You are on page 1of 23

DEMENSIA PADA

HIV
Disusun Oleh :
Keithy Dorothy Sirait (0861050101)
Pembimbing :
Dr. Chyntia Sahetapy, SpS
Demensia terkait HIV (HIV associated dementia
HAD) mencakup spektrum luas perwujudan psikiatri dan
neurologi dari infeksi HIV pada SSP.
HAD mencakup berbagai derajat gejala kognitif, motorik,
dan perilaku. Pada bagian akhir spektrum yang parah ini
terdapat ADC, satu kondisi yang dapat mengakibatkan
kerusakan SSP secara bermakna dan ini merupakan suatu
penyulit yang didefinisikan AIDS.

Demensia Pada HIV


ADC adalah demensia subkortikal, dan perkembangannya
terjadi secara tersembunyi.
Biasanya tidak disertai gejala kognitif fokal, seperti afasia,
apraksia, dan agnosia.
Gejala ADC mempunyai tahapan dari 0 sampai 4

Demensia Sub-Kortikal
Terjadinya penurunan kognitif yang ringan.
Gejala penurunan motorik.
Dalam perilaku, menarik diri dari pergaulan, apatis, atau
berkurangnya perhatian kepada teman atau kegemaran
mungkin terjadi.
Menunjukkan pseudodepresi yang umum terjadi pada
pasien dengan ADC.

Gangguan Neurologi
1 Januari 2011 sampai dengan 31 Maret 2011 adalah
sebanyak 351 kasus.
1 April 1987 sampai dengan 31 Maret 2011 adalah 24.482
kasus dengan sebanyak 4603 penderita meninggal.
Kelompok umur terbanyak yang menderita infeksi HIV
adalah kelompok umur 20 29 tahun yaitu sebanyak 47.2%
Sampai Maret 2011 untuk Provinsi Jawa Tengah didapatkan
sebanyak 1030 kasus dengan 314 kasus yang meninggal.
Data UNAIDS menyebutkan bahwa pada tahun 2009 jumlah
penderita HIV di seluruh dunia adalah 33.300.000 penderita.

Epidemiologi HIV
Komplikasi neurologi yang dapat mengenai susunan saraf
pusat bermanifestasi sebagai demensi terkait HIV (7%
dari penderita HIV) dengan gejala didapatkan gangguan
kognitif, motorik, dan gangguan perilaku.
Gangguan neurokognitif tersebut dikenal dengan HIV-
Associated Neurocognitive Disorder (HAND) berupa
HIV-Associated Dementia (HAD) atau AIDS Dementia
Comple, Mild Neurocognitive Disorder (MND), dan
Asymptomatic Neurocognitive Impairment (ANI).

Gangguan Neurologis
Pada HIV
lstilah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dipakai sejak tahun
1986 sebagai nama untuk retrovirus yang diusulkan pertama kalinya
oleh Luc Montagnier sebagai penyebab AIDS (Acquired
Imunodeficiency syndrome).
HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili
Retroviridae, subfamili lentivirinae, genus Lentivirus, dan
berdasarkan strukturnya HIV termasuk famili retrovirus yang
merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat molekul
9,7 kb (kilobase).
Dikenal dua spesies HIV yang menginfeksi manusia yaitu HIV-1
dan HIV-2. HIV-1 sendiri dianggap sebagai sumber dari kebanyakan
infeksi di seluruh dunia.

HIV - AIDS
Berdasarkan strukturnya HIV termasuk famili retrovirus yang
merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat molekul
9,7 kb (kilobase).
HIV memiliki tonjolan ekstemal yang dibentuk oleh 2 protein
utama envelope virus, gp120 di sebelah luar dan gp41 yang
terletak di transmembran.
Mempunyai untaian RNA yang pada setiap untaiannya memiliki
sembilan gen (gag,pol,vif,vpu,env,rev,tat,nev).
RNA tersebut diliputi oleh kapsul berbentuk kerucut yang terdiri
atas sekitar 2000 kopi p24 protein Virus dan dikelilingi oleh
kapsid selubung virus (envelope).

Struktur HIV
Fase Infeksi Akut
Fase Infeksi Laten
Fase lnfeksi Kronik

Patogenesis Infeksi HIV


Fase ini berhubungan dengan replikasi virus pada stadium tinggi dan ekspansi virus
pada respon imun yang spesifik.
Terdapat gejala umum seperti demam, faringitis, limfadenopati, artralgia, mialgia
letargi, malaise, nyeri kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat
badan.
Terjadi penurunan limfosit T yang cukup dramatis
Tidak ada antibodi spesifik HIV yang dapat terdeteksi pada stadium awal infeksi ini.
HIV juga dapat menyebabkan kelainan sistem saraf meskipun paparan HIV terjadi
pada stadium infeksi masih awal.
Terjadi interaksi antara gp120 virus dengan reseptor CD4+ yang terdapat pada sel
limfosit T pada awal infeksi,
Proses internalisasi HIV pada membran sel target juga memerlukan peran
Glikoprotein 41 (gp41) yang terdapat pada selubung virus.

Fase Infeksi Akut


Pembentukan respon imun spesifik HIV.
Sebagian besar virus terakumulasi di kelenjar limfe dan
terjadi replikasi di kelenjar limfe sehingga di dalam
darah jumlahnya menurun.
Jumlah limfosit T CD4+ menurun hingga sekitar 500-200
sel/mm3.
Fase ini berlangsung rata-rata sekitar 8-10 tahun setelah
terinfeksi HIV.
Tahun ke 8 setelah terinfeksi HIV akan muncul gejala
klinis yang merupakan awal tanda munculnya infeksi
oportunistik.

Fase Infeksi Laten


Selama fase ini terdapat peningkatan jumlah virion secara
berlebihan di dalam sirkulasi sistemik dan tidak mampu
dibendung oleh respon imun.
Terjadi penurunan jumlah limfosit T CD4+ hingga di
bawah 300 sel/mm.
Sistem imun menurun dan pasien semakin rentan
terhadap berbagai macam penyakit sekunder.
Perjalanan penyakit semakin progresif yang mendorong
ke arah AIDS.

Fase Infeksi Kronik


HIV- associated neurocognitive disorder (HAND) berupa :
HIV-associated dementia (HAD) atau AIDS dementia
complex
Mild neurocognitive disorder (MND)
Asymptomatic neurocognitive impairment (ANI)
Penderita dengan CD4+ masih cukup tinggi atau diatas
200 sel/l mengalami gangguan neurokognitif berupa
MND atau ANI.
HAD terjadi pada penderita yang sudah dalam fase AIDS.

Gangguan Neurokognitif
Serologi HIV positif
Terdapat gangguan yang bersifat progresif, kognitif, perilaku, memori, dan
perlambatan mental
Pemeriksaan neurologik : gambaran gejala neurologik yang bersifat difus,
perlambatan rapid eye movement dan motorik ekstremitas, hiperefleksia,
hipertonia, dan dijumpainya release sign.
Pemeriksaan neuropsikologi : impairmen pada dua jenis pemeriksaan yaitu
fungsi lobus frontal, kecepatan motorik dan memori verbal.
Cairan otak : tidak dijumpai neurosifilis dan menigitis kriptokokus
Pemeriksaan radiologik : atrofi serebri dan disingkirkan adanya lesi fokal
Tidak dijumpai penyakit psikiatrik mayor dan intoksikasi
Tidak dijumpai gangguan metabolik, hipoksemia, sepsis, dan lain lain
Tidak dijumpaiu penyakit oportunistik otak yang aktif

Gejala HAND
Probable (harus ada semua gejala dibawah ini) :
1. Abnormalitas kognitif/motorik/perilaku yang di dapat, dipastikan oleh
anamnesa yang dipercaya dan pemeriksaan neurologik neuropsikologik
2. Mild impairment dari aktifitas sehari hari
3. Tidak masuk kriteria demensia HIV atau myelopati HIV
4. Tidak disebabkan etiologi lain
Possible (harus ada salah satu gejala di bawah ini) :
(1), (2), dan (3) didapatkan gejala di atas, tetapi ada alternatif etiologi
lain dan penyebab dari (1) tidak pasti.
(1), (2), dan (3) didapatkan gejala di atas, tetapi etiologi dari (1) tidak
dapat ditentukan berdasarkan evaluasi yang inkomplit

Berdasarkan American Academy of Neurology


kriteria dari gangguan kognitif terkait
HIV/MND
Gangguan fungsi kognitif yang didapat, dimana minimal
terlibatnya 2 domain kognitif, yang cocok berdasarkan
tes neuropsikologik yang terstandarisasi.
Gangguan kognitif menyebabkan sedikitnya gangguan
ringan keterlibatan fungsional sehari hari
Gangguan kognitif didapatkan paling sedikit 1 bulan
Gangguan kognitif tidak termasuk kriteria untuk delirium
atau demensia HIV
Tidak didapatkan bukti penyebab lain dari MND

Kriteria MND
Gangguan fungsi kognitif yang didapat, dimana minimal
terlibatnya 2 domain kognitif, yang cocok berdasarkan
tes neuropsikologik yang terstandarisasi.
Gangguan kognitif tidak menyebabkan gangguan
fungsional sehari hari
Gangguan kognitif tidak memenuhi kriteria delirium atau
demensia
Tidak ada bukti yang menjadi penyebab lain dari ANI

Kriteria Diagnosis ANI


Pengertian kognitif menurut behavioral neurology, adalah
suatu proses dimana semua masukan sensoris (taktil,
visual dan auditorik) akan diubah, diolah, disimpan, dan
selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron
secara sempurna sehingga individu mampu melakukan
penalaran terhadap masukan sensoris tersebut.

Kognitif
Konsep yang paling banyak dianut, bahwa fungsi kognitif
mencakup lima domain, yaitu :
Perhatian (atensi)
Bahasa
Memori
Visuospasial
Fungsi eksekutif

Fungsi Kognitif
Anatomi Sistem Limbik
Manifestasi gangguan fungsi kognitif dapat meliputi gangguan
pada aspek bahasa, memori, emosi, visuospasial, dan kognisi.
Gangguan bahasa
Gangguan memori : Memori segera (immediate memory),
Memori baru (recent memory), Memori lama (remote
memory).
Gangguan emosi
Gangguan visuospasial
Gangguan kognisi (cognition)

Gangguan Fungsi Kongnitif


Usia. Tumor Otak.
Pendidikan. Nutrisi.
Genetik. Hormon Tiroid.
Berbagai penyebab yang dapat Stimulasi.
mempengaruhi perkembangan otak
pada masa prenatal dan pasca natal. Stress.
Cedera kepala. HAART (Highly Active
Obat obat toksil atau napza Antiretroviral therapy).
(narkotika, psikotropika, dan zat Merokok.
adiktif).
Diabetes Melitus.
Infeksi susunan saraf pusat.
Epilepsi.
Penyakit Parkinson.
Penyakit Serebrovaskuler. Gangguan Psikiatrik.

Faktor Resiko

You might also like