You are on page 1of 34

ASKEP HIPERTENSI

By: Welly Andesona


Manurung
Defenisi
Hipertensi adalah tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolic diatas 90 mmHg
(smeltzer.2001).
Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih
dan tekanan darah diastolic 90 mmHg
ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai
penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
Genetik: Respon nerologi terhadap stress
atau kelainan eksresi atau transport Na.
Obesitas: terkait dengan level insulin
yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.

Stress Lingkungan.
Hilangnya elastisitas jaringan and
arterisklerosis pada orang tua.
Faktor lain seperti, gangguan emosi,
ketakuatan, dan kecemasan.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi
menjadi 2 golongan yaitu:
Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak
factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf
simpatik, system rennin angiotensin, efek
dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit
parenkim renal/vakuler renal, Gangguan
endokrin dll.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi
adalah :
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
Nyeri kepala
Epistaksis
Pusing / migrain,
Mual, muntah
Sukar tidur
Penglihatan kabur (Mata berkunang kunang)
Lemah dan lelah
, kebingungan
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti : anemia.
BUN(blood urea nitrogen) / kreatinin :
memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa
mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral,
EKG : Dapat menunjukan pola regangan,
dimana luas peninggian gelombang P
adalah salah satutandadini penyakit
jantung hipertensi.
Foto thorax : Menunjukan destruksi
kalsifikasi pada area katup,pembesaran
jantung.
Penatalaksanaan Medik
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk
mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler
Terapi tanpa Obat
Diet yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam
lemak jenuh
Penurunan berat badan
Berhenti merokok
Diet tinggi kalium.
Latihan fisik atau olah raga yang teratur
dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi seperti : jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
Edukasi Psikologis
Teknik relaksasi bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) bertujuan
untuk untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Terapi dengan Obat
diuretik,
beta blocker ( memblok beta
adrenoreseptor)
ACE inhibitor,
AT II-Reseptor Blocker atau Antagonis
Angiotensin II
Vasodilator
OBAT-OBAT INI DAPAT
DIBERIKAN SENDIRI MAUPUN
KOMBINASI !!!
Teoritis Keperawatan
Pengkajian Data Dasar
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan,letih,napas pendek,
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, Perubahan
irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner/katup dan penyakit serebrovas

kular .
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan
tekanan darah diperlukan untuk menegakan
diagnosis)
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi
Tanda : gelisah, otot muka tegang (khususnya sekitar
mata),
pernapasan menghela,
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini (seperti ; infeksi/
obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5. Makanan / Cairan
Gejala : makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol
mual muntah, perubahan BB terakhir
Tanda : BB normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin
umum atau tertentu
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing, sakit
kepala, kebas dan/atau kelemahan pada
sisi tubuh. Gangguan penglihatan,
epistaksis.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina pektoris (penyakit arteri
koroner/atau keterlibatan jantung), Sakit
kepala, oksipital berat.
8. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan
aktivitas/kerja
takipnea, ortopnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan
sputum. Riwayat merokok.
Tanda :Distress respirasi/ penggunaan otot
aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan
(krakre/mengi),
Sianosis .
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara jalan.
Tanda : Hipotensi postural.
Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan
nyeri kepala, pusing
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penekanan pusat muntah di medulla
ditandai dengan mual, muntah
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan urine out put, peningkatan volume
plasma ditandai dengan edema sistemik,
Peningkatan BB
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
penurunan kesadaran ditandai dengan,
kelemahan, lelah, fatigue.
5. Cemas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan ditandai dengan
kebingungan
6. Resiko penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan
tahanan sistemik
7. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan penurunan
suplai O2 ke otak
8. Resiko injury berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraokular
Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan nyeri
kepala, pusing
Tujuan : Kontrol nyeri, setelah dilkukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang
dengan
Kriteria Hasil :
nyeri dapat hilang/terkontrol
skala nyeri 2-3
wajah tampak rileks
pasien dapat tenang

Intervensi :
1. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping
Rasional : untuk menghindari nyeri
2. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab
nyeri, seberapa lamanya berlangsung
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang nyeri
3. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik
dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri
4. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi non
farmakologi, seperti: Hipnotis relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi music, distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, kompres hangat dingin dan masase.
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
analgetik.
Rasional : untuk mengurangi/ mengontrol rasa nyeri
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penekanan pusat muntah di medulla ditandai
dengan mual, muntah
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 524 jam diharapkan
pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan
kriteria hasil :
Intake nutrisi tercukupi.
Asupan makanan dan cairan tercukupi
Penurunan intensitas terjadinya mual muntah
Penurunan frekuensi terjadinya mual muntah.
Pasien mengalami peningkatan berat badan
1. Kaji status nutrisi pasien
Rasional : Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status
nutrisi pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang
diberikan
2. Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk selalu melalukan oral hygiene.
Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
3. Berian informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi
yang tepat dan sesuai.
Rasional : Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk
meningkatkan intake nutrisi.
4. Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.
Rasional : Makan sedikit demi sedikit dapat meningkatkan intake nutrisi
5. Timbang berat badan pasien jika memungkinan dengan teratur.
Rasional : Dengan menimbang berat badan dapat memantau
peningkatan dan penrunan status gizi.
6. Delegatif pemberian terapi antiemetik
Rasional : Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis
dalam manajemen mual dengan menghamabat sekres asam lambung
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
urine out put, peningkatan volume plsma ditandai dengan
edema sistemik, peningktan BB
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
Volume cairan stabil dengan
kriteria hasil :
Bebas dari edema
TTV dalam batas normal
BB stabil

Intervensi :
1. pantau atau hitung haluaran pemasukan dan pengeluaran
selama 24 jam.
Rasional : terapi diuretik dapat menyebabkan oleh
kehilangan tiba tiba atau berlebihan ( hipovolemik )
meskipun edema atau varises masih ada.
2. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/ 24
jam dalam toleransi kardiovaskular
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
tetapi perlu pembatasan pd dekompensasi jantung
3. Timbang BB setiap hari
Rasional : Penigkatan atau penurunan BB dpat
menunjukkan gangguan keseimbangan cairan
4. Kolaborasi dalam pemberian diet rendah natrium
(sodium)
Rasional : Natrium meningkatkan resistensi cairan
dan harus dibatasi
5. Kolaborasi dalam pemberian obat golongan diuretik
Rasional : pemberian obat diuretik dapat
memperlancar haluaran cairan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
penurunan kesadaran ditandai dengan, kelemahan,
lelah,: Self
Tujuan fatigue.
Care : ADLs setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam klien dapat menoleransi
aktivitas & melakukan ADL dgn baik
Kriteria Hasil:
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dgn TD, HR, RR
yang sesuai
Warna kulit normal,hangat&kering
Memverbalisasikan pentingnya aktivitas secara
bertahap
Mengekspresikan pengertian pentingnya
keseimbangan latihan & istirahat
Peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi
1. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas & menentukan
apakah penyebab dari fisik, psikis/motivasi
Rasional : Menentukan penyebab dapat membantu menentukan
intoleransi
2. Peningkatan aktivitas secara bertahap, biarkan klien
berpartisipasi dapat perubahan posisi, berpindah&perawatan diri
Rasional : Peningkatan aktivitas membantu mempertahankan
kekuatan otot, tonus
3. Pastikan klien mengubah posisi secara bertahap. Monitor gejala
intoleransi aktivitas
Rasional : Terlalu lama bedrest dapat memberi kontribusi pada
intoleransi aktivitas
4. Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt
mual, pucat, pusing, gangguan kesadaran&tanda vital
Rasional : Bedrest dalam posisi supinasi menyebabkan volume
plasma hipotensi postural & syncope TD & HR respon
terhadap ortostatis sangat beragam
5. Cemas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan ditandai dengan kebingungan
Tujuan : kontrol kecemasan dan coping Setelah dilakukan
perawatan selama 2x24 jam cemas klien hilang atau
berkurang dengan:
Kriteria Hasil:
Klien mampu:
Mengungkapkan cara mengatasi cemas
Mampu menggunakan coping
Dapat tidur
Mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat
menyebabkn cemas

Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
Rasional : Memudahkan dalam pelakasanaan intervensi
2. Libatkan keluarga dalam pelaksanaan intervensi dan
jelaskan semua prosedur
Rasional : Membantu klien dalam meningkatkan
pengetahuan tentang status kesehatan dan meningkatkan
kontrol kecemasan
3. Bantu klien untuk mengefektifkan sumber support
Rasional : Dukungan akan memberikan keyakinan
terhadap peryataan harapan untuk sembuh.
4. Berikan reinfocement untuk menggunakan sumber coping
yang efektif
Rasional : Penggunaan Strategi adaptasi secara bertahap
dari mekanisme pertahanan sampai coping,) membantu
klien cepat mengadaptasi kecemasan
6. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan tahanan sistemik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko
penurunan curah jantung teratasi, dengan
Kriteria hasil : Curah jantung klien adekuat kembali di tandai
dengan :
Tanda vital dalam batas normal,yang dapat di terima sesuai
batas usia.
Frekuensi dan curah jantung dalam batas di terima.
Haluaran urine meningkat
Toleransi terhadap aktifitas meningkat.
Intervensi
Kaji atau pantau vital sign setiap 4 jam sesuai
indikasi.
Berikan dukungan emosional dengan memberikan
penjelasan sederhana.
Pantau intake dan output cairan.
Meningkatkan kemampuan pompa jantung
dengan pemberian obat-obatan seperti digitalis
(Digoxin,Cedialint),Agen inotropik,Pacemaker.
Menurunkan beban kerja jantung dengan
istirahat,menurunkan kecemasan,terapi
vasodilator
Mengontrol garan dan retensi cairan:diet rendah
garam,pemberian obat-obat diuretika
(furosemid,Lasix),pembuangan cairan
mekanik,missal dialisis.
7. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak
Tujuan :
Circulation status
Neurologic status
Tissue Prefusion : cerebral
Setelah dilakukan asuhan selamaketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral teratasi dengan
kriteria hasil:
Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada ortostatik hipertensi
Komunikasi jelas
Menunjukkan konsentrasi orientasi
Pupil seimbang dan reaktif Bebas dari aktivitas kejang
Intervensi ;
a. pertahankan tirah baring Tinggikan kepala 45 0
Rasional : Meningkaktkan stabilitas, menurunkan
kemungkinan gangguan posisi/penyembuhan
b. Pantau tanda tanda vital
Rasional : sebagai indikator keadekuatan perfusi
jaringan
serebral
d. Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Membantu dalam penurunan persepsi/
respon nyeri
e. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan
dan reaksi
Rasional : indikator perfusi jaringan serebral
8. Resiko injury berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraokular ditandai dengan penglihatan kabur, mata
berkunang kunang
Tujuan :
Risk Kontrol
Immune status
Safety Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama. Klien tidak
mengalami injury dengan kriteria hasil:
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah
injury/cedera
Klien mampu menjelaskan factor risiko dari
lingkungan/perilaku personal
Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu mengenali perubahan status kesehatan
Intervensi :
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Rasional : meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan
mengurangi resiko injury
2. Orientasikan pasien terhadap ligkungan, staff, orang lain
disekitarnya
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan
menurunkan kecemasan klien
3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan Perabotan, Memasang side rail tempat tidur)
Rasional : mencegah terjadinya bahaya.
4. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
Rasional : untuk meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
5. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan. Contoh ; kurangi kekacauan;
ingatkan memutar kepala ke subyek yang terlihat
Rasional : Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan
perubahan lapangan pandang/ kehilangan penglihatan.

You might also like