You are on page 1of 122

Pemicu

Nyawa Tak Berdosa Jadi


Korban

Fakultas Kedokteran Universitas


Tarumanagara
Jakarta 15 Desember 2014
Tutor : dr. Clement
Ketua : Fatia Rahmanita 405100229
Sekretaris : Queencia Editha Morin 405090269
Penulis : Willy Chandra 405110020
Anggota : Ardisa Meilita 405100196
Eunike Petra Latuheru 405100072
Boe, Obet Agung S 405100125
Wellyam Surya Wijaya 405100130
Resty Riyandina M 405100135
Rasita Zahrina 405100192
Clarencia 405110096
Claudia Susanto 405110162
Nadia Trijayanti 405110256
Learning Objective
1. Memahami dan menjelaskan Visum
(Teknik PL & PD, P.Lab, tenggelam,
toksikologi forensik, kejahatan seksual,
asfiksia, pembunuhan bayi dan etika
visum)
2. Visum et Repertum
3. Kewajiban dokter dalam melaksanakan
tugas dibidang hukum kedokteran dan
forensik
4. Pidana (pembunuhan berencan,
percobaan bunuh diri dan percobaan
pengguguran kandungan)
LO. I MM VISUM
OTOPSI ANATOMIS
OTOPSI KLINIK
Pemeriksaan yang dilakukan dgn
cara pembedahan, untuk
mengetahui dgn pasti penyakit atau
kelainan yang menjadi sebab
kematian dan untuk penilaian hasil
usaha pemulihan kesehatan
OTOPSI FORENSIK :
Ialah otopsi yang dilakukan atas dasar
perintah yang berwajib untuk
kepentingan peradilan, karena
peristiwa yang diduga merupakan
tindak pidana, yang dilakukan dengan
cara pembedahan terhadap jenazah
untuk mengetahui dengan pasti
penyakit atau kelainan yang menjadi
sebab kematian.
INFORMASI UNTUK DOKTER
SEBELUM MELAKUKAN OTOPSI

1. Kecelakaan lalu lintas


Bagaimana kecelakaan terjadi
Siapakah korban
Apakah ada dugaan korban mabuk, minum obat
sejenis Amphetamine dsb
2. Kecelakaan lain
3. Pembunuhan, bunuh diri
4. Kematian mendadak
5. Kematian setelah berobat / perawatan
6. Waktu korban ditemukan meninggal, waktu korban
terakhir terlihat masih hidup
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN
UNTUK OTOPSI

Timbangan besar (500 Kg)


Timbangan kecil (3 Kg)
Pita pengukur
Penggaris
Alat pengukur cairan
Pisau
Gunting
Pinset
Gergaji dengan gigi halus
Jarum besar jarum goni
Benang yang kuat
BAHAN-BAHAN YANG DIPERLUKAN UNTUK
OTOPSI

1. Botol / toples untuk spesium


pemeriksaan toksikologi
2. Alkohol 96%
3. Botol untuk spesium pemeriksaan
histopatologi
4. Formalin 10%
5. Kaca sediaan dan kaca penutup
TEKNIK OTOPSI
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam :
Insisi bentuk I
Insisi bentuk Y
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan virologi
Pemeriksaan immunologi
Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan trace evidence
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan pneumo thorax
Pemeriksaan emboli udara
Percobaan getah paru-paru (longsap
proof)
Percobaan apung paru-paru (docimasia
pulmonum hydrostatica = longdrijfproef)
Emboli lemak
PEMERIKSAAN LUAR
Leher
Identifikasi
Pakaian Dada
Lebam mayat Perut
Kaku mayat Alat kelamin
Pembusukan Dubur
Panjang dan berat badan Anggora gerak
Kepala
Punggung
Bokong

Cara melukis luka : harus menggunakan absis


dan ordinat, dan luka harus dirapatkan dulu
Absis
- garis mendatar melalui umbilicus
- melalui kedua areola mamae
- melalui kedua ujung os clavicula

Ordinat
- garis tengah melalui sternum
- garis tengah melalui vertebrae
INSISI PADA TUBUH

Insisi bentuk I :
Dimulai sedikit dibawah Cart.
Thyroidea Proc. Xiphoideus 2 cm
paramedian kiri Symphysis
Pada peristiwa cekikan, gantung diri
Insisi bentuk Y
Pada jenazah laki-laki : Insisi dimulai dari Acromion
Ka-Ki Proc. Xiphoideus
Pada jenazah perempuan : Insisi dimulai dari
Acromion Ka Ki lurus kebawah melingkari
mamma Proc. Xiphoideus 2 cm paramedian
Ki Symphysis
Insisi di bawah Proc. Xiphoidesus diperdalam
sampai menembus perintoneum diteruskan
sampai Symphysis
Selanjutnya melepaskan kulit dari tulang dada
dengan cara menarik kulit dengan keras ke
samping memotong otot-otot dengan pisau. Otot
perut dilepas dari Arcus costa.
Inspeksi Rongga Perut
Apakah ada cairan
Keadaan peritoneum
Keadaan omentum
Sekat rongga dada
Tes Pneumothorax
Kulit dada dibuat kantong berisi air,
ditusuk dgn pisau di ICS
Spuit diisi air, kemudian ditusukkan+
bila ada gelembung udara
JANTUNG
Pericardium dibuka dgn insisi Y terbalik
Apex jantung diangkat untuk melihat jumlah
cairan
Memotong vena cava inferior, vena
pulmonalis, aorta, arteri pulmonalis dan vena
cava superior
Diukur , ditimbang, warna, konsistensi.
Membuka jantung menurut aliran darah.
Memeriksa arteri coronaria
Memeriksa adanya thrombus.
Tractus Respiratorius
Trachea, bronchus dan paru dikeluarkan satu
unit
Trachea dan bronchus dibuka dgn gunting pada
bagian belakang ( yg tdk mengandung tulang
rawan )
Cabang bronchus digunting sejauh2nya ke
dalam paru
Pisahkan trachea dgn paru dgn memotong
bronchus di hilus
Paru kanan dan kiri di periksa ( ukuran, warna,
konsistensi, berat, di insisi )
Tes getah paru ( lonsap
proef )
Pada jenazah yg ditemukan dalam air
Syarat paru belum membusuk
Permukaan paru diiris 2-3 mm
Diambil cairan / getah paru, teteskan di obyek
glass
Periksa di mikroskop, adanya butir pasir, telur
cacing, diatome
Positif korban meninggal karena tenggelam
dalam air
Negatif korban meninggal dalam air jernih,
meninggal karena vagal reflex, korban sdh
meninggal kemudian di buang dalam air
Tes Apung Paru
Pada kasus infanticide
Kedua paru diapungkan
Berturut turut diapungkan paru kanan & kiri
Masing masing lobus diapungkan
Bagian kecil paru diapungkan
Bagian kecil paru tadi ditekan dgn ujung
jari lalu diapungkan
Bila masih mengapung tes apung paru
positif
KORBAN PEMERKOSAAN
PEMERIKASAAN LABORATORIUM KORBAN
KEJAHATAN SEKSUAL
I. Menentukan adanya sperma
1. Bahan pemeriksaan: cairan vagina
Metoda : tanpa pewarnaan; satu tetes cairan vaginal ditaruh
pada gelas objek dan kemudian ditutup, pemeriksaaan dibawah
mikroskop dengan pembesaran 500kali
Hasil yang diharapkan : Sperma yang masih bergerak
2. Bahan pemeriksaan: cairan vagina
Metoda : Dengan pewarnaan, dengan malachite green
Hasil yang diharapkan; bagian basis kepala sperma berwarna
ungu, bagian hidung berwarna merah muda
3. Bahan pemeriksaan : pakaian
Metoda : pakaian yang mengandung bercak diambil sedikit pada
bagian tengahnya ( konsentrasi sperma terutama di bagian
tengah ) warnai dengan pewarnaan BAEECHI selama 2 menit
Hasil yang diharapkan : Kepala sperma berwarna merah, bagian
ekor biru muda; kepala sperma tampak menempel pada serabut-
serabut benang
II. Menentukan adanya air mani
1. Mencari : Kristal kholin
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda :
Florence
Cairan vaginal ditetesi larutan yodium
Kristal yang terbentuk dilihat dibawah mikroskop
Hasil yang diharapkan : Kristal-kristal kholin-peryodida tampak
berbentuk jarum-jarum yang berwarna coklat

2. Mencari : Kristal spermin


Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Metoda :
Berberio
Cairan vaginal ditetesi larutan asam pikrat, kemudian lihat
dibawah mikroskop
Hasil yang diharapkan : Kristal-kristal spermin pikrat akan
berbentuk rhombik atau jarum kompas yang berwarna kuning
kehijauan
3. Mencari : as.fosfatase
Bahan pemeriksaan : Cairan vaginal
Metoda : Cairan vaginal ditaruh pada kertas
whatman,diamkan sampai kering Semprot dengan
reagensia
Hasil yang diharapkan : Warna ungu timbul dalam
waktu kurang dari 30 detik, berarti asam fosfatase
berasal dari prostat (berarti indikasi besar), warna
ungu timbul kurang dari 65 detik (indikasi sedang)

4. Bahan pemeriksaan : pakaian


Metoda :
Inhibisi asam fosfatase dengan L (+) asam tartrat
Reaksi dengan asam fosfatase
Sinar UV : visual ; taktil dan penciuman
III. Tujuan : menentukan adanya kuman N-
gonorrheae ( GO )
Bahan pemeriksaan : sekret urethrae dan sekret
cervix uteri
Metoda : Pewarnaan Gram
Hasil yang diharapkan : Kuman N.gonorrheae

IV. Tujuan : menentukan adanya kehamilan


Bahan pemeriksaan : Urine
Metoda :
Hemagglutination inhibition test
( Pregnosticon )
Agglutination inhibition test ( Gravindex )
Hasil yang diharapkan : Terjadi agglutinasi pada
kehamilan
V. Tujuan : menentukan adanya racun ( toksikologi )
Bahan pemeriksaan : darah dan urine
Metoda :
TLC
Mikrodiffusi, dlsbnya
Hasil yang diharapkan :
Adanya obat yang daoat menurunkan atau
menghilangkan kesadaran

VI. Tujuan : penentuan golongan darah


Bahan pemeriksaan : cairan vaginal yang berisi
air mani dan darah
Metoda : Serologi ( ABO grouping test )
Hasil yang diharapkan : Golongan darah dari air
mani berbeda dengan golongan darah dari
korban
PEMERIKSAAN LAB PELAKU
KEJAHATAN SEKSUAL
I. Tujuan : menentukan adanya sel epitel vagina pd penis
Bahan : cairan yg masih melekat di sekitar corona
glandis
Metoda : dg gelas objek ditempelkan mengelilingi
corona glandis gelas objek diletakkan diatas cairan
lugol
Hasil yg diharapkan : epitel dinding vagina yg
berbentuk heksagonal tampak berwarna coklat/coklat
kekuningan

II. Tujuan : menentukan adanya kuman N. gonorrheae (GO)


Bahan : sekret uretra
Metoda : sediaan langsung dg pewarnaan gram
Hasil yg diharapkan : ditemukan kuman GO
PEMERIKSAAN AIR MANI DARI
RAMBUT DAN KULIT
Para pelaku kejahatan seksual tidak jarang melampiaskan
hasrat seksualnya melalui cara yg tidak lazim ( fellatio
atau sodomy)
Pem. yg rutin dikerjakan :
Daerah yg diperiksa tergantung dr peristiwanya, kepala,
bulu2 / rambut di wajah, kulit di daerah perioral, paha
bgn dalam, daerah pantat
Rambut kepala dicabut & direndam dlm larutan NaCl
Pem. Dilakukan dg pam smear & penentuan as. Fosfatase
Kulit dibasahi dg aplikator katun yg telah direndam dlm
larutan NaCl
Test yg positif pd paha/ pantat, dpt membantu
memperkirakab saat terjadinya kejahatan tsb, tentunya
tergantung dr : apakah korban telah membersihkan
dirinya atau belum
PATOLOGI SEKS
I. Heteroseksuil
1. Algolagni : puas bila disakiti/menyakiti lawan jenis
a. Sadisme : puas bila menyakiti (umumnya laki2)
b. Masochisme : puas bila disakiti
2. Necrophili : koitus dg mayat (wanita), sering mencuri mayat
wanita
3. Fetichisme : puas bila melihat 1 bgn tubuh lawan jenis/ memiliki
benda2 lawan jenis (yg diteruskan dg onani), kasus ini srg
mencuri/ mengintip
4. Pygmalionisme : semacam fetichisme dimana seorg jatuh cinta dg
benda mati : arca, patung, gambar, lukisan, foto ( melihat itu &
beronani sehingga mndptkan kepuasan seks), lebih srg pd laki2
5. Gerontophili : seorg jatuh cinta pd jenis kelamin lain yg jauh lebih
tua
6. Exhibitionisme : kepuasan seks didapatkan setelah menunjukan
alat kelaminnya dimuka umum (sekalipun tdk onani) berlawanan
dg Pasal 281 KUHP
DD : Dementia senilis pd ortu, serangan epilepsi, org gila
7. Transvertitisme : mendapatkan kepuasan seks bila memiliki/
memakai jenis lain srg diikuti pencurian pakaian
II. Homoseksuil
1. tribadie : mendptkan kepuasan seks dg cara
menggeserkan/ penggosokan alat kelamin satu sama
lain di paha/tangan. Kdg2 disertai dg pergerakan onani
dg jari2/ memasukkan jarinya ke vagina
2. saphisme : perbuatan seks di luar batas, umunya
terjadi di antara perempuan & mengakibatkan sadisme
3. predirasti : terdapat pd laki2 dimana ia senang
memasukkan penisnya ke anus temannya
4. onani : pelaku mencari kepuasan sendiri tidak
melanggar hukum asal melakukannya tdk ditempat
umum
a.Onani dilakukan sendiri ( disebut onani )
b.Onani yg dilakukan oleh org lain yg sm jenis
kelamin ( disebut onani mutualis)
III. Lain2
1. sodomi-zoophili-bestialiteit : berhubungan seks dg
binatang, baik terdapat pd laki2 atau perempuan
2. satryasis : laki2 dg napsu seks berlebihan
3. nymphomania : wanita dg napsu berlebihan
LO 2. MM VISUM ET
REPERTUM
Visum et Repertum
Definisi:
VeR adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis
terhadap manusia, hidup ataupun mati, ataupun
bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan

Dasar hukum:
KUHAP 184 ay1: ttg alat bukti yg sah
KUHAP 186: ttg pernyataan ahli
KUHAP 187c: pendapat resmi dr ahli
Jenis visum et repertum:
a. Visum et repertum perlukaan
( termasuk keracunan)
b. Visum et repertum kejahatan susila
c. Visum et repertum jenasah
d. Visum et repertum psikiatrik
Jenis Visum
1. Untuk Orang Hidup
Visum yang diberikan untuk korban luka-luka karena
kekerasan, keracunan, perkosaan, dan psikiatri.
Dibedakan atas :
a. VeR sementara :
- diberikan pd korban yg msh dirawat
-VeR yg diterbitkan belum ada kesimpulan karena
menunggu observasi lebih lanjut.
b. VeR lanjutan :
- Merupakan lanjutan dari VeR sementara, dibuat
setelah korban sembuh/meninggal.
- Tgl & No. VeR sementara dicantumkan.
- Telah ada kesimpulannya setelah diobservasi
Jenis Visum
c. Visum Langsung :
- Langsung diberikan stlh pmriksaan
Korban

2. Visum Jenasah :
a. Visum dengan pemeriksaan luar
b. Visum dengan pemeriksaan luar &
dalam
Visum et Repertum Korban Hidup
Dibuat setelah pemeriksaan selesai, korban
tidak perlu dirawat lebih lanjut atau meninggal.
Visum et Repetum sementara, dibuat setelah
pemeriksaan selesai, korban masih perlu
mendapat perawatan lebih lanjut.
Visum et Repertum lanjutan dibuat bila:
Setelah selesai perawatan korban sembuh.
Setelah mendapat perawatan, korban meninggal.
Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau
dokter lain.
Perawatan belum selesai, korban pulang paksa
atau melarikan diri
Visum et Repertum Jenazah Penggalian.
Visum et Repertum barang bukti.
Peranan Visum et Repertum
1. Visum et repertum adalah salah satu bukti
yg sah sebagaimana tertulis dalam pasal
184 KUHAP.
2. Turut berperan dalam proses pembuktian
suatu perkara pidana terhadap kesehatan
dan jiwa manusia
3. Menguraikan segala sesuatu tntg hasil
pemeriksaan medik yg tertuang di dalam
pemberitaan, yg karenanya dpat dianggap
sebagai pengganti benda bukti
4. Memuat keterangan atau pendapat dokter
mengenai hasil pemeriksaan medik tsb yg
tertuang di dalam bagian kesimpulan
Fungsi visum et repertum
1. Menentukan ada atau tidaknya
tindak kejahatan
2. Mengarahkan penyidikan
3. Menentukan penahanan
4. Menentukan penuntutan
Ketentuan umum dalam pembuatan
Visum et Repertum
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi
pemeriksa.
b. Bernomor dan bertanggal.
c. Mencantumkan nama Pro justitia dibagian atas (kiri
atau tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
e. Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu
mendeskripsikan temuan pemeriksaan.
f. Tidak menggunakan istilah asing atau istilah
kedokteran.
g. Berstempel instansi pemeriksa tersebut.
h. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.
i. Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et
Repertum (instansi).
Bentuk dan isi VeR
Visum terdiri dari 5 bagian :
Kata Pro Justitia
Bagian Pendahuluan
Bagian Pemberitaan
Bagian Kesimpulan
Bagian Penutup
Bentuk dan isi VeR
Pro Justitia
Ditulis di bagian atas visum
Sudah dianggap sama dengan meterai
Kata Pro Justitia artinya Demi Keadilan,
mengandung arti laporan yang dibuat
untuk tujuan peradilan.
Bentuk dan isi VeR
Bagian Pendahuluan
Berisi tentang :
* waktu, tempat pemeriksaan
* atas permintaan siapa & no, tgl srt.
* dokter, pembantu yang memeriksa
* identitas korban
* mengapa diperiksa
Bentuk dan isi VeR
Bagian Pemberitaan
Bagian ini berjudul Hasil Pemeriksaan
Berisikan apa yang dilihat dan
ditemukan
Bentuk dan isi VeR
Bagian Kesimpulan
Memuat inti sari dari hasil pemeriksaan,
disertai pendapat dokter yg memeriksa/
menymplkn kelainan yg terjd pd korban.
Jenis luka/cedera yg ditemukan,
jenis kekerasan, derajat luka atau
sebab kematian.
Bentuk dan isi VeR
Bagian Penutup
Bagian ini tidak berjudul.
Memuat pernyataan VeR dibuat atas
sumpah dokter, menurut pengetahuan
pengetahuan yang sebaik-baiknya dan
sebenarnya.
Cantumkan Lembaran Negara No.350
tahun 1937 atau berdasarkan KUHAP
Nilai VeR
KUHAP ps 184 :
ALAT BUKTI YANG SAH ADALAH :
1. Keterangan Saksi
2. Keterangan Ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa

VeR digolongkan kedalam alat bukti


Surat
Nilai VeR
KUHAP ps186 :
Keterangan ahli ialah apa yang seorang
ahli
nyatakan didepan sidang.

KUHAP ps 184 ayat (c )


Surat keterangan dari seorang ahli yg
memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai
suatu hal atau suatu keadaan yang diminta
secara resmi daripadanya.
Tata Cara Permohonan
Visum et Repertum
Pasal 133 ayat (2) KUHAP :
Permintaan Keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat atau pemeriksaan bedah mayat
Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus
dibuat dengan menggunakan format sesuai
dengan jenis kasus yang sedang ditangani.
SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang
syarat kepangkatan dan pengangkatannya diatur
dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP)
nomor 27 tahun 1983.
Korban yang meninggal dunia harus
diantar oleh seorang anggota POLRI
dengan membawa SPVR.
Korban yang meninggal dunia harus
diberi label sesuai dengan peraturan
yang tercantum didalam pasal 133
ayat (3) KUHAP
Sebaiknya penyidik yang meminta
Visum et Repertum mengikuti
jalannya pemeriksaan bedah jenazah.
Prosedur permintaan VetR korban
hidup
Permintaan harus secara tertulis, tdk
dibenarkan secara lisan / telepon / via
pos.
Korban adalah BB, maka permintaan
VetR harus diserahkan sendiri oleh
polisi bersama-sama
korban/tersangka.
Tidak dibenarkan permintaan V et R
ttg sesuatu peristiwa yang telah
lampau, mengingat rahasia
kedokteran (Instruksin Kapolri
No.Ins/E/20/IX/75).
Prosedur permintaan VetR korban mati
(mayat)
Permintaan harus diajukan secara
tertulis, tidak dibenarkan melalui
telepon, lisan atau pos.
Mayat diantar bersama-sama SPVR
oleh polisi ke Bgn Ilmu Kedokteran
Forensik.
Mayat harus diikatkan label yang
memuat Identitas mayat ( KUHAP psl
133 ayat 3).
Cara pembuatan:
VeR dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, diatas sebuah
kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan
pemeriksaan
Ditulis dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan, dan sedapat
mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan, berikan penjelasan
dalam bahasa Indonesia
Apabila sesuatu kalimat dalam VeR berakhir tidak pada tepi kanan format,
maka sesudah tanpa tanda titik harus diberi garis hingga tepi kanan format.
VeR PADA KASUS PERLUKAAN
Terhadap setiap pasien yang diduga korban
tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan VeR dari polisi, dokter harus
membuat catatan medis atas semua hasil
pemeriksaan medisnya secara lengkap dan
jelas shg dapat digunakan untuk
pembuatan VeR
Umumnya:
Luka ringan: datang ke dokter setelah melapor
ke penyidik shg membawa surat permintaan
VeR
Luka sedang-berat: datang ke dokter lebih dulu
61
Bagian Pemberitaan
Disebutkan KU korban sewaktu datang
Luka2 / cedera / penyakit yang ditemukan
pada pem. Fisik: letak, jenis, sifat luka,
ukuran luka
Pemeriksaan penunjang
Tindakan medis yg dilakukan
Riwayat perjalanan penyakit selama
perawatan
Keadaan akhir saat perawatan selesai
Gejala yang dpt dibuktikan scr objektif
dapat dimasukkan dalam VeR

62
VeR PADA KORBAN KEJAHATAN
SUSILA

Umumnya korban kejahatan susila


yang dimintakan VeR nya pada dokter
adalah kasus dugaan adanya
persetubuhan yang diancam hukuman
oleh KUHP (perzinahan, perkosaan,
persetubuhan dengan wanita yang
tidak berdaya, persetubuhan dengan
wanita yang belum cukup umur, serta
perbuatan cabul)
63
Dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya
persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya
kekerasan (termasuk keracunan), serta usia korban
Periksa adakah penyakit hub. Seksual, kehamilan,
dan kelainan psikiatrik sbg akibat dr tindakan
pidana tsb
Dokter tidak dibebani pembuktian adanya
pemerkosaan, krn istilah pemerkosaan adalah istilah
hukum yang harus dibuktikan di depan sidang
Dalam kesimpulan: tercantum perkiraan usia
korban, ada atau tidaknya tanda persetubuhan, dan
bila mungkin menyebutkan waktu perkiraan
kejadian, dan ada tidaknya tanda kekerasan
Bila ditemukan adanya tanda2 ejakulasi atau
adanya tanda2 perlawanan (cth: darah pd kuku
korban), dokter berkewajiban mencari identitas
tersangka mll pem. Gol. Darah serta DNA
64
VeR PSIKIATRIK
Pasal 44 (1) KUHP: Barangsiapa melakukan
perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan
karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau
terganggu karena penyakit, tidak dipidana
Diperuntukkan bagi tersangka/terdakwa
pelaku tindak pidana, bukan bagi korban.
Pembuat visum sebaiknya seorang dokter
psikiatri yang bekerja di RSJ atau RSU
Keadaan tertentu dmn kesaksian seseorang
yang amat diperlukan sedangkan ia
terganggu kejiwaannya, jika ia bersaksi di
pengadilan maka kadang hakim juga
meminta VeR psikiatrik
65
VeR JENAZAH

Jenazah yang akan dimintakan VeR nya


harus dilabel: identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan, diikatkan
pada ibu jari kaki atau bag. Tubuh lain.
Pada surat permintaan VeR harus jelas
tertulis jenis pemeriksaannya, apakah
pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah)
atau pemeriksaan luar & dalam/autopsi
(pemeriksaan bedah jenazah)
66
LO III. MM KEWAJIBAN
DOKTER DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS
DIBIDANG HUKUM
KEDOKTERAN DAN FORENSIK
SIAPA YANG BERHAK MEMINTA
VISUM ET REPERTUM
1. Penyidik (KUHAP I butir 1, 6,7,120, 133, PP RI NO 27 Th 1983)
* Pejabat polisi negara RI tertentu sekurang-kurangnya berpangkat
PELDA (AIPDA)
* Kapolsek berpangkat Bintara dibawah PELDA (AIPDA)
2. Penyidik Pembantu (KUHAP I Butir 3, 10, PP RI NO. 27 Th 1983)
* Pejabat polisi negara RI tertentu yang sekurang-kurangnya
berpangkat SERDA Polisi (BRIPDA)
3. Provos
* UU No I Darurat Th 1958
* Keputusan Pangab No. Kep/04/P/II/1984
* UU No. 31 tahun 1997 ttg Peradilan Militer
4. Hakim Pidana (KUHAP 180)
Yang berwenang/wajib melakukan
pemeriksaan
Menurut KUHP pasal 133 ayat (1) yang
berwenang melakukan pemeriksaan
atas tubuh manusia, baik masih hidup
maupun sudah mati, adalah :
Ahli kedokteran kehakiman
Dokter
Ahli lain, karena dengan dipergunakannya
kata-kata dan atau ahli berarti ahli lain
dapat memeriksa sendiri tanpa
bekerjasama dengan dokter
DASAR HUKUM
Beberapa peraturan perundang-undangan
yang mengatur pekerjaan dokter dalam
membantu peradilan:
* KUHAP 133
* KUHAP 134
* KUHAP 179
* KUHP 222
* Reglemen pencatatan sipil Eropa 72
* Reglemen pencatatan sipil Tionghoa 80
* STBL 1871/91
* UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70
Pasal 179 KUHAP
Ayat 1:
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai
ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya
wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Ayat 2:
Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi
berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka
mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan
keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang
keahliannya.
UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70
Ayat 1:
Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan
dapat dilakukan bedah mayat untuk penyelidikan
sebab penyakit dan atau sebab kematian serta
pendidikan tenaga kesehatan.
Ayat 2:
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Ayat 3:
Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Peran dokter dlm proses
peradilan
Keterangan Ahli

Pasal 1 butir 28: Keterangan ahli adalah keterangan yang


diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan
Pasal 184 : Akan dijadikan alat bukti yang sah di depan sidang
pengadilan
Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli
nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 187(c): Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat
pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.
Berdasarkan pasal tersebut keterangan ahli termasuk dalam
alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP.
Peran dokter dlm proses
peradilan
Pihak yg berwenang minta keterangan ahli:

KUHAP Pasal 133 ayat (1) : penyidik


KUHAP Pasal 11 : penyidik pembantu

Kategori penyidik KUHAP Pasal 6 ayat (1) PP 27


tahun 1983 Pasal 2.
1) Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh
UU, pangkat paling rendah Pembantu Letnan Dua. Penyidik
pembantu pangkat paling rendah Sersan Dua.
Jika pegawai negri, penyidik pangkat paling rendah golongan
II/b. Penyidik pembantu II/a.
2) Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik spt
diatas, Kapolsek berpangkat bintara dibawah Pembantu Letnan
Dua dikategorikan sbg penyidik k/ jabatannya.
Peran dokter dlm proses
peradilan
Pihak yg berwenang minta keterangan
ahli:

Kategori penyidik
Surat Keputusan Pangab No : Kep/04/P/II/1983 tentang
Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian Militer
Pasal 4 huruf c : Polisi militer sebagai penyidik
Pasal 6 ayat c : Provoost dalam membantu
Komandan/Ankum dalam penyidikan perkara
pidana, tetapi penyelesaian selanjutnya
diserahkan kepada POM atau POLRI
Peran dokter dlm proses
peradilan
Permintaan keterangan ahli
Permintaan oleh penyidik secara tertulis & jelas
jenis pemeriksaan yang diminta
(KUHAP Pasal 133 ayat (2) terutama untuk korban mati)

Ditujukan kepada instansi kesehatan atau instantsi


khusus, bukan individu dokter yang bekerja dalam
instansi itu

Jenasah harus diperlakukan Korban yg masih hidup


baik, diberi label identitas, sebaiknya diantar petugas
penyidik wajib memberitahu kepolisian guna kepastian
keluarga pemeriksaan yg identitas
akan dilakukan
Peran dokter dlm proses
peradilan
Kewajiban dokter sbg saksi ahli:
Wajib memberikan keterangan ahli
Pasal 120 KUHAP
Pasal 179 ayat (1) KUHAP
Wajib mengucapkan sumpah atau janji

Jenis bantuan ahli:


Membuat terang suatu perkara pidana, mengumpulkan
bukti-bukti yang memerlukan keahlian khusus.
Memberikan petunjuk yang lebih kuat mengenai pelaku
tindak pidana.
Membantu hakim dalam menjatuhkan putusan dengan
tepat terhadap perkara yang diperiksanya.
Peran dokter dlm proses
peradilan
Bantuan dokter sbg saksi ahli (forensik):
Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Pemeriksaan korban hidup
Pemeriksaan korban mati
Penggalian mayat
Menentukan umur seorang korban / terdakwa.
Pemeriksaan jiwa seorang terdakwa
Pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence).
Pemeriksaan Toksikologi
Pemeriksaan Histopatologi.
Pemeriksaan Antropologi
Pemeriksaan/ teknik superimposisi
Pemeriksaan Laboratorium Forensik Khusus
LARANGAN UNTUK MENJADI SAKSI
AHLI
Pasal 168 KUHAP
Kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang ini, maka tidak dapatdidengar
keterangannya dan
dapatmengundurkan diri sebagaisaksi :
a.Keluarga sedarah atau semendadalam
garis lurus ke atas atau kebawah
sampai sederajat ketiga dariterdakwa
atau yang bersama-samasebagai
terdakwa
b.Saudara dari terdakwa atau
yangbersama-sama sebagai
terdakwa,saudara ibu atau saudara
bapak,juga mereka yang
mempunyaihubungan karena
perkawinan dananak-anak saudara
terdakwa sampaiderajat ketiga
c.Suamiatauisteriterdakwameskipuns
udah bercerai atau yang bersama-
sama sebagai terdakwa
Pasal 169 KUHAP
(1)Dalam hal mereka sebagaimanadimaksud
dalam pasal 168 menghendakinya dan
penuntut umum serta terdakwa secara
tegas menyetujuinya dapat memberi
keterangan dibawah sumpah
(2)Tanpa persetujuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), mereka
diperbolehkan memberikan keterangan
tanpa sumpah
Peran dokter dlm proses
peradilan
Saksi ahli tidak sah bila:
Keluarga sedarah dalam garis lurus
keatas /kebawah sampai derajat
ketiga dari terdakwa / yg bersama-
sama sebagai terdakwa.
Saudara dari terdakwa / yg bersama-
sama sebagai terdakwa, saudara ibu
atau bapak, juga mereka yg
mempunyai hubungan karena
perkawinan dan anak-anak saudara
terdakwa sampai derajat ketiga.
Suami / istri terdakwa meskipun
sudah bercerai atau yg bersama-
sama sebagai terdakwa.
SUMPAH

Asertoris menyatakan (pasal 242)


Sbg saksi
Sbg ahli
Promisoris berjanji (hukum prinsip)
Menjadi warga negara
Jabatan / pekerjaan
SANKSI

Pasal 242
(1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang
menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah
atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang
demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di
atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara
pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
(2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam
perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka,
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.
(3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau
penguatan diharuskan menurut aturan-aturan umum atau
yang menjadi pengganti sumpah.
(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4
dapat dijatuhkan.
SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK
PERMINTAAN PENYIDIK
Pasal 216 KUHP :
1. Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut perintah
atau permintaan keras, yang dilakukan menurut
peraturan Undang-undang oleh Pegawai Negeri yang
diwajibkan mengawasi atau oleh pegawai negeri
yang diwajibkan atau yang dikuasakan mengusut
atau memeriksa tindak pidana. Demikian juga
barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan suatu
pekerjaan yang diusahakan oleh salah seorang
pegawai negeri itu untuk menjalankan suatu
peraturan undang-undang, dipidana dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau
denda paling banyak sembilan ribu rupiah
SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK
PERMINTAAN PENYIDIK
Pasal 216 KUHP :
1.Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut
perintah atau permintaan keras, yang dilakukan
menurut peraturan Undang-undang oleh Pegawai
Negeri yang diwajibkan mengawasi atau oleh
pegawai negeri yang diwajibkan atau yang
dikuasakan mengusut atau memeriksa tindak
pidana.
Demikian juga barangsiapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan suatu pekerjaan yang diusahakan
oleh salah seorang pegawai negeri itu untuk
menjalankan suatu peraturan undang-undang,
dipidana dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah
2. Yang disamakan dengan pegawai negeri
yang tersebut dalam bagian pertama ayat
diatas ini ialah semua orang yang menurut
peraturan undang-undang selalu atau
sementara diwajibkan menjalankan suatu
jabatan umum apapun juga.
3. Kalau pada waktu melakukan kejahatan itu
belum lagi dua tahun sesudah pemidanaan
yang dahulu menjadi tetap karena
kejahatan yang sama itu juga, maka
pidana itu dapat ditambah sepertiganya.
Pasal 65 KUHAP:
Tersangka atau terdakwa berhak untuk
mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau
seseorang yang memiliki keahlian khusus guna
memberikan keterangan yang menguntungkan bagi
dirinya.
Pasal 222 KUHAP:
Barang siapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat forensik diancam dengan pidana
penjara paling lama 9 bulan ataud enda paling
banyak 4500 rupiah.
Pasal 224 KUHAP:
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru
bahasa menurut undang-undang dengan sengaja
tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-
undang yang harus dipenuhinya diancam :
1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling
lama 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama
6 bulan.
Kejahatan Seksual
Pasal 284
(1)Dipidana dengan pidana selama-
lamanya sembilan bulan
1.a. Laki-laki yang beristri yang berzinah
sedang diketahuinya, bahwa pasal 27
kitab UU hukum perdata berlaku baginya
b. Perempuan yang bersuami yang berzinah
2.a. Laki-laki yang turut melakukan
perbuatan itu ,sedang diketahuinya bahwa
yang turut bersalah itu bersuami,
b. Perempuan yang tidak bersuami yang turut
melakukan perbuatan itu..............
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan
suami atau istri yang terhina dan dalam hal bagi
suami-istri itu berlaku pasal 27
Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa
seseorang perempuan bersetubuh
dengan dia di luar perkawinan ,
karena perkosaan dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya dua
belas tahun
Pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan
seorang perempuan diluar
perkawinan , padahal diketahuinya
bahwa perempuan itu dalam
keadaan pingsan atau tidak
berdaya , dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya sembilan
tahun.
Pasal 287
1. Barang siapa bersetubuh dengan seorang
perempuan diluar perkawinan , padahal
diketahuinya atau patut diduganya ,
bahwa umur orang perempuan itu belum
cukup 15 tahun atau umurnya tidak jelas ,
bahwa perempuan itu belum pantas
dikawin , dipidana dengan pidana
selama2nya 9 thaun
2. Penuntutan hanya dilakukan atas
pengaduan , kecuali jika umur orang
perempuan itu belum cukup 12 tahun
atau jika ada salah satu hal berdasarkan
pasal 291 dan pasal 294
Pasal 288
1. Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh
dengan seorang perempuan yang
diketahuinya atau patut dapat diduganya ,
bahwa orang perempuan itu belum pantas
untuk dikawin , dipidana dengan pidana
penjara selama lamanya empat tahun , jika
perbuatan itu mengakibatkan luka .
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka berat
dipidana penjara selama-lamanya delapan
tahun
3. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematiuan
, dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya
duabelas tahun
Pasal 293
Barang siapa dengan memberi atau
menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan perbuatan yang timbul dari
perubahan keadaan , atau dengan penyesatan
sengaja menggerakkan seorang belum dewasa
dan tidak cacat tingkah lakunya untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul dengan dia , padahal tentang
belumkedewasaannya diketahuinya atau patut
diduganya , dipidana dengan pidana penjara
selamalamanya lima tahun .
Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan
orang yang terhadap dirinya dilakukan
kejahatan itu
Kekerasan Seksual: Definisi
Kekerasan seksual (SV) adalah setiap
tindakan seksual yang akan dilakukan
terhadap seseorang. SV mencakup
berbagai pelanggaran, termasuk seks
tindakan selesai nonconsensual (yaitu,
perkosaan), suatu perbuatan seks
mencoba nonconsensual, kontak seksual
yang kasar (misalnya, menyentuh yang
tidak diinginkan), dan non-kontak
pelecehan seksual (misalnya, mengancam
kekerasan seksual, eksibisionisme,
pelecehan seksual secara verbal).
Sebuah perbuatan seks selesai
didefinisikan sebagai kontak antara penis dan
vulva atau penis dan anus yang melibatkan
penetrasi, namun sedikit; kontak antara mulut
dan penis, vulva, atau anus, atau penetrasi
pembukaan dubur atau alat kelamin orang lain
dengan tangan, jari, atau benda lain.
Tindakan mencoba (tapi tidak selesai)
seks.
Kontak seksual Kasar didefinisikan sebagai
sengaja menyentuh, baik secara langsung
atau melalui pakaian, dari alat kelamin, dubur,
selangkangan, payudara, paha bagian dalam,
atau bokong seseorang tanpa atau
persetujuan, atau seseorang yang tidak dapat
izin atau menolak.
Pelecehan seksual non-kontak tidak
termasuk kontak fisik yang bersifat seksual
antara pelaku dan korban. Ini mencakup
tindakan seperti voyeurisme, paparan
disengaja individu untuk eksibisionisme,
paparan yang tidak diinginkan untuk
pornografi; pelecehan seksual verbal atau
perilaku; ancaman kekerasan seksual untuk
mencapai beberapa ujung yang lain, atau
mengambil foto-foto bugil yang bersifat
seksual orang lain tanpa nya atau nya
persetujuan atau pengetahuan, atau
seseorang yang tidak dapat menyetujui atau
menolak.
PEMERIKSAAN PD
KEJAHATAN SEKSUAL
Pemeriksaan forensik dalam kasus
kejahatan kesusilaan
KORBAN TERSANGKA
Identifikasi Sel epitel dinding
Tanda-tanda vagina
persetubuhan Penyakit Menular
Tanda-tanda Seksual
kekerasan Golongan darah
Perkiraan umur Enzimatik
Pantas dikawin DNA
atau tidak
Faktor yang mempengaruhi
Saat pemeriksaan dilakukan
Keaslian barang bukti (kondisi korban)
Kualifikasi pemeriksa
Koordinasi dokter dan penyidik
Variasi biologis
Hymen yang elastis
Derajat penetrasi penis
Ukuran dan kaliber penis
Azoospermia
Penggunaan kondom
Kejahatan Seksual
Pemeriksaan eksternal:
Mulut & bibir
Swab: sperma, sel epitel pemerkosa, dll
Bekas gigitan, cupang:
Di leher, pundak, dada, belakang telinga, pantat, dll
Berupa petekie, jejak gigi, superfisial, laserasi
Foto, ukur, swab saliva, dental cast (bila mungkin)
Abrasi, lebam, perlukaan secara umum
Payudara: diremas discoid bruises berjarak 1-2cm, umumnya di
sekitar papila mammae
Lebam & abrasi linear: tekanan & tercakar waktu bergelut,
umumnya di paha atas bagian dalam
Perlukaan punggung korban: serangan di permukaan kasar
Kuku patah: rambut, serat pakaian, darah/ kulit pelaku
Kejahatan Seksual
Pemeriksaan eksternal:
Perlukaan genital
Vulva & anus:
laserasi, bengkak, lebam
darah, discharge, cairan lainnya: cotton swabs yg tak
mengandung albumin/media lainnya, disapukan scr lembut ke
permukaan mukosa yg diperiksa
Rambut, semen, darah di tubuh / pakaian korban:
Pakaian, seprai: seluruh pakaian/seprai sbagai bukti, potong
bila terpaksa, bungkus hati2, kirim ke lab
Tubuh korban: noda semen kering/basah (korban jgn mandi dl)
Rambut genital:
Sisir rambut kemaluan dengan sisir halus yg dasarnya dilapis
wool-katun menangkap serat yg lepas
Semen/darah yg kering di rambut: gunting rambut yg ternoda,
bungkus dg hati2 dalam amplop/kantong plastik, kirim ke lab
Kejahatan Seksual
Interpretasi atas temuan yg minim:
Adakah bukti terjadinya aktivitas seksual (kapanpun)?
Selaput dara utuh?
Robekan selaput dara yg sudah sembuh?
Bekas kehamilan: striae, payudara
Adakah bukti hubungan seksual yg masih baru?
Perlukaan hymen yg masih baru: bengkak, belum terepitelisasi,
mungkin masih berdarah
Labia vagina merah, bengkak, meradang
Ada semen (tak ada bukan berarti tak terjadi kondom)
PMS: syphilis, GO
Apakah terjadi kekerasan/paksaan?
Abrasi, lebam, laserasi, cakaran di daerah genital
Trauma digital atau instrumental
Singkirkan: hubungan seksual yg terlalu bersemangat
Kejahatan Seksual
Pemeriksaan semen (di negara maju dokter):
Metode mendeteksi semen:
Mata telanjang & lensa:
Discharge dari anus & vagina
Noda semen mengering di kain: kaku, agak keperakan (mengkilap),
tergantung jenis & warna kainnya
Noda semen mengering di kulit (mayat): lepaskan hati2
menggunakan jarum/pisau, atau swab dengan swab kapas polos yg
telah dilembabkan dengan air/saline
Noda semen mengering di rambut: gunting rambut ternoda
Lampu UV: warna biru keperakan
Sering dikacaukan dg cairan tubuh lainnya, jus sayuran, detergen,
dll hanya untuk screening awal
Reaksi enzyme: acid phospatase (ada di vaginal fluid jg)
Metode immunologi: Prostate Specific Antigen, DNA, PCR
Spermatozoa, sel epitel pemerkosa (metode Fluorescent in situ
hybridization / FISH)
Hasil pemeriksaan

Penyebab Hasil
Penetrasi penis Robekan selaput dara (Hymen)
Perlukaan daerah genital
Ejakulasi Sperma dalam vagina
Air mani (pemeriksaaan asam
fosfatase; kholin&spermin)
Kehamilan
Penyakit kelamin Kencing nanah (GO)
PMS lain
Hasil pemeriksaan
( berdasakan saat pemeriksaan )

Bukti Minggu I Minggu II Minggu III


Sperma 2 hari

Air Mani 3 hari

Robekan
Hymen
Obat-obatan 3 hari

Kehamilan

Stress pasca
perkosaan
Pemeriksaan Laboratorium Pada
Korban Kejahatan Seksual
Jenis Barang bukti Metode Hasil yg diharapkan
Pemeriksaan yg diperiksa
Penentuan Cairan vaginal Tnp pewarnaan Sperma yg masih bergerak
adanya
sperma
Dg pewarnaan Bag basis kepala sperma berwrn ungu,
malachitgreen bag hidung merah muda

Pakaian Pewarnaan Baeeci Kepala sperma berwrn merah, bag


ekor berwrn biru muda

Penentuan Cairan vaginal Reaksi dg adanya asam fosfatase yg berasal dari air mani
adanya air
mani
Wrn ungu timbul dlm wktu < 30
detik, berarti indikasi besar. Wrn
ungu timbul < 65 detik, indikasi
sedang
Reaksi florence Adanya kholin dlm air mani
membentuk kristal kholim
peryodida
Reaksi Berberio Adanya spermin dlm air mani
membentuk spermin pikrat
Jenis Barang bukti Metode Hasil yg diharapkan
Pemeriksaan yg diperiksa

Pakaian Inhibisi asam Bercak air mani dpt


fosfatase dg asam dibedakan dr bercak-
tartrat bercak lain
Reaksi dg asam Wrn ungu pd pakaian
fosfatase menunjukkan mani

Cairan dr sal kemih Sinar UV, visual Letak air mani dpt
(Sekret urethra dan perabaan dan diketahui
cairan dr leher penciuman
rahim
Cairan dr ulkus pd Pemeriksaab T. pallidura (Lues, sifilis)
genitalia mikroskopis (Dark-field microscope)

Darah Tes serologi VDRL (+) utk sifilis

Penentuan Urine Hemaglutination Adanya kehamilan tdk


adanya inhibition test terjadi penggumpalan
kehamilan (Pregnosticon),
agglutination
inhibition test
(Gravidex)
Jenis Barang bukti Metode Hasil yg diharapkan
Pemeriksaan yg diperiksa

Toksikologis Darah dan urine Thin layer Adanya obat-obat yg


chromatograph, dpt menurunkan /
mikrodiffusi, dll menghilangkan
kesadaran

Penentuan gol Cairan vaginal yg Serologis (A-B- Gol darah dr air mani
darah berisi air mani O grouping test) berbeda dg gol darah
dan darah dr korban
Alur pemeriksaan korban kejahatan
seksual
Korban

Dokter
Penyidik POLRI
Dokter
Surat +
permintaa Penyidik POLRI Surat Keterangan
n VeR Dokter

Dokter
Dokter
Visum et Repertum Visum et Repertum Forensik

Keterangan:
Penyidik
: Alur normal KUHAP POLRI
: Alur ideal pusat penanganan
kekerasan terpadu
Visum et Repertum
: Alur yang sering dijumpai di
Contoh kesimpulan VeR
Pada wanita dewasa yang berumur sekitar
25 tahun ini, ditemukan adanya luka-luka
lecet dan memar akibat kekerasan tumpul;
serta robekan baru pada selaput dara,
pada lokasi pukul 6 sesuai arah jarum jam.
Selanjutnya didapatkan sel mani (sperma)
yang masih bergerak di dalam liang
senggama dan alkohol dalam darah
sebesar 50mg%
Persetubuhan dengan kekerasan pada
wanita ini baru terjadi yaitu kurang dari 5
jam yang lalu dari saat pemeriksaan
Demikianlah ...........
Penatalaksanaan
Secara garis besar meliputi 3 tujuan, yaitu pencegahan infeksi penyakit menular seksual
, pencegahan kehamilan, dan penatalaksanaan
traumakorban.
Infeksi yang dideteksi dalam 24 jam setelah kejadian sebagian besar telah diderita
sebelum kejadian. Untuk mencegah penyakit menular sepertigonoredansifilis, berikan
penisilin 4,8 juta unit atau amoksisilin 3 g dan probenesid 1 g atau seftriakson 250 mg
intramuskular. Bila alergi penisilin, berikan spektinomisin 2 g intramuskular diikuti
doksisiklin 100 mg 2 kali sehari peroral selama 7 hari. Wanita hamil diberikan eritromisin
500 mg 4 kali sehari selama 7 hari, sedangkan anak-anak 30-50 mg/kg BB/hari dibagi
dalam 4 dosis. Pemberian tergantung pula pada hasil sensitivitas bakteri lokal. Untuk
klamidia dapat diberikan azitromisin 1 g dosis tunggal oral. Untuk anak-anak tidak
direkomendasikan profilaksis, kecuali tersangka diketahui infeksi.
Pemeriksaan dan penatalaksanaan HPV,HIV, hepatitis dan hespes simpleks masih menjadi
kontroversi karena masa latennya yang panjang.
Untuk mencegah kehamilan dapat diberikan pilkontrasepsipascasenggama bila masih
dalam waktu yang ditentukan (keterangan mengenai pil yang digunakan dapat dibaca
dalam subbab Kontrasepsi). Lakukan tes kehamilan yang efektif sebelum dilakukan
pengobatan bila dicurigai terdapat kehamilan sebelumnya.
Traumafisik umumnya. Bila perlu diberikan suntikantetanustoksoid pada luka yang
cukup dalam. Yang paling penting adalahtraumapsikologis yang diderita, biasanya terdiri
dari fase akut dan fase jangka panjang. Mula-mula pasien dapat bersikap ekspresif,
termasuk marah, sedih, danansietas, atau bersikap terkontrol. Gangguan paling umum
diderita adalah somatisasi dan dapat berlangsung selama 3-6 bulan. Fase jangka panjang
dapat berlangsung bertahun-tahun, termasukdepresi, disfungsi seksual, penyalahgunaan
zat, percaya diri yang rendah,obesitas, dan nyeri panggul kronik.
Dilakukan pemeriksaan ulang 7-14 hari kemudian untuk tes serologi dan
kulturgonoretetap negatif, pasien tidak hamil, dan terapi psikologis yang diperoleh
sesuai.

You might also like