You are on page 1of 18

PERILAKU PEMIMPIN YANG

EFEKTIF
KELOMPOK I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suatu organisasi baik perusahaan maupun instansi dalam
melakukan aktivitasnya akan memerlukan seorang
pemimpin yang dapat mengarahkan bawahannya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin
merupakan salah satu unsur yang menentukan dalam
mengembangkan suatu organisasi atau perusahaan. Maju
mundurnya organisasi atau perusahaan akan ditentukan
oleh gaya kepemimpinan dan perilaku kepemimpinan
yang diterapkan seorang pemimpin dalam organisasi atau
perusahaannya.
Pemimpin yang efektif mampu menyesuaikan
organisasi untuk menghadapi kebutuhan yang
berubah-ubah tanpa terlalu banyak
meresahkan bawahannya. Dengan kebutuhan-
kebutuhan yang diperoleh oleh para bawahan
maka mereka akan termotivasi untuk bekerja.
Para bawahan akan memberikan kontribusi
positif kepada organisasi atau perusahaannya
di dalam proses pencapaian tujuan bersama.
Di dalam hal mengatur bawahan untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan, kemungkinan adanya masalah,
pertentangan yang dampaknya akan
menimbulkan konflik didalamnya. Melihat betapa
pentingnya peranan seorang pemimpin dalam
kegiatan organisasi dan pengaruhnya terhadap
bawahan dan agar tujuan organisasi dapat
tercapai seefektif mungkin, maka perlu kiranya
pembahasan mengenai Perilaku Pemimpin yang
Efektif
DEFINISI KEPEMIMPINAN

Watkins (1992) mengemukakan bahwa kepemimpinan


berkaitan dengan anggota yang memiliki kekhasan dari
suatu kelompok yang dapat dibedakan secara positif
dari anggota lainnya baik dalam perilaku, karakteristik
pribadi, pemikiran, atau struktur kelompok. Pengertian
ini tampak berusaha memadukan ketiga kategori
pemikiran secara komprehensif karena dalam definisi
kepemimpinan tersebut tercakup karakteristik pribadi,
perilaku, dan kedudukan seseorang dalam suatu
kelompok.
Gibson (1991:334) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu upaya
penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan
untuk memotivasi orang-orang mencapai
tujuan tertentu.
Teori Perilaku Kepemimpinan

Gary (2001) menjelaskan bahwa teori


kepemimpinan terbagi ke dalam empat
kategori, yaitu
1. Teori Sifat (Traits Theory),
2. Teori Perilaku Kepemimpinan (Behavioral
Theories of Leadership),
3. Teori Situasional (Situational Theory)
4. Teori Neo-Karismatik (Neocharismatic Theories).
1. Teori Sifat (Traits Theory)
Teori sifat kepemimpinan membedakan pada pemimpin
dari mereka yang bukan pemimpin dengan cara
berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi
masing-masing.
2. Teori Perilaku Kepemimpinan
Aspek perilaku kepemimpinan menekankan fungsi-fungsi
yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya.
Teori perilaku disebut juga dengan teori sosial dan
merupakan sanggahan terhadap teori genetis.
Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk tidak
dilahirkan begitu saja (leaders are made, not born).
Dengan adanya dua tingkah laku tersebut
banyak para ahli mengadakan penelitian
mengenai teori perilaku kepemimpinan tersebut,
diantaranya adalah:
1. Teori Kepemimpinan Universitas Ohio (Ohio
State University)
Struktur prakarsa (Initiating structure),
Pertimbangan (Consideration),
2. Teori Kepemimpinan Universitas Michigan
Pemimpian yang berorientasi-karyawan,
Pemimpin yang berorientasi-produksi,
3. Teori Kepemimpinan Situasional
Teori Kepemimpinan Situasional adalah suatu
pendekatan terhadap kepemimpinan yang
menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku
bawahan, dan situasi sebelum menggunakan perilaku
kepemimpinan tertentu.
4. Teori Kharismatik
Konsep kharismatik menurut Weber (1947), konsep yang
lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang
memiliki kekuatan luar biasa dan mistis.
CASE STUDY

Pada Rumah sakit A dilakukan rapat dadakan oleh


direktur pada kepala bidang keperawatan dan kepala
ruangan. Pada rapat tersebut direktur menetapkan
aturan baru yaitu setiap kepala ruangan wajib hadir
paling lambat pukul 07.15 WIB dengan tujuan untuk
mempercepat proses ronde di ruangan sehingga
asuhan keperawatan lebih cepat dilakukan oleh
perawat. Keputusan rapat tersebut tidak sesuai dengan
kontrak kerja dimana jam masuk paling lambat pukul
07.30 WIB.
Kepala bidang perawatan dan kepala ruangan tidak
diperbolehkan menolak keputusan tersebut. Jika kepala
ruangan terlambat maka sanksi yang diberikan adalah SP2
dimana akibatnya insentif kepala ruangan tidak diberikan.
Waktu pulang kerja tetap seperti biasa yaitu pukul 15.00
WIB. Penambahan jam kerja tersebut tidak dibarengi
dengan penambahan jasa/ reward. Karena kepala
ruangan tidak mau menerima sendiri keputusan tersebut
akhirnya memberikan instruksi kepada seluruh perawat
yang dinas pagi untuk ikut masuk paling lambat 07.15 WIB
dan sanksi juga diterapkan pada perawat yang terlambat.
Keputusan tersebut tidak dirapatkan lagi pada
perawat ruangan, tidak ada surat
keputusannya dan tidak disosialisasikan dengan
baik, hanya instruksi lisan. Sanksi tetap sama
walau keterlambatannya berbeda. Akhirnya
banyak perawat yang memperlama jam
datang kalo sudah merasa terlambat walau
hanya 5 menit. Sehingga sering terjadi
keterlambatan operan.
PEMBAHASAN

ANALISA KASUS
1. Pengkajian Masalah
Identifikasi masalah dari kepala keperawatan mengenai
situasi perawat bawahannya. dimana ditemukan
permasalahan atau situasi sebagai berikut :
Kepala Keperawatan menerima perintah oleh direktur
untuk memberlakukan jam masuk kerja lebih awal 15
menit dari jam sebelumnya dengan ancaman jika tidak
melakukannya sesuai dengan perintahnya maka akan
diberikan sanksi langsung padahal jam kerja sudah
overload berdasarkan undang-undang tenaga kerja.
Sanksi berlaku walaupun terlambat semenit.
Sosialisasi tidak ada, hanya instruksi langsung.
Kepala keperawatan memberlakuan aturan dibuat
tanpa ada persetujuan dari bawahan.
Sanksi terkait pemberlakuan aturan tidak sesuai dengan
ketentuan/perjanjian kerja dirumah sakit yaitu langsung
mendapat surat peringatan kedua dan insentif tidak
keluar.
Kinerja perawat menurun karena pertukaran shift
menjadi tidak efektif akibat aturan baru.
Tidak ada reward
PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus diatas maka penulis membahas sesuai


dengan framework perilaku pemimpin yang efektif yaitu:
Pemimpin ini tidak melakukan gaya kepemimpinan
yang efektif karena pola komunikasi yang tidak efektif
sehingga perawat tidak mematuhi peraturan yang
dibuat.
Pemimpin terlalu berorientasi tugas tanpa
mempertimbangkan kondisi perawat.
Pemimpin terlalu otoriter tanpa meminta dan
mempertimbangkan pendapat bawahan.
KESIMPULAN
Seorang pemimpin yang efektif harus mempunyai keberanian
untuk mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab
atas akibat dan resiko yang timbul sebagai konsekuensi dari
keputusan yang diambilnya. Sebagai pemimpin harus
mempunyai pengetahuan, keterampilan, informasi yang
mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang
tepat. Disamping itu, seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi dan mengarahkan segala tingkah laku dari
bawahan sedemikian rupa sehingga segala tingkah laku
bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan yang
bersangkutan. Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki
kriteria tertentu, misalnya kemampuan perceptive dan
objektif.
Terima Kasih

You might also like