You are on page 1of 20

Anak Berkelainan Fungsi

Anggota Tubuh ( Tuna


Daksa )
Kelompok : Empat ( 4 )
Di susun Oleh
:
Ali Akbar ( 5415117396 )
Alpri Pramadanatra ( 5415117407 )
Anggita Febriana PS (5415117390 )
Faruq Abdurrouf ( 5415117398 )
Hegi Hermawan ( 5415116449 )
Inayah Rohmaniyah ( 5415117403 )

Bagaimana tanggapan kalian dengan gambar dibawah ini ?

Semua Manusia adalah sama


Yang membeda bedakan adalah manusia itu
sendiri

Pendahuluan
Manusia pada umumnya berharap dilahirkan
dalam keadaan fisik yang normal dan
sempurna, akan tetapi tidak semua
manusia mendapatkan kesempurnaan
yang diinginkan karena adanya
keterbatasan fisik yang tidak dapat
dihindari seperti kecacatan atau kelainan
pada fisiknya yang disebut tunadaksa.
Dalam kamus bahasa Indonesia tunadaksa
merupakan cacat pada anggota tubuhnya
(Marhijanto, 1993).

Pengertian Tuna Daksa


Tunadaksa berasal dari kata tuna
yang berarti rugi atau kurang, dan
daksa" yang berarti tubuh.
Tunadaksa adalah anak yang
memiliki anggota tubuh tidak
sempurna, sedangkan istilah cacat
tubuh dan cacat fisik dimaksudkan
untuk menyebut anak cacat pada
anggota tubuhnya, bukan cacat
indranya.

Anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai


penyandang bentuk kelainan atau kecacatan
pada sistem otot, tulang dan persendian yang
dapat mengakibatkan gangguan koordinasi,
komunikasi, adaptasi, mobilisasi dan
gangguan perkembangan keutuhan pribadi.
Salah satu definisi mengenai anak tunadaksa
menyatakan bahwa anak tunadaksa adalah
anak penyandang cacat jasmani yang terlihat
pada kelainan bentuk tulang, otot, sendi
maupun saraf-sarafnya. Istilah tunadaksa
maksudnya sama dengan istilah yang
berkembang seperti cacat tubuh, tuna tubuh ,
tuna raga, cacat anggota badan, cacat
orthopedic, crippled, dan orthopedically
handicapped (Depdikbud, 1986:6)

Kondisi ketunadaksaan sering dikaitkan dengan


masalah ekonomi dapat dikelompokan
menjadi: (1) penderita tunadaksa hanya
memerlukan pertolongan dalam penempatan
pada pekerjaan yang cocok,
(2) penderita tunadaksa karena kelainannya
sehingga memerlukan latihan kerja
(vocational training) untuk dapat
ditempatkan dalam jabatan-jabatan biasa
(open employment),
(3) penderita tunadaksa setelah diberi
pertolongan rehabilitasi dan latihan-latihan
dapat dipekerjakan dengan perlindungan
khusus (sheltered employment),
(4) penderita tunadaksa yang sedemikian
beratnya sehingga memerlukan perawatan
secara terus-menerus dan tidak mungkin
dapat produktif.

Klasifikasi anak tuna daksa


Klasifikasi anak tuna daksa

anak tunadaksa
ortopedi (orthopedically
handicapped)

tunadaksa saraf
(neurologically
handicapped)

Anak tunadaksa ortopedi ialah anak tunadaksa


yang mengalami kelainan, kecacatan,
ketunaan tertentu pada bagian tulang, otot
tubuh, ataupun daerah persendian (Heward &
Orlansky, 1998), baik yang dibawa sejak lahir
(congenital) maupun yang diperoleh
kemudian (karena penyakit atau kecelakaan)
sehingga mengakibatkan terganggunya
fungsi tubuh secara normal.

Anak tunadaksa saraf (neurologically


handicapped), yaitu anak tunadaksa yang
mengalami kelainan akibat gangguan
pada susunan saraf diotak (Heward &
Orlansky, 1991). Otak sebagai pengontrol
tubuh memiliki sejumlah saraf yang
menjadi pengendali mekanisme tubuh
sehingga jika otak mengalami kelainan,
sesuatu akan terjadi pada organisme fisik,
emosi dan mental.

Karakteristik Anak Tuna Daksa


Karakteristik Akademik
Selain tingkat kecerdasan Pada umumnnya
tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang
mengalami kelainan pada sistem otot
dan rangka adalah normal sehingga
dapat mengikuti pelajaran sama dengan
anak normal, sedangkan anak tunadaksa
yang mengalami kelainan pada sistem
cerebral tingkat kecerdasannya
berentang mulai dari tingkat idiocy
sampai dengan gifted.

Karakteristik Sosial/Emosional
Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa
bermula dari konsep diri anak yang merasa
dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi
beban orang lain yang mengakibatkan
mereka malas belajar, bermain.
Kehadiran anak cacat yang tidak diterima
oleh orang tua dan disingkirkan dari
masyarakat akan merusak perkembangan
pribadi anak. Kegiatan jasmani yang tidak
dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat
mengakibatkan timbulnya problem emosi,
seperti mudah tersinggung, mudah marah,
rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu,
menyendiri, dan frustrasi.

Karakteristik Fisik / Kesehatan


Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa
biasanya selain mengalami cacat tubuh
adalah kecenderungan mengalami
gangguan lain, seperti sakit gigi,
berkurangnya daya pendengaran,
penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain.
Kelainan tambahan itu banyak ditemukan
pada anak tunadaksa sistem cerebral.
Gangguan bicara disebabkan oleh kelainan
motorik alat bicara (kaku atau lumpuh),
seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga
mengganggu pembentukan artikulasi yang
benar.

SEBELUM LAHIR (FASE PRENATAL)

Penyebab Tuna Daksa


Penyebab Tuna Daksa

SEBELUM LAHIR
(FASE PRENATAL)

FASE KELAHIRAN
(FASE
NATAL/PERINATAL)

SETELAH PROSES
KELAHIRAN
(FASE POST NATAL)

Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan


kerusakan pada anak sehingga menjadi tunadaksa.
Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak,
jaringan sumsum tulang belakang, serta pada sistem
musculus skeletal. Terdapat keragaman jenis
tunadaksa, dan masing-masing timbulnya kerusakan
yang berneda-beda. Dilihat dari waktu terjadinya,
kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelim lahir,
saat lahir, dan sesudah lahir.

SEBELUM LAHIR (FASE PRENATAL)


Kerusakan terjadi pada saat bayi masih
dalam kandungan disebabkan:
Infeksi atau penyakit yang menyerang
ketika ibu mengandung sehingga
menyerang otak bayi yang sedang
dikandungnya.
Kelainan kandungan yang menyebabkan
peredaran terganggu, tali pusar tertekan,
sehingga merusak pembentukan sarafsaraf di dalam otak.
Bayi dalam kandungan terkena radiasi
yang langsung mempengaruhi sistem
saraf pusat sehingga struktur maupun
fungsinya terganggu.

FASE KELAHIRAN (FASE NATAL/PERINATAL)


Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak
pada bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain:
Proseskelahiran yang terlalu lama karena tulang
pinggangnya yang kecil pada ibu sehingga bayi
mengalami kekurangan oksigen. Hal ini
kemudian menyebabkan terganggunya sistem
metabolisme dalam otak bayi sehingga jaringan
saraf pusat mengalami kerusakan.
Pemakaian anestesi yang melebihi ketantuan.
Ibu yang melahirkan karena operasi dan
menggunakan anestesi yang melebihi dosis
dapat mempengaruhi sistem persarafan otak
bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur
maupun fungsinya.

SETELAH PROSES KELAHIRAN (FASE


POST NATAL)
Fase setelah kelahiran adalah masa di
mana bayi mulai dilahirkansampai
masa perkembangan otak dianggap
selesai, yaitu pada usia lima tahun.
Hal-hal yang dapat menyebabakan
kecacatan setelah bayi lahir adalah:
Kecelakaan atau trauma kepala,
amputasi.
Infeksi penyakit yang menyerang otak.

TUJUAN PENDIDIKAN ANAK TUJUAN


PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA

Tujuan pendidikan anak tunadaksa


mengacu pada Peraturan Pemerintah No.
72 Tahun 1991 agar peserta didik mampu
mengembangkan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, budaya, dan
alam sekitar serta dapat
mengembangkan kemampuan dalam
dunia kerja atau mengikuti pendidikan
lanjutan

Connor (1975) dalam Musyafak Asyari


(1995) mengemukakan bahwa dalam
pendidikan anak tunadaksa perlu
dikembangkan 7 aspek yang diadaptasikan
sebagai berikut.
Pengembangan Intelektualdan Akademik
Membantu Perkembangan Fisik
Mempersiapkan Masa Depan Anak
Mematangkan Aspek Sosial
Mematangkan Moral dan Spiritual
Meningkatkan ekspresi diri
Meningkatkan Perkembangan Emosi dan
Penerimaan Diri Anak

TEMPAT PENDIDIKAN
Model layanan pendidikan yang sesuai dengan jenis,
derajat kelainan dan jumlah peserta didik diharapkan
akan memperlancar proses pendidikan. Anak tunadaksa
dapat mengikuti pendidikan pada tempat-tempat
berikut.

Sekolah Khusus Berasrama (Full-Time Residential School)


Sekolah Khusus tanpa Asrama (Special Day School)
Kelas Khusus Penuh (Full-Time Special Class)
Kelas Reguler dan Khusus (Part-Time Reguler Class and
Part-Time Special Class)
Kelas reguler Dibantu oleh Guru Khusus (Reguler Class
with Supportive Instructional Service)
Kelas Biasa dengan Layanan Konsultasi untuk Guru
Umum (Reguler Class Placement with Consulting Service
for Reguler Teachers)
Kelas Biasa (Reguler Class)

..TERIMA KASIH..

You might also like