You are on page 1of 27

KEBIJAKAN BP3A DALAM BADAN

MENINGKATKAN PERAN PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DALAM PEREMPUAN


DAN
PENGAMBILAN PERLINDUNGAN

KEPUTUSAN ANAK
PROVINSI
BENGKULU
HJ.IR. EVARINI, MM
VISI
Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak dalam
berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang hakekatnya
mewujudkan keluarga Indonesia yang mempunyai anak ideal, sehat, berpendidikan,
sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
MISI
Untuk mencapai visi di atas misi yang harus dijalankan adalah :
Meningkatkan kualitas hidup perempuan;
Memajukan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik;
Menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan;
Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak;
Meningkatkan pelaksanaan dan memperkuat kelembagaan pengarusutamaan gender;
Meningkatkan partisipasi akseptor pada masyarakat.
Meningkatkan layanan akseptor terutama pada Gakin
Penurunan anka kelahiran
TUJUAN STRATEGIS
1.Mewujudkan kebijakan, program dan kegiatan peningkatan kualitas
hidup perempuan ;
2.Mewujudkan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan perlindungan
perempuan ;
3.Mewujudkan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan perlindungan
anak
4.Melembagakan Pengarusutamaan gender (PUG) dan Anak (PUA) ;
5.Meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan pemberdayaan
perempuan dan kesejahteraan dan perlindungan anak ;
6.Meningkatkan kerjasama antar lembaga tingkat daerah,nasional, regional
dan internasional dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan
kesejahteraan dan perlindungan anak dan perempuan
INDIKATOR KINERJA BP3A

1.Nilai Kesenjangan Indeks Pembangunan Manusia


(HDI) dan Indeks Pembangunan Gender (GDI) ;
2. Nilai Indeks Pembangunan Gender (GDI) ;
3. Nilai Indeks Pemberdayaan Gender (GEM) ;
4. Jumlah Peraturan Perundang-Undangan dan Kebijakan ;
5. Jumlah Model-model pembangunan PP dan PA ;
6. Menurunnya angka pertumbuhan penduduk 14 %/tahun ;
7. Menurunnya TFR menjadi 2,2/perempuan
ISU GENDER

KONDISI YANG MENUNJUKKAN KESENJANGAN ANTARA LAKI-LAKI DAN


PEREMPUAN ATAU KETIMPANGAN GENDER, YAITU ADANYA
KESENJANGAN ANTARA KONDISI SEBAGAIMANA YANG DICITA-
CITAKAN (KONDISI NORMATIF) DENGAN KONDISI GENDER
SEBAGAIMANA ADANYA (KONDISI OBYEKTIF)
Apa saja isu perempuan?
Isu yang berdampak langsung (biologis dan sosial), misalnya:
kanker payudara, kesehatan reproduksi, kematian ibu
melahirkan, perawatan anak, tenaga kerja peremmpuan, dan
sebagainya.
Isu jangka panjang, misalnya: kebijakan afirmatif
perempuan, ketimpangan keterwakilan politik
perempuan, kesetaraan gender,
kebijakan sensitif gender
ISU GENDER BIDANG PENDIDIKAN

1. Jumlah perempuan yang menyandang buta aksara dua kali lebih besar
dibandingkan laki-laki

2. Makin tinggi tingkat pendidikan makin kecil partisipasi perempuan dibanding


laki-laki

3. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan perempuan lebih rendah


dibandingkan laki-laki

4. Masih terjadi gejala segragasi gender( gender segregation ) dalam pemilihan


jurusan atau program studi di SMU, SMK dan Perguruan Tinggi
ISU GENDER BIDANG PENDIDIKAN

5. Kelanjutan studi bagi anak, bila dana terbatas yang mendapat prioritas
adalah anak laki-laki meskipun prestasinya lebih rendah dari anak
perempuan
6. Bacaan dan ilustrasi gambar pada bahan ajar masih menunjukkan
peran laki-laki dan perempuan yang tidak sama yakni publik dan
domestik
7. Keputusan Kepala Sekolah mengeluarkan siswi hamil diluar nikah,
sedang siswa yang menghamili tetap bisa sekolah
( tidak dikeluarkan)
ISU GENDER BIDANG PENDIDIKAN

8. Rendahnya keterwakilan perempuan dalam jabatan struktural serta

pemahaman para pengelola dan pelaksana pendidikan yang masih


terbatas akan pentingnya kesetaraan dan keadilan gender

9. Keterwakilan perempuan dalam jabatan fungsional masih kurang,


seperti pengembang kurikulum, peneliti, profesor
ISU GENDER
BIDANG EKONOMI
1. Angkatan kerja perempuan baik di perkotaan maupun pedesaan lebih
rendah dibanding laki-laki :
( P= 45,47 % < L = 81,19% )
2. Upah/gaji yang diterima pekerja perempuan jauh lebih rendah dari
yang diterima pekerja laki-laki ( pedesaan dan perkotaan)
3. Tingkat pengangguran terbuka pada perempuan lebih besar dari laki-
laki ( P= 7,50%; L= 6,7% ) di pedesaan dan perkotaan
4. Curahan waktu kerja perempuan untuk kegiatan produksi maupun
reproduksi lebih besar dibandingkan suami
ISU GENDER
BIDANG EKONOMI
5. Jabatan pada tataran manajemen di perusahaan negara maupun
swasta didominasi karyawan laki-laki
6. Sistim panen yang dilakukan dengan sistim tebasan menyebabkan
buruh tani perempuan kalah bersaing dengan buruh laki-laki
7. Bagi buruh perempuan yang ikut bekerja dengan suami, biasanya
tercatat sebagai pekerja tapi tidak menerima upah secara langsung
karena upah diterima oleh suami
8. Posisi perempuan di perusahaan/pabrik umumnya mendominasi
pekerjaan sebagai buruh
ISU GENDER
BIDANG KESEHATAN
1. Rendahnya partisipasi laki-laki dalam pelaksanaan KB
(pemakaian alat KB L : 7 %, P : 93 %)) dan kesehatan reproduksi

2. Tindakan aborsi yang hanya menimpa dan dirasakan kaum perempuan,


sementara kaum laki-laki yang menjadi salah satu penyebabnya
cenderung/sebagaian tidak mau bertanggung jawab
ISU GENDER
DALAM BIDANG PUBLIK

1. Kedudukan dan peran perempuan pada kepengurusan partai politik lebih rendah
dibandingkan laki-laki
2. Keterwakilan perempuan di lembaga legislatif baik di pusat (DPR RI , DPD RI)
maupun daerah ( DPRD Kab/Kota) sangat kecil dibandingkan laki-laki
3. Di bidang eksekutif posisi seperti Gubernur, Bupati,Wakil Bupati, Wali Kota, Wakil
Wali Kota, didominasi kaum laki-laki
4. Posisi seperti Hakim, Jaksa, Hakim Agung, lebih banyak diduduki oleh kaum laki-
laki dibanding perempuan
5. Di lembaga eksekutif semakin tinggi tingkat eselon semakin banyak jumlah laki-laki
yang menduduki
6. Jumlah anggota kabinet/menteri lebih banyak laki-laki dibanding perempuan
ISU GENDER DALAM KELUARGA

1. Dalam keluarga untuk pengambilan keputusan seperti dalam hal


investasi, membeli barang-barang berharga cenderung dilakukan oleh
suami
2. Pembagian tugas dalam keluarga, ibu/istri lebih pada pekerjaan
domestik sedangkan ayah/suami lebih pada tugas publik ( mencari
nafkah)
3. Dalam menentukan sikap politik terhadap partai politik tertentu, para
istri cenderung mengikuti suami
4. Kebiasaan makan dalam keluarga untuk lebih mendahulukan
bapak/suami dan anak laki-laki
Kesenjangan Laki-laki dan Perempuan
di BENGKULU
Bagaimana kondisi
kesenjangan laki-laki dan
perempuan di Bengkulu?

Perbandingan perempuan yang menduduki jabatan esselon (31%)

Hasil pemilu 2014, keterwakilan perempuan di Legislatif (14%)

Keterwakilan perempuan di lembaga yudikatif (23%)


Faktor apa yang menyebabkan kesenjangan itu?
Faktor Penyebab Keterangan
Akses Peluang terhadap sumber daya sosial, politik,
ekonomi
Partisipasi Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

Kontrol/hubungan kuasa Kekuasaan untuk memutuskan bagaimana


menggunakan sumber daya
Penerima manfaat Apakah manfaat kebijakan sosial, politik dan
ekonomi juga dirasakan perempuan?
Wujud Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam
masyarakat dan pemerintahan
Akses
Kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki pada sumber
daya pembangunan.

Contoh:
memberikan kesempatan yang sama memperoleh informasi
pendidikan dan kesempatan untuk meningkatkan karir bagi PNS laki-
laki dan perempuan
Partisipasi
Perempuan dan laki-laki berpartisipasi yang sama dalam proses
pengambilan keputusan.

Contoh:
memberikan peluang yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk
ikut serta dalam menentukan :
pilihan pendidikan di dalam rumah tangga;
melibatkan calon pejabat struktural baik dari pegawai laki-laki
maupun perempuan yang berkompetensi dan memenuhi syarat Fit
an Proper Test secara obyektif dan transparan.
Pilihan untuk menjadi anggota legislatif
Kontrol:
perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan yang sama pada
sumber daya pembangunan.
Contoh :
memberikan kesempatan yang sama bagi PNS laki-laki dan
perempuan dalam penguasaan terhadap sumber daya (misalnya:
sumberdaya materi maupun non materi daerah)
mempunyai kontrol yang mandiri dalam menentukan apakah
PNS mau meningkatkan jabatan struktural menuju jenjang yang
lebih tinggi.
Manfaat
pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi
perempuan dan laki-laki.
Contoh:
Program pendidikan dan latihan (Diklat) harus memberikan
manfaat yang sama bagi PNS laki-laki dan perempuan.
FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB

1. Berkembangnya Ideologi Patriarki ( Konstruksi sosial masyarakat


yang menomor duakan perempuan )
2. Paham ideologi patriarki yang masih melekat kuat pada sebagian
besar masyarakat ( termasuk dalam rumah tangga)
3. Relasi gender yang tidak seimbang
4. Tingkat pendidikan perempuan yang rendah
5. Ketidak terlibatan perempuan dalam penentuan keputusan pada
berbagai masalah kehidupan
Apakah adat membatasi peran perempuan?
Lima Aspek dalam Mengukur Ketidakadilan terhadap Perempuan

Munculnya kekerasan
terhadap perempuan

Penomorduaan Pemiskinan
perempuan Mengukur perempuan
Ketidakadilan

Beban ganda bagi


perempuan Pelabelan
Model pengambilan keputusan produksi oleh sebuah
keluarga dalam pengambilan keputusan
Istri dominan dalam pengambilan keputusan
Istri memiliki kewenangan untuk memutuskan produk dan merek apa yang dibeli
untuk dirinya sendiri dan untuk anggota keluarganya.
Suami dominan dalam pengambilan keputusan
Suami memiliki kewenangan untuk memutuskan produk dan merek apa yang dibeli
untuk dirinya sendiri dan untuk anggota keluarganya.
Keputusan autonomi
keputusan yang dilakukan oleh istri atau suami yang bisa dilakukan tanpa bergantung
dari salah satunya. Si suami dapat memutusankan pembelian produk tanpa harus
bertanya kepada istrinya dan begitu juga sebaliknya.
Keputusan bersama
Keputusan untuk membeli produk dan jasa dilakukan secara bersama-sama antara
suami dan istri. Keputusan untuk membeli produk barang dan jasa yang berharga
mahal biasanya dilakukan bersama.
APA MANFAAT PEREMPUAN DI RANAH PUBLIK ?
Bisa membawa isu perempuan dalam pengambilan keputusan
yang berdampak luas bagi masyarakat
MARILAH KITA BERPERAN AKTIF
DI RANAH PUBLIK

UNTUK MEMPERJUANGKAN
KETERWAKILAN PEREMPUAN
DALAM MENINGKATKAN
PEMBAGUNAN
DI PROVINSI BENGKULU
TERIMAKASIH

You might also like