You are on page 1of 22

Disusun oleh :

1. Fajar Maulana 1443050086


2. Riris Arisma S. 1543050005
3. Ovysta Darsono 1543050025
4. Shinta Putri Larasati 1543050042
5. Adilah Salamatunnisa 1543050043
6. Ayu Pravita 1543050057
7. Cahyani Susi Wigiyanti 1543050059
8. Intan Putri P. Sani 1543050067
9. Magdalena Eka Ampung 1543050072
10. Widayanti Ayuningtias 1543050094
11. Mukti Zikir 1543050115

FARMAKOTERAPI 1
STROKE
Menurut WHO
Stroke (serebrovascular disease) adalah
kematian jaringan otak (infark serebral) yang
terjadi karena berkurangnya aliran darah
dan oksigen ke otak

Penyebab kematian no.3 di


Indonesia maupun di dunia
STOKE TERBAGI 2 :
1. Stroke Iskemik (non hemorragik)
Aliran darah ke otak terhenti krn adanya aterosklerosis
atau trombus yang telah menyumbat suatu pembuluh
darah.
83% pasien stroke mengalami stroke jenis ini

2. Stroke hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga aliran darah normal
terhambat dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan merusaknya.
70% kasus stroke hemorragik terjadi pada penderita
hipertensi

FAKTOR RESIKO STROKE


1. Penyakit
HTN, DM, jantung
2. Keadaan tertentu
usia lanjut, perokok, suku bangsa tertentu, dll.
Stroke hemorragik dibagi 2 :
1. Perdarahan intraserebrum
tanda dan gejala :
- hemiparesis, hemiplagia, hemianestesia.
- gangguan kognitif
- cadel
- penurunan kesadaran
- sakit kepala
2. Perdarahan subrakhnoid
disebabkan oleh suatu aneurisma vaskuler
dan trauma kepala.
GEJALA & MANIFESTASI KLINIS
1.Hemiplagia
kelumpuhan lengan atau tungkai pada salah
satu sisi tubuh
2.Gangguan pendengaran
3.Gangguan penglihatan (diplopia)
4.Bicara cadel (disartria)
5.Inkontinensi kandung kemih
6.Ataksia dan pingsan
7.Koma
8.Kadang-kadang disertai oleh ketidakmampuan
mengendalikan emosi
Diagnosis stroke
1. Computed Tomography (CT scan)
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

PENATALAKSANAAN TERAPI STROKE ISKEMIK


AKUT

1. rTPA (recombinant Tissue Plasminogen Activator)


hanya boleh untuk stroke iskemik < 3 jam dan CT Scan normal
ex : streptokinase i.v
2. Jika pasien menderita aritmia jantung
berikan juga digoksin + verapamil + amiodaron i.v
3. TD yang tinggi tidak boleh diturunkan secara mendadak (20%
dari TD sebelumnya)
ex : labetolol, Kaptopril, Nifedipin, dan Na. nitroprusid i.v
4. Pada completed stroke, beberapa jaringan otak sudah mati.
lakukan kraniotomi jika > 3 cm
5. Berikan antikoagulan oral (warfarin) s.d 1 tahun pada pasien
AMI baru

PENATALAKSANAAN STROKE HEMORRAGIK


1. Transfusi, plasma beku segara dan vit K.
2. Kendalikan hipertensi
3. Untuk mengurangi pembengkakan, berikan
furosemid,manitol atau kortikosteroid
4. Kraniotomi
PENCEGAHAN
1.Pencegahan Primer
sebelum terjadi, ubah life style
2.Pencegahan Sekunder
a. Asetosal 80 320 mg/hari
b. Antikoagulan oral (Warfarin/dikumarol)
diberikan pada pasien AMI, fibrilasi atrium
dan kelainan katup
c. Px tidak tahan asetosal tunggal, dapat
diberikan :
- Tiklopidin 250 500 mg/hari
- Asetosal 80 mg + Cilostazol 50 100 mg/hari
- Asetosal 80 mg + Dipiridamol 75 150 mg/hari

TIA (Transient Ischaemic Attack)


lebih ringan daripada stroke
Tujuan Terapi * =
Mengurangi mortalitas, kecacatan, & stroke ulang
Mencegah komplikasi :
Komplikasi serebral minggu 1

Komplikasi non serebral minggu 2-4

MISBACH, 2000, NEUROEMERGENSI PADA STROKE,


UNPUBLISED REFERENCE
PENDEKATAN TERAPI FASE AKUT * :

fokus restorasi aliran


darah otak

menghentikan
kerusakan seluler

menyelamatkan
daerah penumbra

WIBOWO &GOFIR, 2001, FARMAKOTERAPI DALAM


NEUROLOGI, JAKARTA
MASALAH DALAM TERAPI

Prevensi terapi Manejemen


Efektif? Efektif?

Sebelum terjadi stroke Setelah terjadi stroke

Morbiditas Mortalitas & QOL

Stroke Strategi
Strategies for preventing stroke and
reducing stroke-related disability

Blood Pressure
Smoking Stroke Mortality
Primary Prevention
Lipids

Mass strategy Acute treatment


in population

First-ever stroke Secondary Prevention

High risk strategy Recurrent


in individual Rehabilitation stroke

Hypertentension
TIA Stroke related
Atrial Fibrilation disabilty
Other vescular disease
PREVENSI PRIMER &SEKUNDER PADA STROKE

PEMBERIAN ANTI AGREGASI PLATELET :

ASPIRIN : menghambat siklooksigenase dengan cara


menurunkan sintesis atau mengurangi lepasnya senyawa
yang mendorong adhesi seperti tromboxan A2.
Konsentrasi puncak tercapai 2 jam sesudah diminum.
Cepat diabsorpsi, konsentrasi di otak rendah. Hidrolise ke
asam salisilat terjadi cepat, tetapi tetap aktif.
Ikatan protei plasma : 50-80 persen. Waktu paro (half
life) plasma : 4 jam. Metabolisme secara konjugasi (dengan
glucuronic acid dan glycine
Ekskresi lewat urine, tergantung pH. Sekitar 85 persen
dari obat yang diberikan dibuang lewat urin pada suasana
alkalis.
Reaksi yang merugikan: nyeri epigastrik, muntah, perdarahan,
hipoprotrombinemia dan diduga : sindrom Reye.

Alasan mereka yang tidak menggunakan dosis rendah aspirin antara


lain adalah kemungkinan terjadi resistensi aspirin pada dosis
rendah.

Hal ini kemungkinan platelet juga menghasilkan 12-hydroxy-


eicosatetraenoic acid, hasil samping kreasi asam arakhidonat
intraplatelet ( lipid oksigenase).

Sintesis senyawa ini tidak dipengaruhi oleh dosis rendah aspirin,


walaupun penghambatan pada tromboksan A2 terjadi dengan dosis
rendah aspirin.

Aspirin mengurangi agregasi platelet Dosis aspirin 300-600 mg


(belakangan ada yang memakai 150 mg) mampu secara permanent
merusak pembentukan agregasi platelet.
Dipiridamol

Merupakan phosphodiesterase inhibitor, menurunkan agregasi


platelet dengan menaikkan kadar c AMP (cyclic adenosine
monophosphate) dan c GMP (cyclic guanosine monophosphate)
dalam platelet.
Obat ini secara tunggal tidak lebih unggul dibandingkan
dengan aspirin, karena itu sering dipakai dalam kombinasi
dengan aspirin.
Reaksi yang merugikan : mual, muntah, diare, nyeri
kepala dan dizziness.

Tiklopidin dan Kopidogrel

Pasien yang tidak tahan aspirin atau gagal dengan terapi


aspirin, dapat menggunakan tiklopidin atau clopidogrel.
Obat ini bereaksi dengan mencegah aktivasi platelet,
agregasi, dan melepaskan granul platelet, mengganggu
fungsi membran platelet dengan penghambatan ikatan
fibrinogen-platelet yang diperantarai oleh ADP dan antaraksi
platelet-platelet.
Menurut suatu studi, angka fatalitas dan nonfatalitas stroke
dalam 3 tahun adalah 10 persen untuk grup tiklopidin dan 13
persen untuk grup aspirin. Risiko relatif berkurang 21 persen
dengan penggunaan tiklopidin.

Setyaningsih et al. (1998) telah melakukan studi meta-analisis


terhadap terapi tiklopidin untuk prevensi sekunder stroke iskemik.
Berdasarkan sejumlah 7 studi terapi tiklopidin, disimpulkan bahwa
efikasi tiklopidin lebih baik daripada plasebo, aspirin maupun
indofen dalam mencegah serangan ulang stroke iskemik.

Efek samping tiklopidin adalah diare (12, 5 persen) dan


netropenia (2, 4 persen). Bila obat dihentikan akan reversibel.
Pantau jumlah sel darah putih tiap 15 hari selama 3 bulan.
Komplikasi yang lebih serius, tetapi jarang, adalah purpura
trombositopenia trombotik dan anemia aplastika.

Klopidogrel (dosis 75 mg/ hari adalah obat yang aman


dan dibandingkan tiklopidin efek sampingnya lebih ringan.
Silostazol

Silostazol merupakan obat antiplatetlet yang


menaikkan kadar c AMP (cyclic adenosine
monophosphate) dalam platelet melalui penghambatan
c AMP-fosfodiesterase.
Gotoh et al (2000) melakukan suatu penelitian
prevensi stroke, suatu penelitian kasus kontrol, buta
ganda untuk prevensi sekunder infark serebrum dengan
total kasus 1095.
Terapi dengan silostazol menunjukkan reduksi yang
relatif bermakna ( 41, 7 % CI. 9,2 62, 5 %) dalam
kambuhnya infark serebrum dibandingkan dengan
pemberian plasebo ( p. 0,015).
Efek samping yang berarti tidak ditemukan. Dosisnya
adalah 100 mg, 2 kali sehari.
Perawatan farmakologis untuk terapi stroke
isosemik akut dan pencegahan sekunder

Pemulihan aliran darah: heparin, nadroparin, aspirin,


tiklopidin, ancord, pentoksifilin, streptokinase,
klopidogrel, silostazol, streptokinase, r-TPA.

Perlindungan jaringan otak (neuroprotektan): Piracetam,


Citicoline,Calcium antagonist, NMDA antagonist,
Glutamate antagonist, Serotonine, agonist, radikal bebas
(free radical scanvenger)
Terapi reperfusi pasa stroke iskemik akut

Penggunaan tissue plasminogen activator pada terapi


stroke iskemik akut, telah dilakukan pada berbagai
penelitian tentang manfaat penggunaan Recombinant
Tissue Plasminogen Activator (rtPA). Berdasarkan study
tersebut, the Stroke Council from American Heart
Association mengajukan rekomendasi sebagai pedoman
terapi rtPA seperti berikut :
Pemberian intravenus rtPA (0, 9 mg/kg, maksimum 90 mg)
dengan 10 persen dosisnya diberikan sebagai bolus, diikuti
dengan infus yang berlansung selama 60 menit, dalam 3
jam awitan (onset) stroke. Pemberian yang terlambat
(lebih dari 3 jam setelah onset, atau bila waktu
awitannya tidak bisa dipercaya), pemberian obat ini
tidak dianjurkan, karena tingginya risiko komplikasi
trombolitik.
Streptokinase tidak diindikasikan untuk
manajemen stroke iskemik.
Diagnosis stroke harus ditegakkan oleh ahlinya,
disertai dengan pemeriksaan
imaging. Apabila pemeriksaan CT scan
menunjukkan adanya perubahan awal
menghilangnya sulci, efek masa, udem, atau
kemungkinan perdarahan, terapi trombolitik
harus dihindari.Kriteria eksklusi pasien adalah :
a. sedang menggunakan antikoagulan oral, waktu
protrombin > 15 detik, atau INR (international
normalized ratio) waktu protrombin < 1, 7,
b. penggunaan heparin dalam 48 jam sebelumnya,
c. jumlah platelet kurang dari 100.000/mm3,
a. bukan stroke atau cedera kepala berat 3 bulan
sebelumnya,
b. mengalami operasi besar dalam 14 hari sebelumnya,
c. tekanan darah sistolik sebelum pengobatan lebih besar
dari 185 mm Hg, atau tekanan darah diastolik lebih besar
dari 110 mm Hg,
d. Perbaikan cepat gejala neurologik,
e. Defisit neurologik terpisah dan ringan seperti hanya
ataksia, hanya kehilangan sensoris, hanya disartri, atau
kelemahan minimal,
f. Didahului perdarahan intrakranial,
g. Kadar gula darah kurang dari 50 mg/ dl, atau > 400 mg/
dl,
h. Terjadi bangkitan (seizure) pada awitan stroke,
i. Terjadi perdarahan gastrointestinal atau uriner dalam 21
hari sebelumnya,
j. Sedang menderita infark miokardial.
Terapi trombolitik tidak boleh diberikan apabila pasien
tidak di unit perawatan intensif atau di pelayanan stroke
yang mapan.

You might also like