You are on page 1of 33

SISTEM

PELAYANAN
KEPERAWATA
N GAWAT
DARURAT

KELOMPOK 3
General Trauma Assessment

Pengkajian pasien adalah serangkaian proses yang


berlangsung sejak dari fase pre-rumah sakit hingga
manajemen pasien di rumah sakit. General trauma
assessment atau bisa dibilang pengkajian umum
trauma adalah suatu tindakan dimana seorang
perawat melakukan pengkajian dan
mengidentifikasi secara umum ataupun
menyeluruh pasien yang menderita cidera
traumatic.
Adapun prosedur general
trauma assessment meliputi:
Danger
Pastikan keamanan penolong (gunakan APD berupa masker,
sarung tangan), pastikan keamanan lingkungan (hindari
lingkungan yang membahayakan penolong dan pasien), serta
pastikan keamanan psaien (tempatkan pasien pada posisi yang
aman).
Respon
Cek respon pasien dengan teknik AVPU (alert, verbal, pain dan
unrespon), kemudian panggil bantuan (emergency medical
system) / call for help
Primary Survey : ABCDEFGH
Secondary survey

Head to toe examination dengan teknik BTLS (Bentuk, Tumor, Luka,


Sakit) dan IAPP (Inspeksi, Auskultasi, Perkusi dan Palpasi).
Vital sing (Td, Nadi, Rr, Suhu).
Anamnesa riwayat kesehatan pasien dengan teknik KOMPAK
(Keluhan, Obat, Makanan, Penyakit, Alergi, Kejadian).
Colok semua lubang pada pasien untuk melihat adanya
perdarahan.
Pemeriksaan penunjang (ct-scant, x-ray,USG, dll ).
Rujukkan pasien ke RS lain atau ruangan lain (pastikan ada
tempat terlebih dahulu).
Pre Hospital Triase

Triage adalah proses penolongan pasien


berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan
kondisinya (Zimmermann dan Herr,2006).
Triage pada musibah atau bencana
dilakukan dengan tujuan bahwa dengan
sumber daya yang minimal dapat
menyelamatkan korban sebanyak mungkin.
Prinsip Triage terdiri dari:

Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat.


Kemampuan untuk menilai dan merespons dengan
cepat kemungkinan yang dapat menyelamatkan
pasien dari kondisi sakit atau cedera yang
mengancam nyawa dalam departemen gawat
darurat.
Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan
akurat.
Keakuaratan dan ketepatan data merupakan kunci
dalam proses pengkajian.
Prinsip Triage terdiri dari:

Keselamatan dan keefektifan perawat pasien dapat


direncakana jika terdapat data dan informasi yang
akurat dan adekuata.
Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi
keakuatan pasien.
Tanggung jawab yang paling utama dari proses triage
yang dilakukan perawat adalah keakuatan dalam
mengkaji pasien dan memberikan perawatan sesuai
dengan prioritas pasien.
Tercapainya kepuasan pasien.
Laporkan secara singkat padacell center dengan bahasa yang jelas
mengenai hasil dari pengkajian, meliputi hal-hal sebagi berikut.

a.Lokasi kejadian.
b.Tipe insiden yang terjadi.
c.Adanya ancaman atau bahaya yang
mungkin terjadi.
d.Perkiraan jumlah pasien.
e.Tipe bantuan yang harus diberikan.
Klasifikasi Triage

KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat (P2) darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter
spesialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya
Darurat tidak Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
gawat (P3) darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, otitis media dan lainnya
Tidak gawat tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat (P4) gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit
kulit, batuk, flu, dan sebagainya.
Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah
I(MERAH) segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok
hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar
tingkat II dan III > 25 %
Prioritas Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani
II(KUNING) dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh : patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan
III < 25 %, trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan
III(HIJAU) dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan.
Prioritas 0 Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu
(HITAM) terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis.
Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan (Iyer, 2004).
TINGKAT KETERANGAN
KEAKUTAN
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar minor) dapat
menunggu lama tanpa bahaya
Kelas II Nonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam, gejala flu) dapat
menunggu lama tanpa bahaya
Kelas III Semi-urgen / semi mendesak (misalnya otitis media) dapat
menunggu sampai 2 jam sebelum pengobatan
Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur panggul, laserasi berat,
asma); dapat menunggu selama 1 jam

Kelas V Gawat darurat (misalnya henti jantung, syok); tidak boleh ada
keterlambatan pengobatan ; situasi yang mengancam hidup
Konsep Unit Gawat Darurat

In Hospital Triase
Triase pre-hospital maupun in-hospital mempunyai prinsip yang
sama yaitu Time Saving is Life Saving(waktu keselamatan adalah
keselamatan hidup),The Right Patient, to The Right Place at The
Right Time, with The Right Care Provider.
1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
3. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
5. Tercapainya kepuasan pasien
Menurut Brooker, 2008

Dalam prinsip triase diberlakukan system prioritas,


prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang
harus didahulukan mengenai penanganan yang
mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan
seleksi pasien berdasarkan :
Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam
hitungan menit
Dapat mati dalam hitungan jam
Trauma ringan
Sudah meninggal
Pada umumnya penilaian korban
dalam triage dapat dilakukan dengan:

Menilai tanda vital dan kondisi umum korban


Menilai kebutuhan medis
Menilai kemungkinan bertahan hidup
Menilai bantuan yang memungkinkan
Memprioritaskan penanganan definitive
Tag warna
Tipe Triage Di Rumah Sakit

1. Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse

a. Hampir sebagian besar berdasarkan system triage

b. Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah

c. Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa


sakitnya

d. Tidak ada dokumentasi

e. Tidak menggunakan protocol


Tipe Triage Di Rumah Sakit

2. Tipe 2 : Cek Triage Cepat

a. Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregistrasi atau


dokter

b. Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama

c. Evaluasi terbatas

d. Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat
perawatan pertama
Tipe Triage Di Rumah Sakit

3. Tipe 3 : Comprehensive Triage

a. Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman

b. 4 sampai 5 sistem kategori

c. Sesuai protocol
PROSES TRIAGE

Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke


pintu UGD. Perawat triage harus mulai
memperkenalkan diri, kemudian menanyakan
riwayat singkat dan melakukan pengkajian,
misalnya terlihat sekilas kearah pasien yang
berada di brankar sebelumm mengarahkan ke
ruang perawatan yang tepat.
Alur dalam proses Triage

a. Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD

b. Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat


(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.

c. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi
kode warna :
Segera Immediate (MERAH). Pasien mengalami cedera mengancam
jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya
: Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR<30x/menit),
perdarahan internal, dsb
Tunda Delayed (KUNING). Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi
tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstremitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.
Minimal (HIJAU). Pasien mendapat cidera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : laserasi
minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
Expextant (HITAM). Pasien mengalami cidera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : luka bakar derajat 3
hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan
dengan urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam.
Penderita/korban kategori triase merah dapat
langsung diberikan pengobatan diruang tindakan
UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih
lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang
operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
Penderita dengan kategori triase kuning yang
memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat
dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu
giliran setelah pasien dengan kategori triase merah
selesai ditangani.
Penderita dengan kategori triase hijau dapat
dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah
memungkinkan untuk dipulangkan, maka
penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
Penderita kategori triase hitam (meninggal) dapat
Critical Care (Keperawatan Kritis)

Keperawatan kritis dan kegawat daruratan meliputi pertolongan


pertama, penanganan transportasi yang diberikan kepada orang yang
mengalami kondisi darurat akibat rudapaksa, sebab medik atau
perjalanan penyakit di mulai dari tempat ditemukannya korban tersebut
sampai pengobatan definitif dilakukan di tempat rujukan.
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan
yang menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab
atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat
profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan
pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima
kepedulian optimal (American Association of Critical-Care Nurses).
Ruang Lingkup Keperawatan
Kritis dan Kegawatdaruratan
ICU (Intensive Care Unit)
ICU adalah ruangan perawatan intensif dengan peralatan-peralatan khusus untuk
menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau kompikasi lain. Misalnya
terdapat sebuah kasus dalam sistem persyarafan dengan klien A cedera medula
spinalis, cedera tulang belakang, klien mengeluh nyeri, serta terbatasnya pergerakan
klien dan punggung habis jatuh dari tangga. Dengan klien B epilepsi mengalami fase
kejang tonik dan klonik pada saat serangan epilepsi dirumahnya.
UGD (Unit Gawat Darurat)
UGD merupakan unit atau bagian yang memberikan pelayanan gawat darurat kepada
masyarakat yang menderita penyakit akut atau mengalami kecelakaan. Seperti pada
kasus diatas pada klien A, ia mengalami suatu kecelakaan yang mengakibatkan cedera
tulang belakang dengan demikian yang meski dibawa ke UGD adalah yang klien A
yang mengalami kecelakaan tersebut.
Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang perawat kritis sesuai
Standar Operasional Prosedur yang di lakukan di ICU Dewasa

1. Penanganan Gangguan Jalan Nafas :

a. Melakukan Terapi Oksigen

b. Melakukan Bronchiaal Washing

c. Melakukan Suction

d. Melakukan Intubasi

e. Melakukan Extubasi /Weaning


2. Menggunakan Ventilator :

Mempersiapkan Ventilator
Set Ventilator
Merawat mesin Ventilator
Mengukur Volume Tidal
Melakukan T-Piece
Memberikan obat Inhalasi
Mengambil sampel darah arteri unk. AGD
3. Penaganan Gangguan Sistem
Cardiovaskuler

Emergency Trolly
Melakukan rekaman EKG
Memasang Monitoring E K G , Saturasi Oksigen, Tekanan Darah.
RJP
Mengkaji pasien Decompensasi Cordis
Mengkaji pasien MCI
Merawat pasien dengan menggunakan CVP
Melakukan DC Shock
Memberi antikuagulan
Melakukan evaluasi post streptase
Memberikan Pendidikan Kesehatan dalam pemberian Streptase
4. Penanganan Gangguan Sistim Pencernaan

Memasang NGT
Melakukan Nutrisi parenteral

5. Penanganan Gangguan Sistim


Perkemihan
Menghitung Balance Cairan
Mengobservasi pasien post Transplantasi
6. Penanganan Gangguan Sistim
Neorologi
Menilai tingkat kesadaran /GCS
Melakukan Mobilisasi

7. Penanganan Gangguan
Endokrin
Melakukan pemberian insulin pa pat.
Ketoasidosis.
Karakteristik keperawatan
kritis
Ada beberapa karakteristik dari proses
pelayanan di tatanan keperawatan kritis,
diantaranya (Hyzy, 2010)
1. Kecepatan respon pelayanan.
2. Ketenagaan
Manajemen Stress Perawat
Emergensi
Perawat Instalasi Rawat Darurat merupakan
perawat yang memberikan penanganan awal
bagi pasien yang menderita sakit dan cedera
yang memberikan pelayanan 24 jam. Hal ini
akan memberikan beban kerja yang sangat
berat yang bisa memicu dan berdampak pada
stres kerja (Adityaningtiyas, 2010).
Terdapat beberapa aspek yang
juga perlu diperhatikan, yakni:
keterampilan dan kompetensi komplementer;
infrastruktur keperawatan yang relevan;
manajemen kepemimpinan yang efektif;
kondisi kerja yang memadai dan juga pekerjaan yang
terorganisasi secara efisien;
sistem supervisi teknis;
kesempatan pengembangan karir;
sistem insentif; dan
kepuasan kerja.
Kesimpulan

General trauma assessment atau bisa dibilang pengkajian umum trauma


adalah suatu tindakan dimana seorang perawat melakukan pengkajian
dan mengidentifikasi secara umum ataupun menyeluruh pasien yang
menderita cidera traumatic. General trauma assessment meliputi danger,
respon, primery survey dan secondary survey. Triage adalah proses
penolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya.
Terdapat triage pada pre-hospital dan in-hospital. Keperawatan kritis
adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang menghadapi secara
rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah yang
mengancam jiwa. Timbulnya stres pada perawat dapat diakibatkan oleh
berbagai faktor pemicu. Berdasarkan faktor pemicunya stres secara umum
dapat dibagi menjadi empat jenis stres yaitu: stres kepribadian
(personality stress), stres psikososial (psychosocial stress), stres
bioekologi (bio-ecological stress) dan stres kerja (job stress).
Terimakasih

Kelompok 3
^_^)y

You might also like