You are on page 1of 55

PENDAHULUAN

Metode volumetri/titrimetri masih digunakan secara luas


karena merupakan metode yang tahan, murah, dan
mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi.
keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetri
kurang spesifik
TITRASI
TITRAN
TITIK EKIVALEN
TITIK AKHIR TITRASI
INDIKATOR
Hal-hal yg hrs diperhatikan dlm
analisis volumetri
Alat pengukur volume spt : buret, pipet
volum dan labu takar telah ditera secara
teliti (telah dikalibrasi)
Senyawa yg digunakan sbg lar. baku atau
pembakuan hrs seny. dgn kemurnian
tinggi
Indikator atau alat lain untuk mengetahui
selesainya titrasi
SYARAT ANALISIS TITRIMETRI

4. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat

5. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan


dengan persamaan reaksi. Bahan yang diselidiki
bereaksi sempurna dengan senyawa baku dengan
perbandingan kesetaraan stoikiometris.

6. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik


ekivalen tercapai, baik secara kimia atau fisika.
KEUNGGULAN VOLUMETRI DIBANDING GRAVIMETRI

Teliti sampai 1 bagian dalam 1000

Alat sederhana, cepat, serta tidak


memerlukan pekerjaan yang menjemukan
seperti pengeringan dan penimbangan
berulang-ulang.
PENGGOLONGAN VOLUMETRI

Berdasarkan pada reaksi kimia yang terjadi

Asidi-alkalimetri
Oksidasi-Reduksi
Pengendapan
Pembentukan kompleks
Berdasarkan pada cara titrasi

Titrasi Langsung

Titrasi kembali
atau Titrasi tidak
Langsung
ANALISIS VOLUMETRI
Penentuan dengan titrasi mempunyai sifat:
cepat
akurat
ekonomis
sangat selektif
Instrumentasi:
manual buret
titrator otomatis
Pipet, Buret dan Labu takar
Manual buret
Manual buret
Titrator otomatis
Berdasarkan pada jumlah sampel

Jumlah sampel : 100 1000 mg


Titrasi makro
Volume titran : 10 100 ml
Ketelitian buret : 0,02 ml.

Jumlah sampel : 10 100 mg


Titrasi semi
Volume titran : 1 10 ml
makro
Ketelitian buret : 0,001 ml.

Jumlah sampel : 1 10 mg
Titrasi Mikro Volume titran : 0,1 1 ml
Ketelitian buret : 0,001 ml.
Cara Menyatakan Kadar Larutan

Persen berat per berat (b/b)


Persen berat per volume (% b/v)
Molaritas
Formalitas
Normalitas
MOLARITAS
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap liter larutan

M = mol/L

Contoh perhitungan.
Hitunglah molaritas suatu larutan yang mengandung
6,0 g NaCl (BM = 58,44) dalam 200 ml larutan
NORMALITAS

Normalitas merupakan banyaknya ekivalen (ek) zat terlarut


(solute) tiap liter larutan

N = ek/V
N = g/(V x BE)
ek = g/BE

BE = BM/Valensi N = (gx Valensi)/(V x BE)


Formalitas
Banyaknya bobot rumus zat terlarut perliter
larutan

F =nf/V nf = g/BR

F = g/(BR x V

F = Formalitas
g = banyaknya zat terlarut (gram)
nf = banyaknya bobot rumus
BR = Bobot rumus
V = volume (liter)
Contoh : sebanyak 6,477 gram sampel
asam dikloro asetat, Cl2CHCOOH (BR =
128,94) dilarutkan dalam 500 ml. pada
kosentrasi ini, as. terdisosiasi sebesar
45% menurut reaksi :
Cl2CHCOOH H + + Cl2CHCOO -
hitung formalitas dan molaritasnya

Jawab : F = g/(BR x V)
F = 6,447/(128,94 x 0,500)
F = 0,10 F
Contoh : sebanyak 6,477 gram sampel
asam dikloro asetat, Cl2CHCOOH (BR =
128,94) dilarutkan dalam 500 ml. pada
kosentrasi ini, as terdisosiasi sebesar 45%
menurut reaksi :
Cl2CHCOOH H + + Cl2CHCOO -
hitung formalitas dan molaritasnya

[Cl2CHCOOH] = 45% x 0,1 = 0,045 M


[Cl2CHCOO -] = 55% x 0,1 = 0,055 M
Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada
konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat
secara teliti.
Titran semacam ini disebut dengan larutan baku (standar).
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas,
molaritas, atau bobot per volume
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan
sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa
tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur
dengan tepat.
Larutan standar ada dua macam: yaitu larutan baku primer dan
larutan baku sekunder.
Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan
baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer.
Suatu proses yang mana larutan baku sekunder dibakukan
dengan larutan baku primer disebut dengan standardisasi
SYARAT BAKU PRIMER
Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan, dan disimpan dalam keadaan
murni.

Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 0,02)% atau dapat


dimurnikan dengan penghabluran kembali.

Tidak berubah selama penimbangan.

Tidak teroksidasi oleh O2 dari udara dan tidak berubah oleh CO2 dari udara.
Susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya.

Mempunyai BE yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan akan menjadi


lebih kecil.

Mudah larut

Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat, dan terukur.
Cara Perhitungan Kadar

: Kesetaraan
V x N = Jumlah gram ekivalen (grek) Jumlah mol
x Kesetaraan
x BM

Kadar (%) Berat


(100%) x (: Berat sampel)
SAMPEL PADAT

V titran x Ntitran x BE
Kadar (% b/b) = x100%
Berat sampel (mg)

SAMPEL CAIR
V titran x Ntitran x BE
Kadar (% b/v) = x100%
ml sampel x 1000
Penolakan Hasil Analisis
Penolakan hasil analisis didasarkan pada
deviasi standar atau deviasi rata-rata (d)
Kalau dipakai deviasi rata-rata

X - X > 2,5d atau X - X > 4,5d

Jika standar deviasi yg dipakai sebagai dasar


penolakan maka :
X - X > 2SD atau X - X > 3 SD
Contoh : pada penetapan kadar NaCl secara
argentometri, diperoleh hasil sebagai berikut
yaitu : 95,72%, 95,81%, 95,83%, 95,92% dan
96,18%. Selidiki apakah ada hasil yang
ditolak.
Contoh : pada penetapan kadar NaCl secara
argentometri, diperoleh hasil sebagai berikut
yaitu : 95,72%, 95,81%, 95,83%, 95,92% dan
96,18%. Selidiki apakah ada hasil yang
ditolak.
Harga 96,18 sangat menyimpang dari harga
yang lainnya

Patut Dicurigai

Tdk Msk

Mean
Contoh : pada penetapan kadar NaCl secara
argentometri, diperoleh hasil sebagai berikut
yaitu : 95,72%, 95,81%, 95,83%, 95,92%
dan96,18%. Selidiki apakah ada hasil yang
ditolak.
Jadi

Selanjutnya data tsb, dibuatkan sbb :


X X D = [ X - X] d2
95,72 0,10 0,0100
95,81 0,01 0,0001
95,82
95,83 0,01 0,0001
95,92 0,10 0,0100
d = 0,22 d2 = 0,0202
Contoh : pada penetapan kadar NaCl secara
argentometri, diperoleh hasil sebagai berikut
yaitu : 95,72%, 95,81%, 95,83%, 95,92%
dan96,18%. Selidiki apakah ada hasil yang
ditolak.
drata-rata = 0,22/4 = 0,055
SD = 0,0202/3 = 0,08
Slsh antara yg dicurigai dan mean =
96,18 95,82 = 0,36

Jadi hsl 96,18% ditolak


Contoh : pada penetapan kadar NaCl secara
argentometri, diperoleh hasil sebagai berikut
yaitu : 95,72%, 95,81%, 95,83%, 95,92%
dan96,18%. Selidiki apakah ada hasil yang
ditolak.

Kalau dihtg berdsrkan SD nya akan diperoleh


hasil yang sama

Jadi hasil 96,18% ditolak


Contoh : Pada penetapan kadar cemaran
pestisida dalam air sungai didapat kadar
0,403; 0,401; 0,401; 0,380 g/l. apakah nilai
0,380 merupakan suatu pencilan/yg ditolak?

Jawab : nilai Q-htg berdsrkan rumus


diperoleh :
Contoh : Pada penetapan kadar cemaran
pestisida dalam air sungai didapat kadar
0,403; 0,401; 0,401; 0,380 g/l. apakah nilai
0,380 merupakan suatu pencilan 9 yg
ditolak?
Nilai
Q-tbl ut 4 data pada trf kepercayaan 95
% (P = 0,05) adalah 0,83
Q-htg < Q- tabel

Dipertahankan (bkn pencilan)


Aplikasi Titrasi Netralisasi
Tabel 1. Indikator asidi - alkalimetri
(Jenkins, 1957).
Petunjuk penggunaan indikator
(Jenkins, 1957):
1. Gunakan 3 tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain.
2. Bila asam kuat dititrasi dengan basa kuat, atau sebaliknya,
gunakan jingga metil, merah metil atau fenolftalein.
3. Bila asam lemah dititrasi dengan basa kuat, gunakan fenolftalein.
4. Bila basa lemah dititrasi dengan asam kuat, gunakan merah
metil.
5. Suatu basa lemah tidak dapat dititrasi dengan asam lemah,
begitu pula sebaliknya, karena tidak ada indikator yang dapat
menunjukkan titik akhir dengan jelas.
6. Timbulnya suatu warna lebih mudah diamati daripada hilangnya
warna. Biasakan titrasi yang memungkinkan timbulnya suatu
warna.
Penetapan kadar asam salisilat

Timbang saksama 500 mg, larutkan dalam 25 ml etanol encer


yang sudah dinetralkan dengan NaOH 0,1 N, tambahkan
fenolftalein dan titrasi dengan NaOH 0,1 N.
Satu ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3
(Anonim,1995)
Reaksi:
HO.C6H4.COOH + NaOH HO.C6H4.COONa + H2O
Perhitungan:
ml NaOH x N NaOH x 13,81
Kadar asam salisilat = x 100%
mg sampel x 0,1
Penetapan Kadar Asetosal/ Aspirin

sampel aspirin yang ditimbang teliti lebih kurang 500 mg, larutkan
dalam 10 ml etanol netral terhadap fenolptalein, dalam erlenmayer
250 ml, sampai sempurna, kemudian tambah dengan 40,0 ml NaOH
0,1N, dilakukan pendidihan selama 30 menit dalam alat refluks atau
yang serupa.(lihat gambar) Setelah dingin dititrasi dengan HCl 0,1N
menggunakan indikator pp, sampai warna pink stabil dalam 30
detik.

Kadar asetosal dihitung dengan rumus:

{(ml NaOH x N NaOH ml HCl x N HCl)}x 18,02 x 0,5


Kadar asetosal = x 100%
Mg asetosal x 0,1 N
Cara pendidihan Asetosal dengan NaOH.
Nitrimetri
Prinsip
Dasar Nitrimetri reaksi diazotasi,
antara gugus amin aromatis primer
dengan asam nitrit
dalam suasana asam (HCl)
Contoh reaksi diazotasi
NaNO2 (titran) + HCl NaCl + HNO2

+ HNO2 + HCl + 2 H2O

NH2 N+ N
Cl-
Kondisi titrasi

Reaksi diazotasi ada yang berjalan lambat


Diazotasi sulfonamida umumnya berjalan cepat
Untuk kuantitatif,
a. Suhu larutan uji harus < 15 oC
Jika > 15 oC mengganggu pembentukan
garam diazonium
terbentuk senyawa fenol
yang mampu bereaksi
dengan asam nitrit
Cara memelihara suhu agar tetap < 15 oC ?
- Larutan uji ditambah bongkahan es batu,
atau titrasi dilakukan dengan cara :
bagian bawah-luar erlemeyer yang berisi
larutan uji berada diantara bongkahan es
batu (ditaburi garam dapur) dalam baskom
kecil
b. Untuk mempercepat reaksi diazotasi
ditambah katalis (KBr atau NaBr)
c. Titrasi dilakukan perlahan-lahan, setetes demi
setetes sambil diaduk/digojog kuat-kuat
Indikator
a. Indikator luar (eksternal)
pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida
Reaksi : Na NO2 + HCl NaCl + HNO2
KI + HCl KCl + HI
2HI + 2HNO2 I2 + 2NO + 2H2O
I2 + kanji iodium-kanji (biru)

b. Indikator dalam
Campuran trapeolin - biru metilen violet
(merah) (biru)
Titik akhir tercapai biru; trapeolin teroksidasi
Kelemahan
Indikator luar Indikator dalam
- harus ada orientasi warna TA beragam
Jika tidak lama harus ada standar
- kadar jadi berkurang
Titran
FI edisi IV larutan standar NaNO2 0,1M
Pembuatan
Larutkan 7,5 g NaNO2 dalam akuades hingga 1000 ml
Pembakuan
sulfanilamid
(500 mg)

+ 20 ml HCl pekat, + 50 ml air,


diaduk hingga larut, didinginkan
hingga suhu < 15 oC

titrasi perlahan-lahan
dengan larutan NaNO2 0,1M
hingga segera biru dengan pasta kanji-iodida
Penentuan titik akhir
- Menggunakan indikator luar (eksternal)
atau indakor dalam (internal)

- Secara potensiometri menggunakan elektrode


kalomel-platina atau platina-platina
Aplikasi
1. Penetapan kadar (PK) senyawa dengan gugus amin
aromatis primer
misalnya : Sulfadiazin, Sulfaguanidin dan Sulfamerazin
2. PK senyawa dengan gugus amin aromatis non-primer
misalnya : suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol
PK senyawa dengan gugus amin aromatis non-primer

Cara :
gugus asil-nya dihidrolisis dulu dengan asam encer
atau basa encer, misalnya :
a. suksinil sulfatiazol dihidrolisis dengan campuran
33 ml HCl pekat dan 66 ml air selama 1 jam, atau
dengan larutan NaOH 8% b/v di atas tangas air
selama 2 jam, atau campuran HCl pekat dan air
(1:2) selama 1 jam
b. Ftalil sulfatiazol dihidrolisis dengan HCl encer
selama 30 menit atau dengan HCl pekat dan air
(2:1) selama 1 jam
3. PK senyawa dengan gugus nitroaromatik
misalnya : kloramfenikol
Cara :
Gugus nitro pada kloramfenikol direduksi dengan
serbuk seng dan HCl, menjadi gugus amin aromatis.
Senyawa amin aromatis dititrasi dengan larutan
standar NaNO2
Reaksi
Hidrolisis suksinil sulfatiazol
O

H Reduksi kloramfenikol
HN S N R
CH2OH
H
O NO 2 C CH O
COCH 2 CH 2COOH
OH HN
CHCl2
hidrolisis dengan HCl
O Reduksi
dengan Zn dan HCl
H
H 2N S N R
CH2OH
H
O
H2N C CH O
OH HN
CHCl2
Contoh lain analisis metode
volumetri
Penentuan kadar aspirin
Penetapan Kadar secara TBA
TBA adlah titrasi dengan menggunakan
larutan organik dan harus dihindarkan dari air.
Air merupakan basa lemah, akan

berkompetisi dgn basa2 nitrogen lemah ut


bereaksi dgn as perklorat yg digunakan sbg
titran
H2O + HClO4 H3O + + ClO4 -

RNH2 + HClO4 RNH3 + + ClO4 -


Ketajaman ttk akhir akan berkurang (air tdk
blh lbh dari 0,05%)
Istilah-istilah pelarut
Aprotik ; dpt menurunkan ionisasi as-as dan
basa-basa (benzena, CCl4 serta hidrokarbon
alifatik
Profolitik; dpr menaikkan ionisasi as lemah
dgn menggabungkan proton yg dimiliki (n-
butil amin, piridin, dimetil formamid, trimetil
amin)
Protogenik ; menghasilkan proton (asam-
asam kuat) krg bermanfaat TBA
Amfiprotik ; sifat gabungan protolitik dan
protogenik pelarut menghsl/trma proton

You might also like