Professional Documents
Culture Documents
Struktur Baja
Struktur Baja
Arch
Suspension
Cantilever
Tower
Skyscraper
Skyscraper
Pipeline
Dome
Dome
Sistem Struktur
Struktur Baja Bangunan Industri
Bentang 40 - 70 m
Bentang > 70 m
Rangka Batang Ruang
Sistem Struktur
Sistem Bracing Bangunan Industri
R n i Q i
Rn = Kekuatan nominal
Q = Beban nominal
= Faktor reduksi
kekuatan
Faktor Keamanan
=
=
=
=
=
=
1.4
1.2
1.2
1.2
0.9
0.9
D
D
D
D
D
D
+
+
+
+
+
1.6
1.3
1.0
1.3
1.0
L
W
E
W
E
Perencanaan Batang
Tarik
Nn = 0.90 Ag fy
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
Nn = 0.75 Ae fu
dimana :
Ag =
Ae =
fy =
fu =
Koefisien reduksi :
0.90 untuk kondisi batas leleh
0.75 untuk kondisi batas fraktur
fraktur lebih
getas/berbahaya d
Kondisi fraktur lebih getas/berbahayaKondisi
dan harus
lebih
dihindari
Penampang Efektif, Ae
Pada daerah sambungan terjadi perlemahan:
Shear lag => luas harus direduksi dengan koefisien U
Pelubangan => pengurangan luas sehingga yang
dipakai pada daerah ini adalah luas bersih An
Ae =
An U
Shear Lag
Tegangan tarik yang tidak merata pada daerah sambungan karena
adanya perubahan letak titik tangkap gaya P pada batang tarik :
Di tengah bentang:
Koefisien Reduksi
Penampang akibat Shear
Lag
Bagian plat siku vertikal memikul sebagian besar beban transfer dari baut.
Setelah melewati daerah transisi, pada jarak tertentu dari lokasi lubang baut, barulah
seluruh luas penampang dapat dianggap memikul tegangan tarik secara merata.
Daerah penampang siku vertikal mungkin dapat mencapai fraktur walaupun beban
tarik P belum mencapai harga Ag.fy.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisis kondisi batas fraktur digunakan
luas penampang efektif, Ae :
Ae =
A U
dimana :
U : koefisien reduksi
Koefisien Reduksi
Penampang
U: koefisien reduksi
U 1
0.9
x:
eksentrisitas sambungan
L:
u
u
: An Ag - n d t
P
2t
s
Potongan 1-2-3 : A n A g - n d t +
4u
s
dimana :
Ag
= luas penampang kotor
t
= tebal penampang
d
= diameter lubang
n
= banyaknya lubang
s
= jarak antara sumbu lubang pada sejajar sumbu komponen struktur
u
= jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sumbu
Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas penampang utuh .
P
I
: U = 1.0
: U = 0.87
: U = 0.75
dimana :
w : lebar plat (jarak antar garis las)
l : panjang las memanjang
Contoh:
A. Kuat Tarik Rencana
Sebuah batang tarik berupa pelat (2 x 15) cm disambungkan ke pelat
berukuran (2x30) cm dengan las memanjang sepanjang 20 cm pada
kedua sisinya, seperti terlihat pada gambar. Kedua plat yang
disambung terbuat dari bahan yang sama :
fy = 2400 kg/cm2, fu = 4000 kg/cm2.
Berapa beban rencana, Nu, yang dapat dipikul batang tarik ?
P
30 cm
15 cm
2 cm
2 cm
20 cm
Contoh:
A. Kuat Tarik Rencana
Jawab:
Karena kedua plat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, maka beban rencana
akan ditentukan oleh kuat tarik plat yang lebih kecil luas penampangnya, yaitu plat 2x15.
Kriteria disain :
Nu < Nn
Kekuatan pelat, Nn ditentukan dari kondisi batas leleh dan fraktur :
a. Plat leleh :
Nu = Nn = 0.9 fy Ag
= 0.9 (2400 kg/cm2) ( 2x15 cm2)
64.8 ton
b. Plat fraktur :
Nu = Nn = 0.75 fu Ae
dimana : A = Ag = 2 x 15 cm2 = 30 cm2
l/w = 20/15 = 1.33, jadi U diambil 0.75
Ae = A U = (30 cm2) (0.75) = 22.5 cm2
Nu
67.5 ton
Dari kedua nilai kuat rencana, Nu, yang menentukan adalah nilai yang lebih kecil.
Nu < 64.8 ton.
Contoh:
B. Disain Penampang
Gaya yang harus dipikul batang tarik sepanjang 10 meter, adalah :
Beban mati: Pd = 50 ton
Beban hidup: Pl = 40 ton.
Rencanakan penampang batang tarik yang terbuat dari penampang I dengan
fy = 2400 kg/cm2
fu = 4000 kg/cm2
dengan kombinasi beban:
1.4 Pd
1.2 Pd + 1.6 Pl
Jawab :
Menghitung Beban
Beban rencana terfaktor, Nu:
Nu1 = 1.4 Pd
Nu2 = 1.2 Pd + 1.6 Pl
Nu2 menentukan.
= 70 ton
= 124 ton
Contoh:
B. Disain Penampang
Menghitung Ag minimum :
1. Kondisi leleh:
Nu < fy Ag
Ag min =
2. Kondisi Fraktur :
An >
124 ton
0.9 24000 ton 2
Nu < fu Ae = fu An U
124 ton
0.75 400x100 ton 2 0.9
m
An > 45.93 cm2
57.41 cm2
Contoh:
B. Disain Penampang
Untuk batang - I disambung pada kedua sayapnya seperti pada gambar:
U = 0.90
untuk
Contoh:
B. Disain Penampang
Dari kedua kondisi batas di atas, diambil harga terbesar :
Ag min = 57.93 cm2
Menghitung i-min untuk syarat kelangsingan:
imin = L/240 = 1000/240 cm = 4.17 cm
Ambil : IWF 200.200.8.12
Cek :
b/h = 1
> 2/3
2
Ag = 63.53 cm > 57.93 cm2
iy = 5.02 cm
> 4.17
OK
OK
OK (sedikit lebih boros)
s
s
s2
s1
Mode kegagalan ditahan oleh penampang pada batas daerah yang diarsir:
tegangan tarik pada penampang tegak lurus sumbu batang
tegangan geser pada penampang sejajar sumbu batang
Perencanaan Batang
Tekan
Bahan:
Tegangan leleh
Tegangan sisa
Modulus elastisitas
Geometri:
Penampang
Panjang komponen
Kondisi batas:
Tercapainya batas kekuatan
Tercapainya batas kestabilan (kondisi tekuk)
c 0.85
N n Ag f cr Ag
fy
Ag f y
1 untuk c 0, 25
1 Lk
c
imin
fy
E
N n Ag f cr Ag
0,25 c 1,2
1,43
1,6 0,67c
200
150
100
50
0
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Kelangsingan, KL/r
1.67 f-ijin/w
fy/w
1.67 fa(ASD-AISC)
fy/w(LRFD-AISC)
200
Panjang Tekuk
dan Batas Kelangsingan
Lk kcl l
Lk
200
rmin
Berbagai nilai K
Tekuk Lokal
b / t r
Tekuk Lentur-Torsi
Penampang Majemuk
Komponen struktur yang terdiri dari beberapa elemen yang
dihubungkan pada tempat-tempat tertentu, kekuatannya harus
dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan.
Kelangsingan ideal
iy y2
kLx
ix
k .Lky
iy
m 2
l
2
x
1, 2
l
l 50
Nu
= 135 cm2
ix
= 18,6 cm
iy
= 7,04 cm
4m
Nu
45,45
i y 7,04
L k 320
17,2
i x 18,6
Dari rasio kelangsingan didapat tekuk terjadi pada arah sumbu y
b)
Menentukan c
1 Lk
iy
fy
E
1
(45,45)
0,511
250
200000
b
299
9,97
t
2 15
r
f r
250
15.81
fy
OK .
0, 25 c 1, 2 maka
1, 43
1,6 - 0, 67 c
1,137
fy
dapat digunakan
N n Ag
fy
1,137
2968,3 kN
e)
n Nu
(0,85) (2968.3)
Nu = 2523.0 kN
b)
Lk
L
300
50 atau imin k
6 cm
imin
50 50
1 Lk
imin
1
(50)
0, 563
fy
E
250
200.000
1.43
1.43
1, 6 - 0, 67 c 1, 6 - 0, 67 x0, 563
1,168
N u n . N n
n Ag f cr
Ag
Nu
n f cr
1600 x103
Ag
250
0,85
1,168
8795 mm 2 87, 95 cm 2
d)
b
250
250
8, 93; r =
15,81
t
2(14)
fy
f r
OK .
Lk
300
50
imin
6
Disini kebetulan asumsi dan hasil perhitungan kelangsingan berdasarkan penampang yang
dipilih sudah sama, sehingga besaran-besaran
c dan
N u Ag . f cr
Nu
Nu
1,168
2172, 5 kN
n . Nn
(0,85) (2172, 5)
1600 kN 1846, 6 kN
OK .
60 kN
1
30 kN
6m
30 kN
60
N u 1, 2
(120) 1, 6
55
60
(120) 188 kN
Lk
200, asumsi k 1, 0
imin
c)
imin
Lk
600
3
200 200
b
110
250
6,11; r =
15,81
t
18
fy
f r
OK .
h 328
665
w
23.43; r =
42.06
t
14
fy
w r
OK .
Lk
600
197.4
imin
3.04
1 Lk
imin
1
(197.4)
2,89
fy
E
400
200.000
0, 63 1
OK.
n N n 298, 0
Profil C40 memenuhi persyaratan dan ekonomis
Perencanaan Balok
(Elemen Lentur)
Batas kekuatan
lentur
Kapasitas momen
elastis
Kapasitas momen
plastis
Batas kekuatan
geser
yNA
y
y NA
E
Ey NA
M E y dA
Maka,
dA I
I
E I
y
E y y
My
I
M EI EI
Tentukan,
c ymax
max
Tentukan,
Mc
I
max
M
s
My
= yield momen
My SFy
Kondisi pada saat M = My :
My ydA
A
P dA
A
comp
Acomp
dA
tension
dA 0
Atension
comp Fy
tension Fy
P Fy
dA Fy dA 0
Acomp
Atension
Acomp Atension
Berarti, jika Fy nilainya sama untuk seluruh serat pada penampang, PNA dapat dicari
dengan mensyaratkan bahwa luas daerah di atas PNA harus sama dengan luas daerah
dibawah PNA (A1 = A2).
PNA
c.g
2. Jika lentur terjadi pada sumbu yang bukan sumbu simetri, maka PNA tidak berada
pada centroid.
Contoh : WT shape, strong axis bending
PNA (equal area axis)
c.g
Centroidal axis = NA untuk lentur
elastis
3. Jika baja dengan mutu yang berbeda digunakan untuk bagian-bagian penampang
maka PNA harus dicari dengan persyaratan keseimbangan.
P dA 0
A
Fy (+ atau - )
Mp y Fy dA 0
A
Mp Fy y dA
A
Maka,
Mp Z Fy
Untuk sebagian besar penampang balok, umumnya Z tidak perlu dihitung dengan
integrasi di atas. Penampang dapat dibagi menjadi bentuk-bentuk geometri sederhana,
dan integral dapat diganti dengan penjumlahan :
Z A1 yi
A1 Luas bagian ke-I penampang
y 1 Jarak dari PNA ke centroid Ai (selalu bernilai positif)
Penampang Balok
Persegi Empat Homogen
b
Fy
d/2
c.g
d/2
Centroidal axis = neutral axis untuk elastic dan inelastic
behavior (krn material dan penampnag simetri)
1 3
bd
12
Momen leleh
Curvature leleh
M EI
d
I bd 2
c
S
2
c
6
2
bd
: My S Fy
( Fy )
6
My 2 Fy
: y
EI
Ed
Ed 3b Ed 3b
P dA Pi
0
(asumsi NA benar)
8
8
A
Ed 2b d
Ed 2b d
M ydA yi Pi
( )
( )
8
3
8
3
A
bd 3
E
EI
12
M EI
Untuk daerah elastis
d
Pada saat leleh pertama :
max E Fy
2
2 Fy
y
Ed
1 d
d
My (b)( Fy )[ ] 2
2 2 3
gaya
bd 2
My
Fy
6
jarak
d/2
Fy
PNA
(asumsi)
d/2
d/4
NA
d/4
b(d/2)Fy
b(d/2)Fy
Fy
bd
d
Fy b Fy 0
2
2
d bd 2
bd
Mp yi Pi 2
Fy
Fy
2
4
4
gaya jatrak
P Pi
Z y NA dA yi Ai
d/2
y1=d/4
y1=d/4
d/2
A1 y1 A2 y 2
PNA
d d
d d
(b )( ) (b )( )
2 4
2 4
bd 2
Z
4
bd 2
Mp ZFy
Fy
Mp
My
v = 0.90
Vn = 0.6 fyw Aw
Batas kekuatan geser umumnya tidak menentukan, tetapi tetap harus dicek,
terutama jika terdapat lubang atau gaya terpusat pada plat badan