You are on page 1of 17

Difteri

Etiologi
Sesuatu penyakit menular/infeksi akut pada membran mukosa atau kulit yang disebabkan bakteri
Corynebacterium diphtheriae
Baksilus gram positif, tidak bergerak, tidak berkapsul
Tahan beku & kering, namun mati bila suhu > 60 C
Tumbuh secara aerob.
Ciri khasnya: Pseudomembrane dari EKSOTOKSIN
Mula-mula eksotoksin menempel pada membran sel
Kemudian terjadi penetrasi kedalam sel dan kematiannya karena inaktivasi enzim
translokase.
Eksotoksin dapat berada dalam sel dengan status latent, Kemudian sesudah bebarapa
hari atau minggu timbulnya manifestasi klinis lambat:
Jantung 2 minggu
Syaraf 3-7 minggu.
C. diphteriae
Pseudomembran
Epidemiologi
Manusia saja yang membawa C. diphtheriae.
Cenderung di populasi yang padat, malnutrisi, & miskin
Menular: Biasanya melalui titik-titik pernafasan, liur, ingus, serum dari luka-
luka kulit, kontak lansung dengan penderita atau pengidap/carrier.
Kini tambah banyak kasus remaja & dewasa karena booster imunisasi
setiap 10 tahun jarang diterima.
Masa inkubasi: 2 5 hari, tetapi terkadang lebih lama
Masa menular: 4 hari (rata-rata) sesudah antibiotika dimulai 2 minggu pada
orang yang tidak diobati
Mortalitas: 10 20% (1% bila ADS diterima sebelum 24 jam)
Gambaran Klinis
Umum: Febris ringan (Bila febris tinggi, mungkin ada
infeksi sekunder!)
Perkembangan gejalanya agak pelan (gradual onset)
selama 1 2 hari.
Diphtheria Hidung
Diphtheria Tonsil Faring
Diphtheria Laring
Diphtheria Lain: Kulit, Vulo vaginal, Konjungtiva, Telinga
Lebih sering terjadi pada bayi
Permulaan mirip ISPA dengan pilek, selesma dan febris ringan
Sekret hidung menjadi serosangunous kemudian mukopurulen yang berbau.
Nares dan bibir atas menjadi lecet kemudian munculnya pseudomembrane
putih-kelabu
Tanda umum: anoreksia, lesu, malaise, febris ringan

Tonsil-faring: sangat nyeri, merah/inflamasi serta Pseudomenbrane (berwarna


putih- kelabu, kotor, berdarah bila diusaha dilepas) melekat pada tonsil,
dinding faring, uvula, palatum nyeri telan/disfagia
Limfoadenitis leher & submandibular -> bullneck
Dengan pseudomembrane meluas menutup jalan nafas, stupor, koma, mati
dalam 7 10 hari.
Pada kasus ringan pseudomembrane bisa terlepas dan sembuh 7 10
hari.
Gambaran klinis Difteri Laring
Gejala biasanya dari perluasan diphtheria faring
tetapi bisa primer dengan gejala kurang nyata.
Obstruksi saluran nafas atas (maka dia mirip sekali
dengan sindroma krup croup)
Suara parau
Stridor bagian inspiratur pada mulanya, kemudian
progresif & bifasik (inspir & expir)
Retraksi suprasternal & supraklavikular
Bila pseudomembrane terlepas, bisa diaspirasi dan
menutup jalan nafas -> mati mendadak
Gambaran Klinis Difteri Lain
Berupa tukak (ulcer) di kulit,
vulvovagina & konjunctiva. Tepinya
jelas & mungkin ada
pseudomembrane pada dasarnya.
Rasa sakit-nyeri

Cenderung menjadi tukak kronis


di daerah tropis

Di telinga berupa otitis externa


kronis yang bernanah dan berbau.
Pemeriksaan penunjang
Biakan dari jaringan dibawah pseudo-membrane pada media yang khusus ( loeffler, tellurite,
medium fermentasi glukosa, dan agar Tindale )
Pengecetan/sten langsung sering kali tidak meyakinkan.
Darah Lengkap/CBC juga tidak khas.
PCR: Polymerase chain reaction test: positif (mahal)
Shick test : menyuntikkan 0,L ml toksin difteria berkekuatan 1/50 M.L.D. secara intrakutan
pada lengan bagian voler. Sebagai kontrol, dilakukan penyuntikan serupa dengan toksin yang
telah dipanaskan terlebih dahulu 60"C selama 30 menit untuk menghiiangkan aktivitas
toksinnya. Reaksi positif ditandai dengan timbulnya reaksi inflamasi setempat .yang
mencapai intensitas maksimumnya dalam 4-7 hari. untuk selanjutnya menghilang secara
perlahan-lahan. Reaksi Schick positif menunjukkan tidak adanya imunitas terhadap toksin
difteri. Reaksi Schick negatif menunjukkan bahwa kadar antitoksin di dalam darah sudah
lebih dari O,O3 unitlml dan berani bahwa orang tersebut kebal terhadap difteria.
DD
Komplikasi Eksotoksin
1. Miokarditis: 10 25% kasus diphtheria dan >50% mortalitas
diphtheria (10-20%),

Mulai pada minggu ke2 3, lemah sekali, takikardi


walaupun istirahat, suara jantung redup, aritmia, gagal
jantung basah.

EKG: elevasi segma ST-T, pemanjangan interval P-


R, & blok 1, 2 atau 3
Natalaksana:
Monitor ketat, aritmia fatal sering terjadi
Diuretik, Digoxin (dosis dikurangi!)
2.Neuritis
Kelumpuhan pada palatum molle:
Mulai pada minggu ke 3 7 Suara sengau
Sulit menelan (tetapi tidak nyeri)
Regurgitasi dari hidung langsung bila menelan
Syaraf-syaraf Kranial
Mulai pada minggu ke 5
Stabismus, visi kabur, akomidasi & fokus visi sulit.
Ascending Paralysis: mirip Sindroma Guillain-Barre
3. Nefritis merusak jaringan ginjal -> Gagal ginjal akut
Tatalaksana
Perawatan ketat & Isolasi sampai 2 biakan negatif sesudah antibiotika
selesai.
Bantuan pernafasan: nebulizer
Sediakan alat alat tracheostomi dan berkonsultasi kepada
bedah.
Antitoksin: Anti Diphtheria Serum (ADS) intravena (diinfus pelan, ~30
min)
Antibiotik: (BUKAN ALTERNATIF menganti ADS, harus keduanya!)
Kortikosteroid?: untuk mencegah komplikasi jantung & syaraf
Antitoksin: Anti Diphteria Serum (dari serum kuda, maka perlu tes kulit 1:100) Kalau
negatif, diberi secara intravena dalam 20 30 min.

Faring atau Laring yang berlangsung < 48 jam: 20.000 40.000 U IV

Naso-faring: 40.000 60.000 U IV

Penyakit yang meluas 3 hari atau lebih, atau bengkak pada leher: 80.000 12.000 U IV

Bila tes kulit positif: ADS diberi secara tertahap

Antibiotik: (BUKAN ALTERNATIF Ganti ADS!)


Erythromicin PO atau IV: 40mg/kgBB/hari dibagi 3-4. Max: 2 gm/hari, selama 14 hari
Penicillin Aqueous G 100.000 U/kgBB/hari dibagi 4 selama 14 hari
Penicillin Procain 25.000 50.000 U/kgBB/h dibagi 2 selama 14 hari

You might also like