You are on page 1of 85

MIKROBIOLOGI

AIR, AIR SUSU SAPI & FOOD

dr. Irma Suswati,M.Kes


AIR
Pemeriksaan air : sangat penting
air dapat menularkan penyakit (waterborne
disease), mis :
Demam tifoid
Cholera
Disentri basiler/Disentri amuba
Poliomyelitis,
Beberapa penyakit jamur dll.
AIR
Air mudah tercemar oleh mikroorganisme yang
berasal dari : Udara, tanah dan excreta
Udara
- tubercle bacilli, kokus piogenik, bacillus
subtilis, yeast, dll.
Tanah
- nitrogen fixing bacteria (azotobacter),
clostridium, pseudomonas, nitrosomonas, dll.
AIR
Ekskreta
- komensal di GI tract: coliform bacilli,
clostridium, streptococcus faecalis
- patogen: salmonella, shigella,
leptospira, vibrio cholera, amoeba,
cacing, virus.
Pencemaran Air

Indikator kuman :
Coliform bacilli mis. E. coli Indonesia
Streptococcus faecalis Malaysia
Clostridium welchii Eropa
Pencemaran Air
Coliform bacilli
Flora normal GIT
Manusia dan hewan, manusia patogen
Masa hidup beberapa hari menunjukkan
pencemaran feces yang baru terjadi
Mudah diidentifikasi batang Gram (-),
non-spora, meragikan laktosa menjadi
asam & gas, indole (+).
Pencemaran Air
Streptococcus faecalis
Hidup di air lebih lama dibandingkan E.coli
Sukar didifferensiasi coccus Gram (+),
cepat mati daripada Coliform bacilli
Resisten terhadap clorinasi
Bakteri hidup di manusia dan di hewan
Pencemaran Air
Clostridium welchii/ perfringens
Anaerob, batang Gram (+)
Membentuk spora (+) sehingga tidak
dapat diketahui pencemaran baru terjadi
atau sudah lama.
Jumlahnya di feses sedikit
Hidup lama di air, resisten clorinasi
Pemeriksaan Air
Cara pemeriksaan :
1. Kualitatif
a. Presumptive test
b. Confirmed test
c. Completed test
Ketiga tes ini dilakukan secara bertahap.
Pemeriksaan Air
Cara pemeriksaan :
2. Kuantitatif
a. MPN (most probable number) method
b. Plate count method
c. Membrane filter method
Pemeriksaan Air
1. KUALITATIF
1a. Presumptive test
Hanya mengetahui apakah air tercemar
feses atau tidak.
Alat yang dipakai : tabung fermentasi
(Durham atau Eijkman).
Medium : lactose broth (Bile salt lactose
pepton-water)
Pemeriksaan Air
Cara : dibuat suatu seri percobaan
1 x 50 ml air dimasukkan kedalam tabung 50 ml
lactose broth
5 x 10 ml air dimasukkan kedalam tabung 10 ml
lactose broth
5 x 1 ml air dimasukkan kedalam tabung 5 ml lactose
broth
5 x 0,1 ml air dimasukkan kedalam tabung 5 ml
lactose broth
Pemeriksaan Air
air sample + lactose broth inkubasi
selama 18-24 jam, 37C
(+) ada gas dalam tabung,
(-) dilanjutkan inkubasi 24 jam (2 x 24
jam).
Pemeriksaan Air
1b. Confirmed test
Memperkuat dugaan adanya Coliform
bacilli
Cara : air sample dari tes 1a yang (+)
tanam pada EMB agar/endo agar
inkubasi pada 37C selama 18-24 jam.
(-) tidak ada pertumbuhan kuman
(+) bila ada pertumbuhan kuman
Pemeriksaan Air
1c. Completed test
Dari hasil tes 1b yang (+) diambil
bakterinya
tanam pada tabung fermentasi (Durham atau
Eijkman)
NAP
diinkubasi pada 37C selama 18-24 jam.
Pemeriksaan Air
(+) pada tabung fermentasi : terbentuk
gas
(+) pada NAP pengecatan gram :
terbentuk batang gram negatif, dilanjutkan
tes biokimia
Pemeriksaan Air
2. KUANTITATIF :
Mengetahui jumlah bakteri
2a. Metode MPN (most probable number)
prinsip = presumptive test
mempergunakan seri 3 tabung atau 5 tabung.
Jumlah gas (+) dalam tabung fermentasi pada
tiap seri dijumlah dan dicocokkan dengan tabel
Mc Crady perkiraan jumlah bakteri per 100
ml-air.
Pemeriksaan Air
2b. Plate count method.
Air sample diencerkan secara serial (ten fold
dillution) 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dst.
Dari masing-masing pengenceran diambil 1 ml
+ dicampur dengan NA cair, dituang pada
cawan petri, setelah agar mengeras
inkubasi pada 37C.
Koloni yang tumbuh dihitung, standart koloni
yang dihitung : 30-300 koloni/cawan.
< 30 dianggap kesalahan penghitungan
> 300 dianggap terlalu padat.
Pemeriksaan Air
2b. Plate count method.
Cara menghitungnya (per 1 ml air) :
jumlah koloni/cawan x pengenceran.

Differential coliform count.


prinsip sama dengan plate count,
medium yang dipakai agar
EMB/McConkey.
Pemeriksaan Air
2c. Membrane filter method.
Dipakai bila air sample cukup banyak (100
500cc).
Mempergunakan filter bakteri dan air
diisap dengan pompa vakum. Filter
diletakkan pada medium yang sesuai,
diinkubasikan pada suhu 37C selama 24
48 jam koloni yang tumbuh
dihitung/volume air sample.
Pengambilan air sampel
Hal-hal yang harus diperhatikan :
- wadah harus steril, kapasitas min.250 ml, bermulut l
lebar, tutup rapat.
- pengambilan secara aseptis, tergantung jenis air
sample
- bila air mengandung chlorine dinetralkan dengan
Na-thiosulfat.
- diperiksa secepat mungkin (<3 jam), k/p dimasukkan
lemari es
Kelas air
Kelas I :
paling baik, <1 koliform / 100 ml air.
Kelas II :
baik, 1-2 koliform / 100 ml air
Kelas III :
mencurigakan, 3-10 koliform / 100 ml air
Kelas IV :
buruk >10 koliform / 100 ml air
AIR SUSU SAPI
Pengujian mutu susu secara fisik, kimiawi dan uji
biologik.
A). Pengujian mutu susu secara fisik :
1. Uji Kebersihan, meliputi warna, bau, rasa dan ada
tidaknya kotoran dalam susu (dengan
menggunakan kertas saring).
2. Uji Berat Jenis (uji BJ) dilakukan dengan
menggunakan alat laktodensi meter
(Rata-rata BJ susu = 1,028). Apabila susu encer
maka BJ susu menjadi rendah atau dibawah
standar.
AIR SUSU SAPI
3. Bau susu akan lebih nyata jika susu
dibiarkan beberapa jam terutama pada
suhu kamar.
4. Susu yang baik memiliki rasa sedikit
manis yang berasal dari laktosa,
sedangkan rasa asin yang muncul
dikarenakan pengaruh beberapa garam
mineral seperti garam klorida dan sitrat
AIR SUSU SAPI
5. Warna air susu dapat berubah dari satu
warna ke warna lain, tergantung dari
bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak,
bahan padat dan bahan pembentuk
warna. Warna air susu berkisar dari putih
kebiruan hingga kuning keemasam.
AIR SUSU SAPI
B). Pengujian mutu susu secara kimiawi umumnya
dilakukan di Laboratorium dengan proses yang
lebih rumit antara lain:
1. Uji kadar lemak susu : Rataan kandungan
lemak susu sesuai milk codex adalah 2,8 %.
2. Uji kadar Protein susu : Rataan kandungan
protein susu pada milk codex adalah 3,5%.
C) Pengujian mutu susu secara biologi dilakukan
di Laboratorium
AIR SUSU SAPI
ASS merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri ; protein, lemak dan
karbohidrat
melalui ASS dapat ditularkan berbagai penyakit
(milk borne disease).
Penyakit dapat berasal dari :
hewan itu sendiri, mis. tuberculosis, mastitis, infeksi
virusdll
luar hewan, mis. demam tifoid, tbc, poliomyelitis,
salmonellosis, dll.
AIR SUSU SAPI
ASS yang diambil
secara aseptis masih mengandung bakteri
200-400 bakteri/ml ASS.
secara kurang aseptis : I.k.2.000-6.000
bakteri/ml ASS
bila secara tidak aseptis terdapat 30.000-
10.000 bakteri/ml ASS.
AIR SUSU SAPI
Kuman yang dapat ditemukan pada ASS :
1. Acid forming bacteria, mis.S.aureus,E.coli,
lactobacillus spp, dll.
2. Alkali forming bacteria, yang mengubah
senyawa nitrogen menjadi ammonia yang
alkalis; mis. kuman pembentuk spora yang
aerob,S.typhi,dll.
3. Proteolytic bacteria, yang menghidrolisa
protein, mis. P. vulgaris, B. subtilis, dll.
4. Inert bacteria yang tidak membentuk pigmen
AIR SUSU SAPI
Cara pemeriksaan ASS secara bakteriologis.
1. Plate count. Prinsip : sama seperti
pemeriksaan air.
ASS grade A : < 30.000 bakteri/ml ASS
ASS grade B : < 100.000 bakteri/ml ASS
2. Microscopic count (Breed method).
cara : menggunakan kamar hitung, ASS dicat
dengan methylen blue, dan dilihat pakai
mikroskop hitung jumlah kuman.
AIR SUSU SAPI
3. Hotis test : untuk mengetahui adanya
infeksi pada kelenjar susu (mastitis).
Cara: ASS segar + 0,025% brom cresol
purple inkubasi (+) bila terbentuk
selaput kuning yang menempel pada tepi
tabung.
AIR SUSU SAPI
4. Methylen blue reduction test.
Cara: ASS dalam tabung + meth.blue
kocok homogen, masukkan dalam
waterbath 37C periksa tiap -
jam; makin cepat warna biru hilang,
makin jelek kualitas ASS. Berdasar atas
pemeriksaan ini, dikenal beberapa kelas
ASS.
AIR SUSU SAPI
5. Coliform count : seperti pemeriksaan air.
6. Isolasi bakteri patogen
7. Pemeriksaan ASS yang telah diproses:
Tes fosfatase (-) pasteurisasi ASS baik, (+)
ASS segar mengandung fosfatase.
Tes turbiditas, ASS yang telah dipasteurisasi +
ammonium sulfat kemudian disaring, filtrat yang
didapat dimasukkan dalam water bath. Filtrat
jernih sterilisasi jelek, keruh sterilisasi
baik.
AIR SUSU SAPI
Kelas I (ASS baik)
Bila hilangnya warna > 4,5 jam
Diduga terdapat < 200.000 ku/100 cc
Kelas II (ASS sedang)
Bila hilangnya warna 2,5 4,5 jam
Diduga terdapat kuman > 200.000 2 juta ku/100cc
Kelas III (ASS jelek)
Bila hilangnya warna < 2,5 jam
Diduga terdapat kuman > 2 juta ku/100cc
Pasteurisasi Susu
Pasteurisasi susu adalah pemanasan
susu dibawah temperatur didih dengan
maksud hanya membunuh kuman
ataupun bakteri patogen, sedangkan
sporanya masih dapat hidup.
Pasteurisasi Susu
Ada 3 cara pasteurisasi yaitu
a. Pasteurisasi lama (law temperature, long time).
Pemanasan susu dilakukan pada temperatur
yang tidak begitu tinggi dengan waktu yang
relatif lama (pada temperatur 62-65 C selama
1/2 -1 jam).
b. Pasteurisasi singkat (High temperature, Short
time). Pemanasan susu dilakukan pada
temperatur tinggi dengan waktu yang relatif
singkat (pada temperatur 85 - 95 C selama 1 -
2 menit saja).
Pasteurisasi Susu
c. Pasteurisasi dengan Ultra High Temperature (UHT).
Pemasakan susu dilakukan pada temperatur tinggi yang
segera didinginkan pada temperatur 10 C (temperatur
minimal untuk pertumbuhan bakteri susu).

Pasteurisasi dengan UHT dapat pula dilakukan dengan


memanaskan susu sambil diaduk dalam suatu panci
pada suhu 81 C selama 1/2 jam dan dengan cepat
didinginkan.
Pendinginan dapat dilakukan dengan mencelupkan panci
yang berisi susu tadi ke dalam bak air dingin yang airnya
mengalir terns menerus.
Sterilisasi Susu
Sterilisasi susu adalah proses
pengawetan susu yang dilakukan dengan
cara memanaskan susu sampai mencapai
temperatur di atas titik didih, sehingga
bakteri maupun kuman berikut sporanya
akan mati semua.
Sterilisasi Susu
Pembuatan susu sterilisasi dapat
dilakukan dengan cara
1. Sistem UHT yaitu susu dipanaskan
sampai suhu 137 C - 140 C selama 2 - 5
detik.
2. Mengemas susu dalam wadah hermetis
kemudian memanaskannya pada suhu
110 C - 121 C selama 20 - 45 detik.
FOOD
Faktor yang dapat menyebabkan
pertumbuhan mikroba
Intrinsic: food
Water availability (aw): amount of water in
food (pure water is 1.0)
Most food >0.98; most bacteria require >0.90
pH <4.5 (except Lactic acid bacteria)
Nutrients
FOOD
Faktor yang dapat menyebabkan
pertumbuhan mikroba
Extrinsic:
Storage temperature
<0 no growth (water crystallizes)
Refrigerator: 4C to 10C
Atmosphere: availability of O2
FOOD POISONING
Keracunan makanan seseorang sakit karena
makan makanan yang mengandung bahan yang
berbahaya untuk kesehatan.
Penyebab :
non-mikroba
mikroba (prion, virus, bakteri, fungi), protozoa,
dan cacing; dan bahan kimia.
FOOD POISONING
Bacterial food poisoning ada 2 jenis :
Tipe infeksi
bakteri masuk bersama makanan, multiplikasi
gejala
inkubasi panjang 6 24 jam
Tipe toksik
bakteri menghasilkan toksin dalam makanan
masuk bersama makanan toksin diabsorpsi
gejala
Inkubasi singkat 2 4 jam
FOOD POISONING
Tipe infeksi.
Salmonellosis: demam tifoid, septisemia,
gastroenteritis. Makanan pembawa
salmonella : telur, daging, susu, dll.
Shigellosis. Pada penyakit ini hanya
diperlukan jumlah bakteri yang sedikit
untuk menimbulkan gejala. Terjadi invasi
pada saluran cerna sehingga
menyebabkan diare disertai darah, pus,
lendir, dan tenesmus.
FOOD POISONING
Keracunan makanan karena E.coli.
Dikenal ada beberapa jenis : EHEC, EIEC,
EPEC, ETEC, EAEC.
Keracunan makanan oleh V.
parahemolyticus. Seringkali berasal dari
makanan laut yang dikonsumsi dalam
keadaan mentah atau kurang matang.
FOOD POISONING
Keracunan makanan oleh B. cereus. Dapat
terjadi keracunan makanan baik tipe infeksi
maupun tipe toksin. Dapat mencemari makanan
kalengan karena spora (+).
Keracunan makanan oleh C. perfringens. Gejala
berupa sakit perut atau diare.
Bakteri lain yang dapat menyebabkan
Keracunan makanan adalah : Y.enterocolitica,
Campylobacter, Aeromonas, Plesiomonas,
Pseudomonas aeruginosa, dll.
FOOD POISONING
Tipe toksik.
S. aureus. Kuman ini memproduksi
enterotoksin Gejala berupa sakit perut,
mual, muntah, dan diare. Sumber utama
bakteri ini adalah tubuh manusia, mis:
hidung, mulut, tenggorokan, atau luka
infeksi. Kebersihan perseorangan
terutama food handlers sangat penting
untuk pencegahannya, seperti mencuci
tangan dengan benar.
FOOD POISONING
C. botulinum. Botulismus merupakan
keracunan makanan dengan gejala khas
berupa kelumpuhan akibat makan
makanan yang tercemar toksin.Seringkali
mencemari makanan yang diawetkan mis.
makanan kaleng; kaleng mengembung
karena pembentukan gas.
FOOD POISONING
Pseudomonas cocovenenans. Seringkali
mencemari tempe bongkrek yang bahan
utamanya adalah ampas kelapa. Bakteri
ini membentuk toksin yang disebut
toksoflavin dan asam bongkrek. Gejala
klinik tidak jelas namun sering
menimbulkan kematian.
FOOD POISONING
Pemeriksaan Bakteriologi Makanan
prinsip: sama dengan pemeriksaan air, mis.
plate count. Dalam hal ini makanan dihancurkan
sampai homogen dan dibuat dalam konsentrasi
10% (working dilution), kemudian diencerkan
10x dan ditanam pada nutrient agar cair dan
dituang pada cawan petri dan diinkubasi.
Setelah ditemukan jumlah kuman, kemudian
dikalikan 10, dan dilaporkan sebagai jumlah
kuman/gram makanan.
FOOD POISONING
Pengambilan sample makanan harus
memperhatikan prinsip aseptis, dan
segera diperiksa.
INFEKSI SALURAN KEMIH
(URINARY TRACT INFECTION)
Infeksi Saluran Kemih adalah :
suatu keadaan dimana ditemukan kuman dalam
urin dalam jumlah yang signifikan
>105 kuman/ml : pengambilan secara clean
catch mid stream
103-105 kuman/ml : pengambilan secara
kateterisasi, baik in & out atau indwelling
catheter atau secara supra pubic aspiration
Secara normal :
Ginjal s/d urethra bagian proksimal adalah steril
bagian distal urethra mengandung kuman. Kuman
berasal dari kulit genetalia luar & feses.
ISK sering terjadi pada anak dan wanita
Bentuk klinis bervariasi tergantung lokasi infeksi
Gejala antara lain :
Nyeri pinggang
Anyang-anyangen
Kencing merasa tidak tuntas
Pyuria
CARA TERJADINYA INFEKSI
1. Ascending infection
Kuman penyebab menjalar dari distal ke
bagian yang lebih atas
Anus/feses urethra vesica urinaria
ureter ginjal
Sering terjadi pada : Anak 0 12 th, 80% wanita,
pria usia > 60 tahun
2. Hematogen
Penyebaran melalui aliran darah
Karena adanya penyebaran fokus infeksi dari
bagian tubuh yang menjalar ke saluran kencing
Misal : TBC paru TBC ginjal
3. Limfogen
Penyebaran melalui saluran getah bening
Misal : cervicitis vesica urinaria atau ginjal
4. Direct
Penyebaran terjadi secara langsung yang
berasal dari organ-organ yang berdekatan
dengan saluran kencing
Misal : appendicitis, diverticulitis colon cystitis
ETIOLOGI
1. Kuman
Tersering adalah kuman batang Gram negatif ;
E. coli
Kuman lain dari golongan tersebut adalah :
Proteus sp
Klebsiella sp
Enterobacter sp
Serratia sp
Pseudomonas aeruginosa
2. Parasit
Parasit yang dapat menyebabkan ISK :
Echinococcus menyerang ginjal
Schistosoma mansoni & Schistosoma
hematobium pada ginjal
Trichomonas pada urethra wanita & kelenjar
prostat pria
3. Jamur
Misal : Candida albicans
4.Virus
Adenovirus menyebabkan hemorrhagic cystitis
FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ISK
1.Jenis kelamin
Wanita lebih sering daripada pria
2.Kehamilan
Kateterisasi sewaktu atau sesudah persalinan
Retensi urin sewaktu kehamilan
3.Obstruksi saluran kencing
Batu
Tumor
Prostat hypertrophy
Strictura urethrae
4. Neurogenic bladder dysfunction
Gangguan/kerusakan sistem saraf yang menginervasi
alat saluran kencing, menimbulkan gangguan fungsi
organ & disertai dengan ISK
trauma dari spinal cord
tabes dorsalis
multipe sclerosis
diabetes mellitus
CARA PENGAMBILAN URINE
1.Clean catch/mid stream urine (porsi tengah)
a.Untuk pria :
Ujung penis/urethra dibersihkan dengan PZ dan sabun
(deterjen) bergantian. Terakhir dengan air steril hangat.
Ujung penis/urethra dibersihkan dengan larutan
Benzalkonium 1/1000, kemudian dicuci dengan air steril
Penderita disuruh kencing, aliran pertama dibuang, urine
selanjutnya ditampung pada tempat yang steril
b.Untuk wanita :
Vulva & labia fold dibersihkan seperti pada pria, caranya
sama
Kencing harus berdiri dan ditampung urine yang tengah
2. Kateterisasi
In and out catheter
Indwelling catheter
3.Supra pubic needle aspiration
Terutama pada anak
Digunakan disposable syringe yang steril,
ditusukkan pada perut di atas symphisis pubis,
sehingga mengenai kandung kemih.

PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN URINE


Urine tidak boleh diperiksa lebih dari 1 jam sejak
saat pengambilan
Apabila ditunda disimpan dalam refrigerator suhu
4oC
PEMERIKSAAN URINE
A. Screening test
1. Mikroskopis
Spesimen dikocok (tanpa sentrifugasi)
preparat direct smear pewarnaan Gram
(+) 1 (satu) kuman/lapang pandang
hitung koloni > 105 kuman /ml
2. Reduksi TTC (Triphenyl Tetrazolium Chlorida)
Tes ini tergantung dari aktivitas respirasi kuman
yang sedang mengadakan pertumbuhan
Kuman (aktif melakukan metabolisme)
mereduksi reagent presipitat merah jambu
dalam 4 jam
3.Nitrit test dari Gries
Berdasar kemampuan kuman-kuman patogen
pada saluran kencing yang dapat mereduksi
nitrat menjadi nitrit
Reaksi dilihat dengan reaksi diazo yang
sederhana
B.Quantitative Urine Culture Method
1. Calibrated Loop Direct Methode / Standardized
Loop Inoculation
Dipergunakan ose yang telah dikalibrasi,
tergantung macam ose, ada yang bervolume
0,01 ml atau 0,001 ml
Urine dikocok ambil satu masa ose
BAP & EMB / MCA Inkubasi 24 jam, 35-37oC
colony counting pada BAP/EMB/MCA
Dikalikan kalibrasi : 100 x untuk ose 0,01 ml
1000x untuk ose 0,001 ml
Identifikasi kuman & Uji kepekaan terhadap
antibiotika
2.Spread Plate Method
Digunakan urine dengan pengenceran
1 ml urine + 9 ml aquadest steril ( 10 1) kocok 25x

10 2, 10 3

0,1 ml dari tiap-tiap pengenceran

BAP & EMB / MCA


Ratakan menggunakan L spreader glass

Inkubasi 24 jam, 35-37oC

Colony counting x pengenceran

Identifikasi & Uji kepekaan kuman terhadap antibiotika


3.Simplified Spread Method
Tidak dilakukan pengenceran urine
Digunakan pipet, dimana 20 tetes = 1 ml (2 tts = 0,1
ml)

Ambil urine menggunakan pipet steril


Buang 2 tts urine pertama

Teteskan 2 tts urine


Vertikal, jarak 1 inchi dari media

Trypticase soy agar plate


Ratakan menggunakan L spreader glass
Inkubasi 24 jam, 35-37oC

Colony counting

Identifikasi & uji kepekaan kuman terhadap


antibiotika

Metode ini digunakan untuk anak dengan suspect


pyelonephritis. Untuk orang dewasa sebaiknya
menggunakan metode pengenceran.
4. Tube Dilution, End Point Method
Digunakan 10 tabung yang berisi 9 ml trypticase soy broth
1 ml urine 1 ml 1ml 1ml 1ml 1ml dst s/d tbg ke 10

BAP & EMB/MCA seperti no. 3


Inkubasi 24 jam, 35-37oC
Colony counting x pengenceran (10)
Identifikasi & uji kepekaan kuman terhadap antibiotika
5.Pour Plate Method
Buatlah pengenceran urine 10-1, 10-2, 10-3

1 ml

nutrient agar 12-15 ml (50oC)

Goyang supaya urine tercampur rata dengan media


Media mengeras inkubasi

Hitung koloni (30-300 koloni)


Kalikan dengan pengenceran
INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN
A.Clean catch mid stream
105 kuman/ml urine, terjadi ISK
103 104 kuman/ml urine, pemeriksaan perlu
diulang
< 103 kuman/ml urine merupakan kontaminan

B.Catheterisasi in and out, Indwelling catheter,


Supra pubic aspiration
103 - 105 kuman/ml urine, sudah menunjukkan ISK
True UTI dapat menimbulkan hasil yang
tidak bermakna pada keadaan sebagai
berikut :
Sedang mendapatkan terapi antibiotika
Early hematogenous pyelonephritis
Total urinary obstruction
BJ urine kurang dari 1,003
pH kurang dari 5
Konsentrasi urine tinggi
INFEKSI NOSOKOMIAL

Infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit


(Nosos = Penyakit, Comeion = Perawatan)
BATASAN UMUM :
Pada waktu masuk RS :
Tanda klinis (-)
Masa tunas infeksi (-)
Tanda klinik infeksi (+) 3 x 24 jam setelah MRS (bukan
gejala sisa)
Bila tanda klinik (+), dapat dibuktikan IN yang lalu
INFEKSI NOSOKOMIAL
SUMBER :
Pasien lain
Dokter/perawat
Pengunjung
Peralatan
Lingkungan
Makanan/minuman
INFEKSI NOSOKOMIAL
KLASIFIKASI :
Penyebab Infeksi Nosokomial :
Endogen
Eksogen
INFEKSI NOSOKOMIAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor Ekstrinsik (biologik, fisik,
sosial) :
Pasien >>
Pengunjung >>
Kontak langsung dengan petugas RS
yang ter - kontaminasi kuman
Penggunaan alat yang tidak steril
INFEKSI NOSOKOMIAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor intrinsik :
Umur
Sex
Genetik
Penyakit yang diderita
Status kekebalan
Status gizi
Kelainan anatomis
Tindakan medis
BENTUK KLINIS :
1.Infeksi saluran kemih (ISK) = UTI ( 42% )
Gejala :
Dewasa : nyeri pinggang, disuria, urine keruh dll
Anak : sering ngompol, panas, urine berbau,
nyeri perut
Bayi : tidak mau minum, BB tidak bertambah
Dx Lab :
pyuria/lekositosis ( > 10 / lp)
bakteriuria (+) : tes skrining
hitung koloni
2.Infeksi luka operasi ( 24% )
Infeksi pada luka pasca bedah operasi bersih dan
operasi bersih terkontaminasi

3.Infeksi saluran napas bawah ( 11% )


Gejala : demam, batuk dengan dahak purulen,
ronchi basah
Dx Lab : kultur kuman (+) pada dahak
4.Bakteremia
Gejala : demam ( >24 jam ), sepsis
dengan/tanpa shock, takikardia,
hepatomegali, sesak nafas
Dx Lab : kuman (+) pada darah

5.Infeksi saluran cerna


Gejala :
diare dengan/tanpa muntah, nyeri perut
bayi : diare > 4x, kembung, panas, muntah

Dx Lab : kuman (+) pada feses

You might also like