You are on page 1of 25

Etika

Kebahagiaan
Aristoteles

(Buku III. 1-3)

Jumat, 20 September 2013

Gabriel Holen
III. 1. Voluntary (Sengaja
atau Sukarela),
Involuntary (Tidak Sengaja,
Tidak Sukarela tetapi diikuti
rasa penyesalan), dan
non-voluntary (tidak sengaja
dan tidak diikuti penyesalan)
Voluntary (sengaja, sukarela)

Marsel mengetahui bahwa setiap


hari jumat (Pukul 11.00) adalah
pelajaran Etika Kebahagiaan
Aristoteles. Akan tetapi, pada jam
tersebut dia malah duduk
merokok di warung pojok.
Voluntary (sengaja, sukarela)

Jadi, sebuah tindakan dikatakan


sengaja apabila tindakan itu
dilakukan dengan bebas, tanpa
paksaan dari luar, dan tanpa
tekanan dari orang lain. Selain itu,
tindakan yang sengaja juga
berangkat dari ketidakmautahuan
seseorang.
Involuntary (tidak sengaja, tidak
sukarela tetapi diikuti penyesalan)
Contoh 1: Marsel telah berniat untuk
tidak pacaran selama hidup sebagai
frater. Akan tetapi, teman-teman
angkatannya terus mekaksa dia untuk
pacaran. Karena terus dipaksa walaupun
sebenarnya tidak berniat, Marsel pun
akhirnya berpacaran.

Contoh 2: Marsel sedang mengecat


kusen jendela kamar di lantai 2, tiba-tiba
catnya tumpah, membasahi dan
Involuntary (tidak sengaja, tidak sukarela tetapi
diikuti penyesalan)

Jadi, suatu tindakan dikatakan tidak


sengaja jika tindakan itu dilakukan
karena paksaan dari luar atau bukan
berdasarkan keinginan orang itu
sendiri. Akan tetapi, suatu tindakan
bisa juga dikategorikan sebagai
involuntary jika perbuatan itu
dilakukan karena ketidaktahuan
tetapi diikuti penyesalan.
Non-voluntary (tidak sengaja dan
tanpa rasa penyesalan)
Marsel sedang mengecat
kusen jendela kamar di
lantai 2, tiba-tiba catnya
tumpah, membasahi dan
mengotori baju soni yang
kebetulan lewat di lantai 1.
Non-voluntary (tidak sengaja dan tanpa rasa
penyesalan)

Contoh di atas
memperlihatkan tindakan
non-voluntary. Karena Marsel
melakukannya dengan tidak
sengaja dan berangkat dari
ketidaktahuan dia tetapi juga
tidak diikuti rasa penyesalan.
Voluntary-involuntary
(sukarela tetapi disengaja)
Orang membuang barang-barang berharga
dalam kapal saat badai. (EN III.1)
Pada contoh di atas, tampak bahwa
sebenarnya tidak ada orang yang sengaja
atau sukarela membuang barang-barang
berharga miliknya. Akan tetapi, demi
tujuan yang mulia yaitu menyelamatkan
diri tindakan itu pun dilakukan dan
masuk akal.
III. 2. Pilihan (choice)
KESENGAJAAN (THE VOLUNTARY),
NAFSU (APPETITE),
AMARAH ATAU PERASAAN
(ANGER), KEINGINAN (WISH),
PENDAPAT (OPINION)
Nafsu (appetite)
Aristoteles mengatakan bahwa orang
yang bermoral lemah bertindak
dengan nafsu bukan pilihan.
Sebaliknya orang yang bermoral kuat
bertindak dengan pilihan. Dalam hal
ini, nafsu berkaitan dengan apa yang
menyenangkan dan menyakitkan.
Sementara pilihan tidak.
Amarah (anger)
Berkaitan dengan amarah, Aristoteles
mengatakan bahwa orang yang
bertindak dengan amarah tentu dinilai
kurang baik. Dalam hal ini Aristoteles
hendak mengatakan bahwa pilihan juga
bukan soal perasaan. Saya suka maka
saya memilih. Apa yang dirasakan itu
belum tentu itu yang paling benar dan
paling baik. Apa yang dirasakan bisa
saja salah.
Keinginan (wish)
Aristoteles mengatakan bahwa pilihan
tidak sama dengan keinginan. Walaupun
nampaknya antara pilihan dan keinginan
itu mirip. Oleh karena itu, perlu dikatakan
bahwa pilihan itu tidak memiliki tujuan
yang tidak mungkin. Orang yang memilih
sesuatu yang tidak mungkin dianggap
bodoh. Hal itu berbeda dengan keinginan.
Keinginan bisa terhadap hal yang tidak
mungkin, seperti keabadian (immortality).
Keinginan (wish)
Lebih lanjut Aristoteles mengatakan
bahwa keinginan terarah ke tujuan dan
pilihan terarah ke sarana yang kondusif
terhadap tujuan tertentu. Contoh, seorang
atlet yang ingin memenangi kompetisi.
Tentu dia mempersiapkan diri dan memilih
hal-hal yang tepat dan memungkinkan dia
menang. Contoh lain adalah, kita ingin
sehat maka kita memilih hal-hal yang
memungkinkan kita mendapat kesehatan
tersebut. Dalam hal ini, pilihan berkaitan
dengan kehendak atau kekuatan kita.
Pendapat (opinion)
Aristoteles juga mengatakan bahwa pilihan tidak
ditandai lewat pendapat. Pendapat dapat
merujuk ke masalah apa saja, yang abadi
ataupun tidak mungkin, tidak kurang dari hal-hal
dalam kehendak atau kekuatan kita. Pendapat
ditandai oleh kebenaran dan kesalahan (falsity or
truth). Pilihan ditandai oleh kebaikan dan
keburukan (badness or goodness). Tentu yang
dimaksudkan di sini adalah kebaikan dan
keburukan moral. Lebih lanjut bahwa pilihan
dipuji jika dirahkan pada obyek yang tepat atau
dibuat dengan tepat tetapi pendapat pendapat
di puji jika benar.
Kesimpulan
JADI, PILIHAN MERUPAKAN
SESUATU YANG DISENGAJA,
TETAPI TIDAK SEMUA YANG
DISENGAJA ADALAH OBYEK
PILIHAN. OBYEK PILIHAN
ADALAH HASIL PERTIMBANGAN
(DELIBERATION) SEBELUMNYA.
III. 3. Pertimbangan (deliberation)

obyek pertimbangan
adalah apa yang bagi
orang peka harus disikapi
secara hati-hati, tetapi
tidak bagi orang bodoh
dan orang gila.
Tidak mempertimbangkan (1):
*Keabadian, ketidakseimbangan suatu
diagonal, sisi segi empat.
*Hal dalam gerak jika terjadi secara sama
(teratur),
oleh karena terpaksa (of necessity) oleh alam,
atau
oleh sebab lainnya._Matahari terbit, dll
*Hal-hal yang sekarang terjadi di suatu tempat
tetapi terjadi juga di tempat lain, seperti
kemarau
dan hujan
* Peristiwa yang terjadi secara kebetulan, seperti
penemuan harta karun
Tidak mempertimbangkan (1):
*Semua urusan atau pekerjaan
(affair) manusia
Mengapa?
For none of these things can be
brought about by our own
efforts. (Karena tidak satu pun
dari hal tersebut dihasilkan
atau disebabkan oleh usaha kita
sendiri dengan kata lain karena
kita bukan pelakunya).
Tidak mempertimbangkan (2):
*Hal-hal yang berkaitan dengan
ilmu eksata dan murni (exact
and self-contained sciences).
Contohnya adalah penulisan
abjad. Kita tidak
mempertimbangkan bagaimana
abjad seharusnya ditulis.
Pertimbangan:
*Hal yang menjadi kekuatan kita (our power) dan
dapat direalisasikan dalam tindakan. (pertanyaan
tentang obat-obatan atau cara memperoleh
kekayaan)
*Hal-hal yang terjadi dalam suatu cara tertentu
demi sesuatu yang penting , tetapi hasilnya tidak
dapat diramalkan atau ditentukan dan pada kasus
di mana sesuatu tidak terduga hadir, yang tidak
dapat ditentukan. (Deliberation is concerned with
things that happen in a certain way for the most
part, but in which the outcome is obscure, and
with things in which it is indeterminate.)
Kesimpulan:
*Kita mempertimbangkan
sesuatu tidak menyangkut
tujuan tetapi sarana untuk
mencapai tujuan itu. Contoh,
tidak seorang dokter pun
mempertimbangkan ia
mengobati tetapi ia
mempertimbangkan sarana
untuk mengobati.
Kesimpulan:
*Kita menganggap tujuan itu ada
semestinya, kita hanya
mempertimbangkan sarana
untuk mencapai tujuan itu atau
cara agar tujuan direalisasikan.
Jika kita menemukan beberapa
cara atau sarana untuk
merealisasikan tujuan itu, tentu
kita memilih yang terbaik dan
termudah.
Kesimpulan:
*Aristoteles mengatakan bahwa jika
orang berhati-hati dalam menganalisis
dan mempertimbangkan akan muncul
hasil bahwa prosesnya itu berbentuk
geometris (langkah akhir menjadi langkah
awal). Akan tetapi, perlu hati-hati juga
bahwa tidak semua penyelidikan (inquiry)
adalah pertimbangan. Penyeledidikan
matematis bukan pertimbangan meskipun
setiap pertimbangan adalah hasil
penyelidikan.
Sekian

Pilihan

You might also like