You are on page 1of 11

AUDIT KECURANGAN

“WHY PEOPLE COMMIT FRAUD”

Kelompok I
Putri Hafizhoh (1410536012)
Yolanda Prawita (1410536021)
Ayu Aulia Rahmi (1410536032)
CHAPTER II : WHY PEOPLE COMMIT
FRAUD ???
 Menurut Albrecht definisi fraud adalah :
“Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious
means which human ingenuity can devise. Which are resorted to
by one individual, to get an advantage over another false
representations. No definite and invariable rule can be a laid
down as a general preposition in defining fraud, as it includes
surprise trickery cunning and unfair ways by which another is
cheated. The only boundaries defining it are those which limit
human knaveri.”
 Sedangkan definisi fraud menurut Federal
Burean of Investigation yang dikutip dari
Silverstone, dkk (2007:5) adalah :
“White-collar crimes are caraterized by deceit, conselment, or
violation of trust and are not dependent upon the application or
threat of physical force or violence. Such acts are comunited to
individuals and organization to obtain money, property, or
service; to avoid to payment or loss of money or services; or the
secure a personal or business advantage.”
MENURUT ALBRECHT TERDAPAT 6 JENIS FRAUD,
YAITU:
Employee • Karyawan terhadap perusahaan
embezzlement
• Perusahaan terhadap stockholders
Management fraud lenders dan pengguna laporan keuangan

Invesment scams • Investasi fiktif

Vendor fraud • Kolusi antara pembeli dan vendor

Customers fraud • Konsumen terhadap perusahaan

Miscellaneous fraud • Fraud dalam bentuk lain


MENGAPA ORANG-ORANG TERLIBAT FRAUD
Pressure / Tekanan

Segitiga Kecurangan
(Fraud Triangle)

Opportunity / Kesempatan Rationalization / Pembenaran


FRAUD TRIANGLE
Pressure

 Tekanan Keuangan
Tamak, hidup melebihi kemampuan, banyak hutang

 Kejahatn / pelanggaran
Penjudi, peminum, pecandu narkoba

 Tekanan di tempat kerja


Kurang mendapat perhatian, kondisi kerja yang buruk

 Tekanan Lain-lain
FRAUD TRIANGLE
Opportunity

 Sistem pengendalian intern yang lemah


 Tindakan disiplin yang lemah terhadap pelaku
pelanggaran
 Kewenangan dan tanggung jawab yang tidak jelas
 Kelalaian atasan

Rationalization

 Mencontoh atasan / Rekan sekerja


 Merasa sudah berbuat banyak untuk perusahaan
 Menganggap yang diambil tidak seberapa
 Dianggap meminjam, nanti dikembalikan
FAKTOR PENGENDALIAN: PENGENDALIAN YANG
DAPAT MENCEGAH DAN MENDETEKSI ADANYA
FRAUD.

Ada tiga komponen dalam struktur pengendalian


perusahaan, yaitu:
 Lingkungan Pengendalian

 Sistem Akuntansi

 Prosedur atau Aktivitas Pengendalian


FAKTOR NON-PENGENDALIAN:

 Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari


performa kinerja
 Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud

 Kurangnya akses informasi

 Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta


sikap apatis
 Kurangnya jejak audit
KESIMPULAN

 Pelaku fraud umumnya lebih berpendidikan,


lebih beragama, dan sedikit dari mereka
yang memiliki catatan kriminalitas.
 Mereka juga memiliki kesehatan psikologis
yang lebih baik.
KESIMPULAN

 Pengetahuan ini membantu kita untuk mengerti


bahwa :
1. kebanyakan pegawai, konsumen, pemasok, dan
partner bisnis memiliki kesesuaian atau cocok
dengan karakteristik yang dimiliki oleh pelaku
fraud dan memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam fraud
2. sangat sulit untuk memprediksi apa yang
menyebabkan pegawai, pemasok, klien, dan
konsumen akan menjadi tidak jujur.
TERIMA KASIH

You might also like