Professional Documents
Culture Documents
EKONOMI ISLAM
Oleh :
Juniar Endrawanto, SE
FALSAFAH EKONOMI ISLAM
Oleh
Juniar Endrawanto, SE
Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan
(al-Qashash 77)
Falsafah Ekonomi Islam
1. Kegiatan ekonomi diorientasikan bagi pencapaian
kebahagiaan hidup di akhirat
2. Ekonomi diarahkan bagi tercapainya kesejahteraan,
kemajuan material dan kebahagiaan hidup manusia di
dunia
3. Kegiatan ekonomi harus dilakukan dalam pola interaksi
sesama manusia secara baik
4. Harus dihindari kegiatan ekonomi yang merusak fisik
maupun tatanan kehidupan manusia
Hidup di Dunia
Lahir Mati
Kehidupan Kehidupan
sebelum Kehidupan dunia setelah
dunia Dunia
Fikrah kulliyah
Qaidah fikriyah
Al-Nadzratu fi al-hayati al- dunya
Mempengaruhi gaya hidup
Menentukan kualitas hidup
ADA DUA MACAM JAWABAN
DICIPTAKAN ALLAH
UNTUK APA MANUSIA HIDUP?
Makna Khusus
Aktivitas hubungan dengan Allah
(Shalat, puasa, Zakat, doa, dll)
Makna Umum
Segala aktivitas manusia
AMAL BERNILAI IBADAH
Amal Terbaik
TIPOLOGI 1 Bahagia
Disampaikan:
Dalam Kuliah Ekonomi Islam
Universitas Muhammadiyah Malang 2009
I- Hakikat Ekonomi:
Istilah Ekonomi:
Eko (mengatur) dan Nomos (rumah tangga) = Greek (Yunani Kuno); Maka,
ekonomi berarti kegiatan mengatur urusan harta kekayaan, baik yang berkaitan
dengan: (1) memperbanyak jumlah, dan (2) menjaga pengadaannya, maupun (3)
tatacara pendistribusiannya kepada masyarakat.
Bidang Ekonomi
Kepemilikan Negara
(States Ownership)
Asas dan Kaidah
Sistem Ekonomi Distribusi
(Distribution) Menjamin Kebutuhan
Islam
per Individu Warga
Negara
Pengembangan Hak
Milik
Disposisi
(Tasharruf)
Nafkah dan Infaq
Kebijakan Ekonomi Islam:
Kebutuhan Pokok
Wajib Dipenuhi
(Primary Needs)
Kebutuhan Kebutuhan Sekunder Tidak Wajib
per Individu (Scondary Needs) tapi Dibantu
Kebutuhan Mewah
(Luxury Needs)
Human Needs
Kebutuhan Khilafah
Islam
Manusia
Pendidikan (Needs
for Education)
Keamanan (Needs
for Savety)
II- Kepemilikan :
Definisi Kepemilikan:
Izin pembuatan syariat (as-syari) untuk memanfaatkan zat dan jasa tertentu, yang
menyebabkan pemiliknya berhak mendapatkan kegunaan (utility)-nya, serta
mendapatkan kompensasi darinya.
Bentuk Kepemilikan:
Kepemilikan
Harta yang merupakan hak seluruh
Negara (States kaum Muslim, sedangkan
Ownership) pengelolaannya menjadi wewenang
Khalifah.
Tatacara Memiliki:
Shahih (Benar)
Batil (Salah)
Sebab Kepemilikan Islam:
Menghidupkan
Waris Tanah Mati
Musaqat
Pemberian
Ijarah
Negara
Pengembang
Perdagangan (Tijarah)
an Harta
Tahjir: Memagari
Ekstensifikasi Tanah
Pertanian Ihya al-Mawat:
Menghidupkan Tanah Mati
Iqtha ad-Dawlah:
Pemberian Negara pd
Pengembangan Petani
Tanah Pertanian
Wajib Mengelola Tanah
Pertanian
Intensifikasi Tanah
Pertanian
Haram Menyewakan
Tanah Pertanian
Sebab
Pengembangan
Hukum Perdagangan:
Halal
Perdagangan
Domestik
Jual-Beli
Salam Barang dg
Barang
Istishna
Sharf Uang dg
Uang
Bentuk
Perdagangan
Riba Uang dg
Uang
Ghabn Fahisy Barang dg
Barang
Tadlis
Perdagangan
Luar Negeri Penimbunan
Haram
Hukum Perindustrian:
:
Hukum pabrik (kilang) mengikuti hukum barang yang
diproduksinya.
Produk Halal
(Pabrik / Milik Individu
Kilang yang
halal)
Produk
Haram Milik Negara
(Pabrik /
Kilang yang
haram)
Hukum Syarikah:
Sepakat
Melakukan
Syarikah Belum
Akad Syari: Sepakat Sah
Ijab dan Qabul Memberikan
Modal
Sepakat
Hukum Syarikah Orang yang Boleh Melakukan Sah
dalam Islam Melakukan
Tasharruf
Syarikah dalam
Urusan Tertentu
Barang
Obyek Akad:
Sesuatu yang Bisa Sah
Diakadkan
Jasa
Syarikah adalah akad antara dua orang atau lebih, yang keduanya
sepakat untuk melakukan kerjasama dalam bentuk kekayaan
dengan tujuan untuk mencari keuntungan.
Syarikah Amlak:
Zat Barang Pemburan
Syarikah
Bentuk Syarikah
Syarikah Abdan:
dalam Islam Badan-Badan(-)Harta Gila
Mudharabah: Mati
Badan(+)Harta
Mahjur
Syarikah Uqud: Syarikah Wujuh:
Pengembangan Harta Badan-Badan(+)Harta
Orang Lain Dibubar
kan
Semua Kerugian Badan-Badan(+)Harta Sepihak
Dikembalikan kepada Pembelian Berdua
Harta dan Pemiliknya,
Sementara Keuntungan Mufawadhah:
Milik Kedua Belah Pihak. Gabungan Syarikah
Hukum Syarikah Kapitalis:
Asuransi:
Kerjasama Tidak Dijalankan oleh
Penjaminan Badan tapi Modal
Hukumnya Haram
Tasharruf yang Diharamkan:
Isyraf - Tabdzir
Taqtir (Kikir-Bakhil)
Syarikah Kapitalis
Ihtikar
Mematok Harga
IV- Kepemilikan Umum:
Haram
Fasilitas Umum: Hilangnya Fasilitas
Umum ini Menyebabkan Sengketa
bagi Masya-rakat
Alfred Marshal
Pernyataan normatif.
Kemiskinan di negara-negara berkembang
tidak seharusnya semakin memburuk.
Pernyataan positive.
Kemiskinan di negara-negara berkembang
semakin buruk
Ekonomi konvensional
1. Aspek positif dan aspek normative terpisah.
2. Fakta ekonomi merupakan suatu
independen terhadap norma.
3. Tidak ada kausalitas antara norma dan
fakta.
atau realitas ekonomi merupakan suatu yg
bersifat independen, dan karena bersifat
objective dan akhirnya berlaku universal
Contoh pernyataan :
Hukum penawaran,
jika suatu barang meningkat, maka jumlah barang
yang ditawarkan meningkat.
cateris paribus adalah pernyataan positif
Hukum tersebut berlaku karena para produsen
memandang bahwa kenaikkan harga barang adalah
kenaikkan pendapatan, dan motivasi produsen adalah
mencetak pendapatan (keuntungan) setinggi tingginya
produsen mengharuskan mencari keuantungan maksimum
adalah pernyataan normative
Ekonomi Islam pada dasarnya mengedepankan
pendekatan integratif antara normative economics
dan positif economics.
Islam menempatkan nilai yang tercermin dalam
etika pada posisi yang lebih tinggi, jadi etika harus
menjadi kerangka awal dalam ilmu ekonomi (etika
lah yg harus menguasai ekonomi, bukan
sebaiknya)
Metodologi Ekonomi Islam
Fiqh Muamalah
Sejarah -Nilai Ekonomi Islam
Islam -Prinsip Ekonomi Islam
Metode Konsumsi
Deduksi
Produksi
Teori
Realitas Metode Ekonomi Distribusi
ekonomi Induksi
Makro Ekonomi
Karakteristik Ekonomi Islam
Kerja.
Kompensasi.
Efisiensi.
Profesionalisme.
Kecukupan.
Pemerataan kesempatan.
Kebasan.
Kerjasama
Persaingan.
Keseimbangan.
Solidaritas.
Informasi simetri
Basis kebijakan ekonomi islam
Penghapusan riba.
Pelembagaan zakat.
Pelarangan gharar.
Tujuan :
Fallah
Ekonomi Islam
KEPEMILIKAN 3
Cara DISTRIBUSI
Jenis
Kepemilikan Kepemilikan
Individu Halal 2
Umum Haram
PENGELOLAAN
Negara
Pembelanjaan Pengembangan
Halal Halal
Haram Haram
PILAR EKONOMI ISLAM
PENGELOLAAN KEPEMILIKAN
Tercapai jika :
1. Terdapat kekayaan dalam masyarakat
2. Seluruh masyarakat menerapkan sistem Islam
DISTRIBUSI KEKAYAAN
Kesenjangan Ekonomi
Distribusi kekayaan
1. Mekanisme ekonomi : baitul mal, larangan
menimbun emas dan perak
2. Mekanisme non ekonomi : zakat, waris
LANDASAN
EKONOMI ISLAM
- -
Halaman
14
Catatan
APBN jarang sekali mengalami defisit, karena pengeluaran hanya
dilakukan apabila ada pemasukan (sistim cash bassis).
Kebijakan Moneter Khalifah Umar
ibnu Khatab
Oleh :
Juniar Endrawanto
Pandangan Islam terhadap
harta & kegiatan ekonomi
Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada dimuka
bumi ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT
(kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas
untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan
sesuai dengan ketentuanNya).
Status harta yang dimiliki manusia adalah :
1. Harta sebagai amanah (titipan, as a trust) dari Allah SWT.
2. Einstain berpendapat, manusia tida mampu menciptakan
energi, yang mampu manusia lakukan adalah mengubah
dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain.
5. Harta sebagai perhiaasan hidup yang memungkinkan
manusia bisa meninkmati dengan baik dan tidak
berlebihan.
6. Harta sebagai ujian keimanan. (menyangkut cara
mendapatkan dan memanfaatkan.
7. Harta sebagai bekal ibadah
Pandangan Islam terhadap
harta & kegiatan ekonomi
Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha
(amal) atau mata pencaharian (maisyah).
Dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang dapat
melupakan kematian (Q.S. At Takatsur: 1-2), melupakan Dzikurullah
(Q.S. Al Munafiqun: 9), Melupakan shalat & Zakat (Q.S. An Nur: 37),
dan memusatkan kekayaan pada sekelompok orang saja (Q.S. Al
Hasyr: 7).
Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti :
1. Kegiatan Ribawi (Q.S. Al Baqarah: 275-281).
2. Berjual beli barang yang dilarang atau haram (Q.S. Al Maidah: 90-
91).
3. Mencuri/merampok/penggasaban (Q.S. Al Maidah: 38).
4. Curang dalam takaran dan timbangan (Q.S. Al Muthaffifin: 1-6).
5. Melalui cara-cara yang bathil dan merugikan (Q.S. Al Baqarah:
188).
Sektor Lembaga Keuangan
1. Secara implisit didalam Al Quran dan Hadist
tidak tercantum istilah bank.
2. Fungsi perbankan secara partial telah
diaplikasikan sejak zaman Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin (yaitu menerima
simpanan, menyalurkan dana dan
memberikan jasa pengiriman uang)
Sektor Lembaga Keuangan
Fungsi perbankan secara partial (satu orang melakukan satu
fungsi dari perbankan) tersebut adalah :
Rasulullah SAW yang dikenal dengan julukan al Amin, dipercaya oleh
masyarakat Mekah untuk menerima simpanan harta, sehingga pada saat
hijrah ke Madinah, beliau meminta kepada syaidina Ali ra untuk
mengembalikan semua titipan itu kepada yang memiliki, yang dititipi tidak
dapat memanfaatkan harta titipan tersebut. (Wadiah ad Amanah).
Sahabat Rasulullah, Zubair bin al Awwam lebih suka menerima titipan
dalam bentuk pinjaman yang memiliki hak untuk memanfaatkan (Wadiah at
Dhomanah). Karena bentuknya pinjaman maka ia wajib mengembalikan
utuh.
Penggunaan cek (media pembayaran yang pada waktu itu istilahnya saq)
telah dikenal luas sejalan dengan meningkatnya perdagangan antara negeri
Syam dan Yaman.
Bahkan di zaman Umar bin Khattab ra beliau menggunakan cek untuk
membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan cek tersebut
kemudian mereka mengambil gandum di Baitul Mal.
Pemberian modal untuk modal kerja berbasis bagi hasil, seperti
Mudharabah, Musyarakah, Muzaraah, Musaqah telah dikenal sejak awal
diantara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Sektor Lembaga Keuangan
Ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu tumbuh dan
berkembang dizaman Bani Abbasiyah, dan lebih berkembang pesat
lagi setelah beredarnya jenis mata uang
Pada zaman Abbasiyah, pada saat pemerintahan Muqtadir (908-932
M). Saat itu setiap wazir mempunyai bankir sendiri, misalnya Ibnu
Abi Isa menunjuk Ali Ibn Isa ; Hamid Ibnu Wahab mnunjuk Ibrahim
Ibnu Yuhana.
Kemajuan praktik perbankan pada zaman itu ditandai dengan
beredarnya alat pembayaran saq (cek) sangat luas sebagai media
pembayaran.
Perbankan saat itu tidak menggunakan konsep bunga dalam
operasionalnya, namun menggunakan konsep bagi hasil disisi
penghimpunan dananya, dan jual beli, gadai, sewa dan bagi hasil
disisi pembiayaannya.