You are on page 1of 49

IMUNISASI

Dr. Isyanto SpA

Pendahuluan
IMUNISASI

Efektif

Upaya pencegahan
penyakit infeksi

Menyelamatkan 3 juta jiwa/tahun (10.000/hari)


Melindungi jutaan anak dari penyakit &
kecacatan menetap

Tujuan Imunisasi
Melindungi seseorang terhadap
penyakit tertentu (intermediate goal)

Menurunkan prevalensi penyakit


(mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit
(final goal / ultimate goal)

Faktor-faktor
yg perlu dipertimbangkan dalam
pemberian vaksin
Antibodi maternal & respons antibodi
Kekebalan komunitas (herd immunity)
Indikasi kontra
Jenis vaksin
Cara & dosis vaksin
Keadaan khusus
Bayi lahir kurang bulan
Imunokompromais (defisiensi imun)

Pengaruh antibodi maternal


Kadar
antibodi

1.Imunitas alami
2.Vaksinasi

Antibodi
maternal

Perbedaan individu

Ambang antibodi
pencegahan

Pengaruh antibodi
maternal pd imunisasi

6-7

9-12

Antibodi maternal
* disalurkan melalui plasenta ke bayi saat dalam kandungan
* akan menurun setelah bayi lahir
Imunitas bayi setelah lahir
* didapat dari alami atau melalui vaksinasi
* kadar antibodi harus lebih tinggi dari pada antibodi maternal

Umur (bulan)

Herd immunity
Vaksin hidup mencegah infeksi
Mencegah penyakit
Mencegah transmisi
penularan di masyarakat
Cakupan
imunisasi
> 80%

Herd immunity
(kekebalan komunitas)

Mengapa Jadwal Vaksinasi


harus diatur?
Mendapat respons

imun teratur
Keseragaman
Umur
Cara pemberian
Interval
Imunisasi ulangan
(booster)

Rantai vaksin
Safety injection
Pencacatan KIPI

Jenis-jenis Vaksin
Vaksin Virus

Vaksin Bakteri

Vaksin
Hidup

Vaksin
Inaktif

BCG

Difteria
Tetanus
Pertusis
Kolera

Campak
Parotitis OPV
Rubela
Yellow
Varisela
Fever

Meningo Influenza
Pneumo

Rabies
Hib
IPV
Hepatitis B
Typhoid Vi
Hepatitis A

BCG
Intra-kutan 0,1 ml, deltoid kanan
Umur 2-3 bulan, ulangan tidak dianjurkan
Bila diberikan pada umur >3 bulan lakukan

uji tuberkulin terlebih dahulu


Tidak diberikan pada imunokompromais
Manfaat BCG
Mencegah TB berat, daya lindung 42%

(WHO 50-78%)

Hepatitis
B Penularan

Infeksi VHB

Perinatal/vertikal: ibu ke bayi

saat lahir

70%-90% bayi yang terinfeksi

menjadi kariers 25%


diantaranya meninggal

Horizontal: bayi ke bayi/anak ke

dewasa
Parenteral, perkutan: unsafe
injection, transfusi darah
Sexual transmission

Bayi lahir dari ibu HbsAg


negatif atau tidak diketahui
HB-1 diberikan vaksin rekombinan HB
10 mg intramuskular, dalam waktu 12
jam setelah lahir
HB-2 diberikan umur 1 bulan dan
dosis ketiga umur 3-6 bulan
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya
diketahui ibu HbsAg-nya positif,
segera berikan 0,5 ml HBIG (dalam
waktu 1 minggu)

Bayi lahir dari ibu HBsAg positif

Dalam waktu 12 jam setelah lahir


diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin
rekombinan HB secara bersamaan
intramuskular di sisi tubuh yang
berlainan

HB-2 diberikan umur 1 bulan dan


dosis ketiga umur 3-6 bulan

Polio

Polio
(OPV=oral polio vaccine)

Polio saat lahir (disebut polio-0)


untuk mendapatkan cakupan yang
lebih tinggi
diberikan di RS/RB saat sebelum
pulang
Eradikasi polio 2006? 2008?
Cakupan imunisasi rutin harus tetap
tinggi
Surveilans AFP (acute flaccid
paralysis = lumpuh layuh) harus

Mengapa terjadi KLB Polio


tahun 2005, setelah tidak
ada kasus polio liar sejak 10
th yang lalu?

International Spread of Polio


2003-2005
Niger

Nigeria

Wild virus type 1


Wild virus type 3
Endemic countries
Re-established transmission countries
Case or outbreak following importation

21 countries with
imported virus.
In HQ as of 4 May 2005

Wild Poliovirus Cases Indonesia


March 2005 -present
Since the start of the outbreak in March 2005 there have been 305 lab confirmed WPV cases
(303 Cases in 2005 and 2 case in 2006).
Onset of most recent wild polio cases 20 February 2006 from Aceh Tenggara
district, NAD province
S
##
S
S
#
S #
#
S
S#
#
S
S
#
S
S#
#
#
S
S #
#
S
#
S S
#
#
S
S
#
AC E H TI M U R

G AY O L U ES

LA N G K AT

AC E H TE N G G A R A

KA R O

#
S
#
S
S
#
S
#
#
S
#
S
#
S
#
S
#
#
S
SS
#
#
S
#
S
#S
S
#
S
#
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#S
S
SS
#
S
S
#
#
S
#
#
S
#
S
S
#
#
S
#
S
S
#
#
S
#
S
#
S
SS
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
S
#
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S
#
S

S
#
#
S
#
S
#
S
S
#

#
S
#
S
#
S
#
S

S
S#
S#
#
#
S
S
S#
S#
#
BANG

KAL AN

S A MP

ANG

P A ME

KASAN

S U ME

NEP

S IT U

P ROB

O L IN

B OND

U
L

MA J A N

OW

OS O

JE

MB E R

BANYU

= 1 WPV Case

B OND

GGO

WA

NG I

Total infected district s: 47


Total infected provinces : 10
Data as of 6 April 2006

Wild Poliovirus 2000 - 2006

Data in WHO HQ as of 21 Mar 2006

%
Imunisasi dasar, 4 dosis,umur < 1tahun
thn
Umur 18 17 16 15 14
BIAS POLIO
1999

13 12 11

PIN 1995
PIN 1996
PIN 1997
SUB PIN 1998

Imunisasi Dasar
&
Imunisasi Tambahan

SUB PIN 1999


SUB PIN 2000
SUB PIN 2001
PIN 2002

Bagaimana
mengatasi KLB polio?
Meningkatkan cakupan imunisasi polio

rutin sesuai jadwal

Memutuskan rantai penularan


outbreak respons immunization (ORI): umur
<5 th, tanpa skrining, OPV 1 dosis (2 tetes)
mopping up: umur <5 th, tanpa skrining,
OPV 2 dosis, interval 1 bulan
Meningkatkan kekebalan kelompok

(herd immunity): backlog fighting

desa risti KLB PD3I, selama 3 bulan, usia <

3 tahun, semua antigen, dengan skrining,


sampai mencapai status imm lengkap

Wild Polio Cases by Week of Onset,


Indonesia 2005
Total Wild cases = 299 cases
Onset of last case 04 December (week 49) in Gayo Lues, NAD
Mop-Up
31 May Mop-Up
28 June

NID (1st round)


30 August
NID (2nd round)
27 September

Mop-up conducted in 3 provinces : Banten, DKI Jakarta, West Java

NID (3rd round)


30 November

Data as of 13 January 2006

Dua jenis vaksin polio


OPV = oral polio vaccine
IPV = inactivated polio vaccine

OPV
Keuntungan
Diperoleh imunitas

humoral dan lokal


Imunitas
mukosa usus
Pemberian mudah
Murah
Herd immunity
Contact
immunity

Kerugian
Risiko VAPP, resipien

dan kontak
Risiko cVDPV
Kontraindikasi pd
imunokompromais
Kegagalan vaksinasi
(pada diare, muntah)
Diperlukan cold chain
Menimbulkan
pencemaran

IPV
Keuntungan

Kerugian

Tidak ada risiko terjadi

Imunitas intestinal

VAPP dan cVdPV


sedang
Imunitas konstan, tinggi,
Tidak ada contact
menetap
immunity
Direkomendasi untuk
Mahal / single
pasien imunokompromais
dosis
Ada kemasan kombinasi Produksi baru
Menimbulkan herd
immunity
Termostabil
Melnick J. Bull Who 1978;56:21-38

Vaksin DTP
DTwP = DTPwhole cell
DTaP = DTPacelluler

Pemberian 3 kali sejak umur 2 bulan

(umur minimal 6 minggu), interval 46 mg


Ulangan
18-24 bl
5-7 tahun (dianjurkan DPT, bukan

DT)
12 tahun (program BIAS)
DTP vaksin kombinasi: telah ada di

pasaran DPT/HepB, DPT/Hib

Bordetella pertussis
TCT

AG
ACT

FHA

PT

Pertactin
69-kD

Vaksin Polisakarida
Vaksin berasal dari kapsul bakteria
Keuntungan
aman
satu kali pemberian (efektif)

Kerugian
tidak efektif <2th
tidak ada booster effect

Polisakarida : Meningokokus A,C &

Salmonella typhi
Polisakarida konjugasi: Hib,
Pneumokokus

Polysaccharide antigen
T cell independent

B
AFC
IgM
T cell help
Memory cells
AFC
B

Th

T cell dependent

IgG

Vaksin Hib
4 existing
vaccines
OMP
D

PRP

PRP

PRP

PRP
Hboc
CRM 197

C
C

Vaksin polisakarida PRP konjugasi dg protein

Haemophyllus influenzae type b


(Hib)
Vaksin polisakarida konjugasi
Diberikan pada umur 2-4-6 bl,

ulangan umur 18 bulan


Vaksin kombinasi: DTaP/Hib,
DTwP/Hib
Dapat ditukar
(interchangeability)
Vaksin Hib dari pabrik lain
Vaksin Hib monovalen dengan Hib

kombinasi

MMR
Diperlukan untuk catch-up measles

(campak), membentuk antibodi


terhadap mumps (gondongan), dan
rubela (rubela kongenital)
Umur 15-18 bulan, tidak boleh diberikan
<12 bulan
MMR-2 diberikan sebelum pubertas
Isu MMR vs autisme: tidak ada bukti

Hepatitis A
Transmisi melalui oro-fecal

route
Indikasi daerah kurang terpajan
Inactivated vaccine
Umur > 2 tahun, dosis
2-12 tahun 720 U
> 12 tahun 1440 U
ulangan 6 bulan berikutnya

Efikasi 84%
Proteksi 10 tahun

Varisela
VARISELA
Demam + ruam
makulo vesikular
Komplikasi : jarang
Varisela berat pd
imunokompromais

ZOSTER
Reaktivasi dr virus laten dlm

ganglia sensoris
Ruam lokal
Nyeri sesuai tempat ruam

Populasi target
Anak sehat, imunokompromais, kontak dalam
72 jam

Varisela
Serokonversi antibodi varisela pd usia

15 th
Tropis: 50% (Jogya 45%)
Sub-tropis: 80-90%
Pertimbangan
Cakupan belum mencapai 80%
(mahal) shg tidak mengubah
epidemiologi
Tujuan utama mencegah varisela
kongenital
Varisela dewasa lebih berat
Kesepakatan Satgas IDAI
Diberikan pada umur 10-12 tahun
Atau atas permintaan orang tua

Vaksin Meningokokus
Tetravalent A, C, W135 dan Y
Vaksin polisakarida
Indikasi: anak > 2 tahun
Jemaah haji (laporan Litbangkes

2000): isolasi likuor semua


jemaah yang meninggal
menderita meningitis sero group
W135

Jadwal
Vaksin Meningokokus
Atas indikasi
bepergian ke daerah endemis
umur > 2 tahun
Calon jemaah: vaksin diberikan 10-

14 hari sebelum berangkat (antibodi


terbentuk 14 hari setelah vaksinasi)
Perlindungan selama 3 tahun
Dosis 0,5 ml, sub-kutan dalam

Vaksin Influenza
Jenis vaksin: split atau subunit
Cara pemberian

Intramuskular, paha anterolateral atau deltoid


Dosis vaksin
Umur 6-35 bulan : 0,25ml
Umur 3 tahun : 0,5 ml
Umur < 9 tahun : 2 dosis, interval minimal 4
mgg
Ulangan : setiap tahun sekali
Waktu pemberian
Kapan saja, dianjurkan pada September-Oktober
(3 bulan sebelum puncak kejadian influenza)

Vaksin pneumokokus
Dua jenis vaksin pneumokokus yang
beredar,
Polisakarida murni yang terdiri dari 23

valen/serotipe (PPV23), vaksin


polisakarida generasi pertama (@Sanofi
Pasteur)

Polisakarida konjugasi: terdiri dari 7

valen/ serotipe (heptavalent pneumo


coccal conjugate vaccine = PCV7),
vaksin polisakarida generasi kedua
(@Wyeth)

Perbedaan PPV & PCV


Vaksin polisakarida
(PPV23)
T cell independent
Tidak imunogenik
pada anak <2
tahun
Indikasi
pemberian untuk
anak> 2 tahun
dalam risiko
tinggi
Mempunyai
imunitas jangka
pendek

Vaksin polisakarida
konjugasi (PCV7)
T cell dependent
Imunogenik pada
anak <2 tahun
Anak sehat dan
anak dengan risiko
tinggi, umur 2 bulan
5 tahun
Mempunyai memori
jangka panjang
Nama dagang:
Prevenar@

Vaksin PCV
Kelompok umur 2 bulan-23 bulan
Umur dosis
pertama
Imunisasi dasar
(bulan)
2-6
3 dosis, interval 6-8
minggu
2 dosis, interval 6-8
7-11
minggu
2 dosis, interval 6-8
12-23
minggu
1 dosis
24

Dosis
ulangan
1 dosis
12-15 bln
1 dosis
12-15 bln

Ulangan minimal 6-8 mgg setelah dosis terakhir imunisasi dasar


Pada umur < 12 bulan, interval minimum 4 minggu

Vaksin Rotavirus
50%-60% kasus diare yang dirawat

disebabkan oleh RV
Diare RV mudah mengalami
dehidrasi, shg terjadi kematian
Kelompok rentan batita, puncak usia
6-24 bln
Vaksin oral, umur 2 bln, 2-3 kali,
interval 4 minggu

Jadwal Imunisasi
yang tidak teratur
Prinsip: imunisasi diberikan kapan

saja, pada umur berapa saja


Jumlah pemberian vaksin harus
sama dengan jumlah yang harus
pada diberikan imunisasi dasar
(DPT,hepatitis B, Hib, polio)

Catatan: bila umur >7 thn diberikan


vaksin dT untuk vaksin DTwP/DTaP

Jadwal vaksinasi yg menyimpang


Tidak ada vaksinasi yg hangus
Segera lanjutkan, sesuai jadwal

vaksinasi
Bila status vaksinasi diragukan
dianggap belum pernah diberikan
(tidak ada bukti pemberian vaksin
berlebih merugikan)
Interval vaksinasi tetap
Perhatikan penggunaan vaksin yang
dibatasi oleh umur, misal Hib (<5 th)

Vaksin Kombinasi
Gabungan beberapa antigen
tunggal menjadi satu jenis
produk antigen untuk mencegah
penyakit yang berbeda
Diberikan pada saat dan lokasi
yang sama
Contoh vaksin kombinasi
tradisional adalah DPT (D-P-T),
MMR (M-M-R) dan Polio (tipe 1-2
dan 3)

Vaksin Kombinasi
Dasar kombinasi DTP
Quadrivalent
DTwP/HepB
DTwP/Hib atau DTaP/Hib
DTaP/IPV

Pentavalent
DTaP/Hib/IPV
DTaP/HepB/Hib

Hexavalent
DTaP/HepB/Hib/IPV

Vaksin Kombinasi
Keuntungan
Mengurangi
jumlah suntikan,
jumlah kunjungan,
ketidaknyamaan

bayi/ dokter
Memudahkan
mengejar
imunisasi yg
tertunda,
menambah vaksin
baru dalam jadwal
Mengurangi
pengadaan semprit

Kerugian
Menurunkan respons

imun tiap antigen


Jadwal harus
disesuaikan
Mempengaruhi suplai &
harga vaksin
Menambah ruang
penyimpanan
Dapat membingungkan
perawat dalam
membantu dokter
Mengurangi kunjungan
dokter

Kesimpulan
Rekomendasi jadwal imunisasi

adalah panduan untuk memudahkan


petugas kesehatan.
Pertimbangan penyusunan jadwal
harus dipahami
Jadwal Imunisasi senantiasa
dievaluasi berkala ~ perkembangan
ilmu
Keseragaman rekomendasi perlu
senantiasa diupayakan

You might also like