You are on page 1of 47

HIPERTENSI

Ernawati Sinaga
Apakah Hipertensi itu?

Kondisi kesehatan dimana tekanan


darah meningkat di atas normal
secara kronis
Tekanan Darah

120/85 mmHg Normal


> 140/90 mmHG hipertensi
Di antara nilai tsb disebut normal-
tinggi

(batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun)


Blood pressure is the force applied against the
walls of the arteries as the heart pumps blood
through the body. The pressure is determined
by the force and amount of blood pumped and
the size and flexibility of the arteries.
Effect on blood pressure (mm Hg)
Activity Systolic blood Diastolic blood
pressure pressure
Attending a meeting 20 15

Commuting to work 16 13

Dressing 12 10

Walking 12 6

Talking on telephone 10 7

Eating 9 10

Doing desk work 6 5

Reading 2 2

Watching television 0.3 1


Epidemiologi

USA (NHNES): ca 30%


1988-1991 48-50 juta jiwa
1999-2000 58-65 juta jiwa (29-
31%)
Indonesia: ?
High blood pressure is especially
dangerous because it often has no
warning signs or symptoms SILENT
KILLER
Regardless of race, age, or gender,
anyone can develop High blood
pressure
Once High blood pressure develops, it
usually lasts a lifetime
Once High blood pressure develops, it
usually lasts a lifetime

You can prevent and control High blood


pressure by taking action
Apa gejalanya?

Pusing Mudah lelah


Mudah marah Mata berkunang-
Rasa berat di kunang
tengkuk Mimisan (jarang)
Telinga berdengung Sesak nafas
Sukar tidur
Faktor Risiko
Genetik/keturunan
Umur: > 50 tahun
Jenis kelamin: laki-laki
Kehamilan
Gaya hidup:
Makan tinggi lemak rendah serat
Kurang olah raga
Obesitas
Stres
Merokok
Alkohol
Faktor Risiko
Penyakit tertentu:
hiperkolesterolemia
kelainan pembuluh darah
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid)
penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme)
Diabetes melitus
dll
Faktor Risiko

Obat
(drug induced
hypertension)
Diagnosis

data anamnesis (tanya jawab


dengan dokter)
pemeriksaan jasmani
pemeriksaan tekanan darah
Tekanan Darah

120/85 mmHg Normal


> 140/90 mmHG hipertensi
Di antara nilai tsb disebut normal-
tinggi

(batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun)


Diagnosis of hypertension (HTN) is made
when two or more readings (on different
visits), of diastolic blood pressure (DBP)
>90 mmHg, or systolic blood pressure
(SBP) >140 mmHg
HIPERTENSI

Primer/Esensial Sekunder
90 - 95% 5 - 10%
Komplikasi
Gangguan penglihatan
Gangguan saraf
Gagal jantung
Gangguan fungsi ginjal
Gangguan serebral (otak) yg
mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga
koma.
Hipertensi merupakan
faktor risiko untuk
Stroke
Serangan jantung
Penyakit/gangguan jantung lainnya
Penyakit Jantung Koroner
Gagal ginjal kronis
TERAPI HIPERTENSI

Non-Farmakoterapi Farmakoterapi
Guidelines for treatment
BP Level BP Reading Treatment
(mmHg)
Normal 119/79 Pursue a healthy lifestyle

Prehypertension 120-139/ or 80-89 Make lifestyle


modifications

Stage 1 hypertension 140-159/ or 90-99 Lifestyle changes + a


medication (in some
cases, lifestyle changes
without medications)
Stage 2 hypertension Higher than 160/ or 100 Lifestyle changes + more
than one medication
Terapi Non-Farmako
Gaya Hidup Sehat

Atasi obesitas / kelebihan berat badan


Berhenti merokok
Berhenti konsumsi alkohol
Kurangi asupan garam
Pola makan rendah lemak tinggi serat
Hindari stres
Olah raga teratur: senam aerobik atau jalan
cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali
seminggu.
Reducing your weight by just 10 pounds may be enough to lower
your blood pressure. Losing weight can help to enhance the effects
of high blood pressure medication and may also reduce other risk
factors, such as diabetes and high bad cholesterol.
Dietary Approaches to Stop
Hypertension (DASH)
No Stress Please
Prinsip Farmakoterapi
Hipertensi
Pengobatan hipertensi sekunder lebih
mendahulukan pengobatan penyebab hipertensi
Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk
menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi
Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka
panjang, bahkan kemungkinan seumur hidup
Penggolongan/Mekanisme Kerja
Obat Anti Hipertensif
1. Diuretik
2. Penghambat Syaraf Simpatetik
3. Beta-bloker
4. Vasodilator
5. Penghambat enzim konversi
angiotensin (ACE Inhibitor)
6. Antagonis Kalsium
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Jenis-jenis Obat Anti Hipertensif
Diuretik: Hidroklorotiazid
Penghambat Syaraf Simpatetik: Metildopa, Klonidin
dan Reserpin
Beta-bloker: Metoprolol, Propranolol dan Atenolol
Vasodilator: Prasosin, Hidralasin
Penghambat enzim konversi angiotensin: Kaptopril
Antagonis Kalsium: Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil
Penghambat Reseptor Angiotensin II: Valsartan
(Diovan)
Diuretik
Mekanisme kerja : mengeluarkan cairan tubuh
(lewat urin) volume cairan ditubuh berkurang
daya pompa jantung lebih ringan.
Contoh obat-obatan yang termasuk golongan
diuretik adalah Hidroklorotiazid.
Efek samping yang sering dijumpai adalah :
hipokalemia (kekurang kalsium dalam darah) dan
hiponatremia (kekurang natrium dalam darah) yang
dapat mengakibatkan gejala lemas, hiperurisemia
(peningkatan asam urat dalam darah) dan
gangguan lainnya seperti kelemahan otot, muntah
dan pusing.
Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat
aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas ).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan
penghambat simpatetik adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
Efek samping yang dijumpai adalah : anemia
hemolitik (kekurangan sel darah merah karena
pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi
hati dan kadang-kadang dapat menimbulkan
hepatitis kronis.
Beta-bloker
Mekanisme kerja : menurunkan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti
asma bronkial.
Contoh obat-obatan yang termasuk dalam golongan
betabloker adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena
dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar
gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa
berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian
obat harus hati-hati.
Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada


pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah).
Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin.
Efek samping yang kemungkinan akan terjadi
dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.
Inhibitor enzim konversi
Angiotensin (ACE Inhibitor)

Cara kerja : menghambat pembentukan zat


Angiotensin II (vasokonstriktor menyebabkan
peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
Kaptopril.
Efek samping yang mungkin timbul adalah :
batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
Angiotensin adalah vasokonstriktor,
bekerja merangsang sekresi
aldosterone (menahan garam dan air di
ginjal)
Inhibitor enzim konversi Angiotensin
menghambat konversi Angiotensin I
menjadi Angiotensin II, dan
metabolisme bradikinin.
Antagonis kalsium
(Ca chanel blocker)

Golongan obat ini menurunkan daya


pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas).
Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah
: sembelit, pusing, sakit kepala dan
muntah.
Nifedipin
Nifedipine is not absorbed through the buccal mucosa,
and the common order for administration sublingually
should be changed to bite and swallow.
Nifedipine causes direct vasodilatation of arterioles
reducing peripheral vascular resistance promptly.
The onset of action begins within 15 minutes of oral
administration and peaks at 30 minutes.
The duration of action may be four to six hours.
Sudden reductions in BP accompanying administration of
nifedipine may precipitate ischemic events.
Nifedipine also produces reflex tachycardia, which in turn,
in patients with preexisting coronary artery disease may
induce myocardial ischemia.
Penghambat Reseptor
Angiotensin II

Cara kerja : menghalangi pengikatan


Angiotensin II pada reseptornya yang daya
pompa jantung menjadi ringan.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah Valsartan (Diovan).
Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Masalah Terkait Obat (MTO)

Drug Related Problems (DRP)


Masalah Terkait Obat
(Cipolle, Strand dan Morley (1998); Hepler (2003)

1. Efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug


reactions)
2. Interaksi obat
3. Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani
(untreated indication)
4. Obat diberikan tanpa indikasi
5. Pemilihan obat tidak tepat
6. Dosis obat sub terapeutik
7. Dosis obat berlebih (over dosis)
8. Penderita gagal menerima obat
Penderita gagal menerima obat:

Lupa
Harga obat mahal
Kurang/tidak ada pengetahuan tentang
penyakit dan terapi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kegagalan terapi hipertensi

Non adherence
Clinical inertia
Improper drug doses
Inappropriate drug combination
Drug interaction (eg, concomitant
NSAID)
Concomitant disorders
Bentuk ketidak patuhan
(non-adherence)

Tidak mengambil obat


Lupa minum obat
Minum obat dengan dosis salah
Minum obat pada waktu yang salah
Minum obat dengan cara yang salah
Berhenti minum obat sebelum
waktunya
dan lain-lain
Penyebab Non-adherence
Terapi jangka panjang
Jumlah obat yang diminum per hari cukup
banyak
Cara penggunaan menyusahkan
Rasa tidak enak
Efek samping
Pelupa
Harga obat mahal
Kurang pengetahuan/kurang kesadaran
Komunikasi yang tidak baik dengan
dokter/apoteker
Meningkatkan adherence
Memberikan informasi dan
pengetahuan yang cukup (penyakit,
terapi, efek samping, akibat non-
adherence, dll)
Menjalin komunikasi intens
Monitoring
Reminder (pamflet, tulisan mencolok,
kalender, dll)
Terima Kasih

You might also like