You are on page 1of 23

HUBUNGAN SIFAT

FISIKOKIMIA OBAT DENGAN


DESAIN PRODUK OBAT
Kelompok 6
NAMA ANGGOTA

1. Putri Andini 1211011005


2. Yuliana Puspita Sari 1211011008
3. Arief Candra Abbas 1211012006
4. Lora Rahmatika 1211012020
5. Widya Putri 1211012027
6. Rizky Ananda 1211013012
7. Naura Prima Vidian 1211013025
Untuk merancang suatu produk obat yang
akan melepaskan obat aktif yang paling banyak
berada pada sirkulasi sistemik, farmasis harus
mempertimbangkan jenis obat atau bentuk
sediaan (misalnya: larutan, suspensi,
supositoria), sifat bahan tambahan dalam
produk obat, dan sifat fisiko kimia dari bahan
aktif obat itu sendiri.

(Shargel, 2005)
Sifat fisikokima obat merupakan hal yang
penting menyangkut disolusi suatu bahan
tambahan obat maupun zat aktifnya. Yang
termasuk sifat fisiko kimia tersebut :
- Kelarutan
- Stabilitas
- Ukuran partikel
- Polimorfisme dan solvat
Pengaruh sifat fisikokimia obat terhadap desain produk obat

pKa and pH profile Necessary for optimum stability and solubility of the final product.

Particle size May affect the solubility of the drug and therefore the dissolution rate of the product.

Polymorphism The ability of a drug to exist in various crystal forms may change the solubility of the
drug. Also, the stability of each form is important, because polymorphs may convert
from one form to another.

Hygroscopicity Moisture absorption may affect the physical structure as well as stability of the
product.
Partition coefficient May give some indication of the relative affinity of the drug for oil and water. A drug
that has high affinity for oil may have poor release and dissolution from the drug
product.

Excipient The compatibility of the excipients with the drug and sometimes trace elements in
interaction excipients may affect the stability of the product. It is important to have specifications
of all raw materials.

pH stability profile The stability of solutions is often affected by the pH of the vehicle; furthermore,
because the pH in the stomach and gut is different, knowledge of the stability profile
would help to avoid or prevent degradation of the product during storage or after
administration.

(Shargel, 2005)
1. Kelarutan

Profil pH kelarutan merupakan suatu


gambaran dari kelarutan obat pada berbagai
pH fisiologis.
Dalam merancang bentuk sediaan oral,
formulator harus mempertimbangkan bahwa
pH lingkungan dari saluran cerna berbeda, dari
bersifat asam pada lambung sampai ke basa
dalam usus halus.

(Shargel, 2005)
2.Kelarutan zat aktif
Suatu obat yang bersifat basa akan lebih larut dalam
media asam/lambung membentuk garam yang larut pada
pH asam.
Suatu obat yang bersifat asam akan lebih larut dalam
media basa/usus dengan membentuk garam yang larut
pada pH basa.
Kelarutan dapat diperbaiki penambahan bahan
tambahan yang bersifat asam atau basa.
Contoh:
Kelarutan aspirin dapat dianaikkan dengan
penambahan dapar alkali.

(Shargel, 2005)
3.Stabilitas
Profil pH stabilitas untuk obat merupakan suatu
gambaran dari ketetapan laju reaksi peruraian obat versus
pH.
Jika peruraian obat terjadi dengan baik melalui katalis
asam atau basa maka dapat dibuat beberapa perkiraan
untuk kerusakan obat dalam saluran cerna.
Contoh:
Obat eritromisin mempunyai profil stabilitas yang
bergantung pada pH.

(Shargel, 2005)
Dalam suatu media yang berifat asam
seperti lambung, peruraian eritromisin terjadi
secara cepat. Sedangkan pada pH netral atau
alkali obat relatif stabil. Akibatnya untuk
melindungi kerusakan terhadap asam lambung
tablet eritromisin disalut enterik.

(Shargel, 2005)
4.UKURAN PARTIKEL
Melalui pengecilan ukuran partikel, luas
permukaan efektif suatu obat meningkat sangat besar.
Oleh karena kelarutan terjadi pada permukaan
solut (obat), bentuk geometrik partikel juga
mempengaruhi luas permukaaan. Dan selama proses
pelarutan, permukaan berubah secara konstan.
Dalam perhitungan pelarutan, partikel solut
biasanya dianggap mempertahankan bentuk
geometriknya.

(Shargel, 2005)
Ukuran parikel dan distribusi ukuran partikel penting
untuk obat-obat yang memiliki kelarutan yang rendah
dalam air.
Beberapa obat sangat aktif dalam intra vena namun
sangat tidak efektif bila diberi oral, disebabkan oleh
absorbsi yang sangat kecil.
Contoh obat yang kelarutannya rendah seperti:
Griseofulvin, nitrofurantoin, dan beberapa steroid.
Obat tersebut digiling untuk berubah menjadi bentuk
termikronisasi untuk memperbaiki absorbsi obat tersebut.

(Shargel, 2005)
Ukuran partikel yang semakin kecil
mengakibatkan kenaikan keseluruhan luas
permukaan partikel, memperbesar penetrasi air
kedalam partikel dan menaikkan laju kelarutan.
Pada obat-obat dengan kelarutan yang
sangat kecil, untuk meyakinkan desintegrasi tablet
dan pelepasan partikel yang cepat dapat
ditambahkan suatu desintegran ke formulasi.
Penambahan surfaktan dapat menaikkan
pembasahan dan juga kalarutan obat.

(Shargel, 2005)
5.Polimorfismed dan Solvat

Polimorfisme menunjukkan susunan suatu obat


dalam berbagai bentuk kristal atau polimorf.
Bentuk amorf merupakan bentuk non kristal, solvat
merupakan bentuk yang mengandung suatu pelarut/solvat
atau air/hidrat. Dan solvat desolvat merupakan bentuk
yang dibuat melalui penghilangan perlarut dari solvat.
Polimorf mempunyai struktur kimia yang sama tetapi
berbeda sifat fisiknya seperti kelarutan, densitas,
kekerasan dan karakteristik pengempaan.

(Shargel, 2005)
Beberapa kristal polimorf dapat mempunyai
kelarutan dalam air yang lebih kecil dari pada
bentuk amorf, yang menyebabkan suatu produk
diabsorbsi tidak sempurna.
Contoh :
Kloramfenikol yang mempunyai beberapa
bentuk kristal dan bila diberi secara oral sebagai
suspensi, maka konsentrasi obat dalam tubuh
bergantung pada persen polimorf beta dalam
suspensi.

(Shargel, 2005)
Bentuk beta lebih mudah larut dan diabsorbsi lebih baik

(Shargel, 2005)
Disolusi eritromisin dihidrat, monohidrat, dan anhidrat
dalam larutan dapar pospat (pH 7.5) pada suhu 37C.
(Shargel, 2005)
Pada umumnya, bentuk kristal dengan energi
bebas terendah merupakan polimorf yang paling
stabil.
Pada umumnya suatu obat yang ada sebagai
bentuk amorf atau bentuk nonkristal melarut
secara lebih cepat dibandingkan obat yang sama
dalam bentuk kristal.

(Shargel, 2005)
Faktor ini sangat penting karena perubahan
dalam suatu tablet struktur kristal dari obat dapat
menyebabkan cracking dalam suatu tablet bahkan
tidak daptnya suatu granul menjadi bentuk tablet.
Contoh :
Eritromisin hidrat mempunyai kelarutan yang
berbeda dibandingkan bentuk anhidrat.

(Shargel, 2005)
Perbandingan kelarutan eritromisin hidrat dan anhidrat.

(Shargel, 2005)
Prodrug
Prodrug adalah suatu zat yang tidak aktif dan
harus mengalami proses biotransformasi dalam
tubuh untuk menjadi metabolit yang mempunyai
aktivitas farmakologis.
Semula prodrug ditemukan secara tak
sengaja, sebagai contoh dalam kasus Prontosil
yang ditirunkan menjadi suatu bahan antibakteri
sulfanilamida.

(Shargel, 2005)
Pada akhir-akhir ini prodrug secara sengaja dirancang
untuk :
-Memeperbaiki stabilitas dan absorbsi
-Memperpanjang lama kerja obat

Contoh :
Zat anti parkinson levo dopa melewati sawar darah
otak dan didekarboksilasi dalam otak menjadi l-dopamin,
suatu neurotransmiter aktif karena l-dopamin tidak mudah
menembus sawar darah otak kedalam otak dan oleh
karenanya tidak dapat digunakan sebagai suatu bahan
terapeutik

(Shargel, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Shargel, Leon dan Andrew B.C.YU. 2005. Biofarmasetika
dan Farmakokinetika Serapan Edisi Kedua.
Surabaya: Airlangga University Press.
TERIMA KASIH

You might also like