalami pengecilan dan mengakibatkan Os kesulitan dalam
berjalan.

Identitas Pasien

Nama

: Rayo Juwita

Jenis Kelamin

Umur

: 19 tahun

Pekerjaan

: Pelajar

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Tanggal lahir

: 01-07-1997

Tempat tinggal

: Muara Batang Toru

Masuk Rumah Sakit

: Perempuan

: 28-09-2016

Riwayat Penyakit Terdahulu

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Keadaan Sosial

Tanda Vital

: --: --: ---

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 81x /menit

Respirasi

: 20x /menit

Suhu

: 36,5oC

Kesadaran

: Compos mentis

Pemeriksaan Fisik

Extremitas

Atas: dalam batas normal.

Bawah: Asimetris, terdapat massa di kulit regio genu dextra,


dan bagian tungkai bawah hipotrofi (+)

Hasil Foto Rontgen:

Terlihat gambaran massa opaque berdiameter 5cm dan pinggiran iregular


pada regio genu dextra.

Perencanaan Anestesi
- Jenis anestesi

: Anestesi Regional

- Premedikasi

:-

- Adjuvan

: Pemberian Diazepam

- Teknik

: Anestesi Spinal

- Induksi

: Injeksi Bupivacaine Intratekal 20 mg

- Alat

: Spuit 3 cc, 5 cc

- Pengawasan

: Observasi tanda vital intra-operatif setiap 15


menit, kedalaman anestesi, cairan.

- Pascaoperasi

: Perawatan pascaoperasi di ruang pulih sadar.

Pelaksanaan Anestesi

Pre-Operatif

Pasien masuk ruang operasi pada pukul 09.40 WIB, sudah terpasang akses intravena. Dilakukan
pemasangan monitor bedside untuk mengevaluasi tekanan darah dan frekuensi nadi, serta
pemasangan pulse oxymetri untuk mengevaluasi SpO 2.

Pasien diberikan loading cairan berupa RL 5OO ml.

Pemberian diazepam 5 mg.

Operator menyiapkan alat-alat dan obat yang akan digunakan untuk melakukan anestesi
spinal. Alat-alat itu antara lain : handscoon, spuit injeksi, kapas betadine & alkohol, jarum
spina, dll.

Pasien dipersiapkan pada posisi duduk.

Menentukan tempat penyuntikan yaitu spinal.

Dilakukan induksi anestesia dengan melakukan injeksi Bupivacaine heavy 20 mg pada medula
spinalis setinggi L2 pada pukul 09.50 WIB.

Melakukan observasi vital sign dan saturasi O 2, didapatkan:

HR : 133 x/ menit
TD : 109x/ 55 mmHg
RR : 20x/ menit
SpO2

: 98%

Operasi dimulai pada pukul 09.55 WIB

Intra-operatif

Dilakukan pemantauan vital sign pada pasien setiap 15 menit,

Pada pukul 10:05 WIB:


HR: 123x/ menit
TD: 90/48 mmHg
RR: 20x/ menit
Tindakan: Dilakukan injeksi IV Ephedrin Hcl 10 mg
Hasil: Dilakukan pemeriksaan tekanan darah 5 menit kemudian, meningkat menjadi 100/50 mmHg.
Pukul 10:10 WIB, pasien mengalami mual
Tindakan: Dilakukan injeksi IV Ondansentron
Pukul 10:15, SpO2 menurun menjadi 85%
Tindakan: Pemberian suplementasi O2 kanul nasal sebesar 3 liter/ menit
Hasil: SpO2 meningkat menjadi 100%.

Pukul 10:20 WIB, pemantauan vital sign:


HR: 116x/ menit
TD: 109/62 mmHg
RR: 24x/ menit
Keterangan: Pasien dalam kondisi stabil.
Pukul 10:35 WIB, pemantauan vital sign:
HR: 114x/ menit
TD: 107/ 52 mmHg
RR: 20x/ menit
Keterangan: Pasien dalam kondisi stabil.
Pukul 10:55 WIB, pemantauan vital sign:
HR: 99x/ menit
TD: 104/ 48mmHg
RR: 18x/ menit
Keterangan: Pasien dalam kondisi stabil.
Operasi selesai pada pukul 11:00 WIB

Postoperatif
Instruksi di ruang pulih sadar :

Pengawasan keadaan umum dan tanda vital setiap


menit sampai dengan pasien sadar penuh.

Posisi kepala ditinggikan 30 .

Aldrete Skor : 9 (pasien dapat dipindahkan ke ruangan).

KESIMPULAN
Diagnosa
Status

preoperatif

operatif

: CUTANEUS SQUAMOUS
CELL CARSINOMA
: ASA 1

Jenis

operasi

: ABOVE KNEE
AMPUTATION

Jenis

anastesi

: REGIONAL ANESTHESIA
(SPINAL METHOD)

Diazepam

Bupivakaine

Menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang


disertai nistagmus dan bicara lambat, tetapi tidak
berefek analgesic. Juga tidak menimbulkan potensiasi
terhadap efek penghambat neuromuscular dan
efekanalgesik obat narkotik. Dosis induksi: 5-10 mg.
Inisiasi dan konduksi impuls saraf sehingga menurunkan
permebilitas membran neuron terhadap ion Na sehingga
menghambat depolarisasi impuls saraf. Dosis 5-20 mg.

Efedrin HCl

Menstimulasi reseptor alfa dan beta, Menghasilkan


relaksasi otot halus di bronkus dan gastrointestinal.
Menghasilkan
peningkatan
detak
jantung,
meningkatakn kardiak output, meningaktkan tekanan
darah. Menstimulasi cerebral cortex dan dilatasi pupil.
Dosis 5-25 mg.

Ondansentron

sebagai antagonis reseptor 5HT3 pada neuronneuron yang terdapat pada sistem syaraf pusat dan
sistem syaraf tepi. Dosis 8 32 mg.

Robert Hinkleys painting from 1882 depicts the from first ether anesthetic,
provided on October 16, 1846, inBoston, Massachusetts. William T. G. Morton
(left) is holding the globe inhaler, while the surgeon, John C. Warren, operates
on the patient, Edward Gilbert Abbott. (Courtesy of the Francis A. Countway
Library of Medicine, Boston Medical Library, Cambridge, MA.)

TERIMA KASIH

You might also like