You are on page 1of 18

MALNUTRISI

Divisi Nutrisi &


Penyakit Metabolik
DEFINISI (WHO )
The cellular imbalance between the supply
of nutrients and energy and the bodys
demand for them to ensure growth,
maintenance, and specific function
NUTRIENTS
MAKRO
Karbohidrat
Protein
Lemak

MIKRO
Vitamin
Mineral
KLASIFIKASI PEM
Gizi lebih
Over weight, obese
Gizi normal
Gizi kurang
Ringan (KEP I)
Sedang (KEP II)
Berat (KEP III)
Marasmus, kwasiorkor, marasmik kwasiorkor
Karakteristik klasifikasi KEP
Tingkat
Ringan (I), sedang (II), berat (III)
Tipe
Marasmus, kwasiorkor, marasmik-kwasiorkor
Durasi
Akut, subakut, kronik, acute on chronic
Tahapan
Aktif, inaktif, relapsing, in relapsing
Klasifikasi KEP
Gomez, 1956
McLaren, 1967 (KEP III)
Kanawati dan McLaren, 1970
Welcome Trust (WHO 1971)
Waterlow dan Rutishauser, 1974
GOMEZ 1956
0 = Normal > 90 %
1 = Ringan 89 75 %
2 = Sedang 74 60 %
3 = Berat < 60 %

Menggunakan standard Havard


Edema (+) tidak memperhatikan BB
derajad 3
KANAWATI Mc. LAREN
Menggunakan ratio LLA/LK
Untuk 3 bulan 4 tahun

Nutritionally healthy > 0,310


Mild PEM 0,310 0,280
Moderate 0,279 0,250
Severe < 0,250
KEP III SKOR MC LAREN
Tabel Sistem skoring menurut Mc Laren

KLINIS SKOR
1. Edema 3
2. Dermatosis 2
3. Edema + Dermatosis 6
4. Hair change 1
5. Hepatomegali 1
Serum albumin Protein total SKOR
<1,00 <3,25 7
1,00-1,49 3,25-3,99 6
1,5-1,99 4,00-4,75 5
2-2,49 4,75-5,49 4
2,5-2,99 5,5-6,24 3
3-3,49 6,25-6,99 2
3,5-3,99 7,00-7,74 1
>4 >7,75 0
Klasifikasi skoring Mc Laren
Marasmus 03
Marasmik kwasiorkor 4 8
Kwasiorkor 9 15

Marasmus kurus, BB/TB atau BMI/usia <-


3SD
Kwasiorkor edema, hepatomegali, kelainan
kulit,rambut
Maramic kwasiorkor kombinasi
Beberapa penyakit akibat malnutrisi
mikronutrien
Defisiensi Vitamin A
Xerophthalmia buta senja, serosis
konjungtiva, bercak bitot, serosis kornea,
keratomalasia (dapat terjadi ptisis bulbi atau
korneal ektasia), skar kornea, seroftalmia
fundus
Intoksikasi Vitamin A
Pemberian dosis besar (sekitar 100.000 g)
Anak menjadi lemah, peningkatan tekanan
intrakranial (nyeri kepala, muntah)
Beberapa penyakit akibat malnutrisi
mikronutrien
Defisiensi Vitamin B
Vitamin B1 (Thiamin) : beri beri anoreksia,
pembesaran jantung, kelemahan otot (ataksia),
hilangnya refleks patella dan ankle (foot and wrist
drop), sesak pada aktifitas
Tipe:
dry atau neurotik beri-beri
wet atau edematous beri-beri
Infantil atau acute beri-beri

Vitamin B2 (Riboflavin) : stomatitis angularis dan


cheilosis
Beberapa penyakit akibat malnutrisi
mikronutrien
Defisiensi Vitamin B
Niacin : pellagra dermatosis, fisura dan
pembengkakan mukokutaneus junction, lidah raw
beef : merah, bengkak, nyeri. Gastritis, diare,
malabsorbsi, kelainan saraf
Vitamin B6 (Piridoxin) : kejang, anemia, dermatitis
seboroik, glositis, stomatitis angularis, cheilosis,
neuropati perifer
Vitamin B12 (Kobalamin) : anemia pernisiosa
Asam folat (Pteroylglutamic acid) : anemia
megaloblastik, neural tube defect (spina bifida)
Beberapa penyakit akibat malnutrisi
mikronutrien
Defisiensi vitamin C : scurvy anoreksia,
pembengkakan lutut dan pergelangan kaki,
perdarahan gusi kulit (ptekie, ekimosis), anemia
Defisiensi vitamin D
Ricketspada anak
Osteomalasia pada dewasa
Osteoporosis

Defisiensi vitamin K : gangguan faktor koagulasi


Beberapa penyakit akibat malnutrisi
mikronutrien
Defisiensi Fe
Anemia hipokromik, mikrositik
Letargis, gangguan tumbuh kembang
Pica, infeksi

Defisiensi Yodium
Gondok endemik (goiter)
Kretin endemik

Defisiensi Zinc
Akrodermatitis enteropatika, rambut rontok, paronikia,
retardasi pertumbuhan, diare
ADA tahun 2003 Nutrition Care Process

Asassment Domain Intake


Domain Klinis
Domain Behavior-Environtment

Diagnosis
Problem
Etiologi
Sign & Symptom
Intervensi

Monitoring & evaluasi

You might also like