You are on page 1of 8

Health Action Process

Approach (HAPA)
Andi Aditya, Esti Suristiawati, Hillary
Jeany, Retno Wulandari, Yayu Susanti,
Nindy Aswinda Sari, Muhammad
Firmansyah, Fauzi Wijaya, Asni Azhari,
Nurul Rochimah, Putri Hatifah, Sri Puji
Astuti, Deni Pratama, Sholikhati
Adhaniah, M. Harsidi Nur
Health Action Process Approach (HAPA) dikembangkan
oleh Schwarzer (1992), yang secara tegas memuat post-
intentional untuk mengatasi kesenjangan antara niat dan
perilaku. Health Action Process Approach (HAPA)
dikembangkan pada akhir tahun 1980 dengan
mengintegrasikan Social Cognitive Theory (SCT) milik
Badura (1986), Theory of Planned Behavior (TPB) milik
Fishbein dan Ajzen (1975), dan Volition Theory milik
Heckhausen (1991)
Health Action Process Approach (HAPA) adalah
pendekatan sosial-kognisi dari perilaku kesehatan yang
menunjukkan bahwa perubahan perilaku kesehatan merupakan
suatu proses dari fase motivasi dan kehendak.

untuk melihat bagaimana proses seseorang


(individu) sebelum bertindak dalam kesehatan,
menjelaskan apa yang memotivasi seseorang
untuk berubah dan bagaimana orang tersebut
mengambil tindakan pencegahan.
Meningkatkan Kapasitas Ibu dalam Melakukan
Mediasi Perkembangan Kognitif Anak: Studi
pada Ibu dengan Sumberdaya Terbatas di
Daerah Endemik GAKI
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo,
dimana daerah tersebut merupakan daerah endemisitas GAKI, dengan
konsumsi garam beriodium rendah. Dan juga daerah tersebut memiliki
risiko rendahnya kemampuan kognitif pada anak usia pra sekolah serta
risiko rendahnya kualitas pengasuhan yang menstimulasi
perkembangan kognitif anak.
Fase Pertama: motivasional. Fase ini bertujuan untuk membangun
motivasi orang tua untuk melakukan stimulasi kognitif dalam kerangka
pengasuhan sehari-hari.
Penyadaran risiko dilakukan dengan pemaparan Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium dan kurangnya stimulasi kognitif
Pemaparan secara persuasif bahwa jika kedua Child Poverty and
Social Protection Conference 9 faktor risiko tersebut diintervensi akan
mengoptimalkan perkembangan anak dan menjadi bekal seumur
hidup bagi anak, diharapkan dapat meningkatkan motivasi orangtua
untuk bertindak.
Meningkatkan efikasi diri orangtua untuk bertindak memecahkan
masalahnya.
Orangtua dilatih untuk mengamati perilaku diri, perilaku anak, dan
dengan mengenali hal-hal yang masih perlu dikembangkan
dibangkitkan motivasinya untuk berlatih dan mengembangkan
kemampuan untuk mengenali sumber-sumber stimulasi dan
keterampilan melakukan stimulasi kognitif pada anak.
Fase kedua: pembentukan perilaku. Membantu orangtua
membentuk perilaku pengasuhan yang berkualitas.
Kemampuan dan keterampilan menyusun rencana.
Meningkatkan efikasi diri orangtua untuk memulai perilaku.
Meningkatkan efikasi diri orangtua untuk bertindak
memecahkan masalahnya.
Orangtua dilatih untuk mengamati perilaku diri, perilaku anak,
dan dengan mengenali hal-hal yang masih perlu dikembangkan
dibangkitkan motivasinya untuk berlatih dan mengembangkan
kemampuan untuk mengenali sumber-sumber stimulasi dan
keterampilan melakukan stimulasi kognitif pada anak.
THANK YOU
ANY
QUESTION???

You might also like