Professional Documents
Culture Documents
Pengetahuan Hakim.
Pengetahuan Hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan dinyakini
kebenarannya.
1) BUKTI kompeten adalah BUKTI yang valid dan relevan.
a. Validitas BUKTI dipengaruhi oleh tiga hal di bawah ini:
1. Independensi dan kualifikasi sumber diperolehnya
BUKTI.
Definisi bukti tidak akan kita dapati di Pasal
Meskipun sumber informasi independen, BUKTI tidak
1 UU KUP maupun di PMK No. valid jika orang yang menyediakan informasi tidak
199/PMK.03/2007 jo PMK No. mempunyai kualifikasi untuk melakukan hal tersebut.
82/PMK.03/2011, namun jejak-jejak Sebagai contoh, penyedia informasi yang dapat diakui
pengaturan tentang bukti dan pembuktian adalah DJBC, Bapepam, dan lain-lain.
dalam pemeriksaan pajak dapat kita awali 2. Kondisi di mana BUKTI diperoleh.
dari Perdirjen Pajak No. Per-9/PJ/2010 Pasal BUKTI yang dihasilkan oleh entitas yang memiliki sistem
pengendalian internal kuat memiliki validitas lebih tinggi
5 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan. dibandingkan BUKTI yang dihasilkan oleh entitas yang
Kutipan Pasal 5 sebagai berikut: memiliki sistem pengendalian internal lemah.
Temuan pemeriksaan harus didasarkan 3. Cara BUKTI diperoleh.
pada BUKTI kompeten yang cukup dan BUKTI yang diperoleh secara langsung oleh Pemeriksa
berdasarkan ketentuan peraturan Pajak (misalnya observasi persediaan lebih handal
perundang-undangan perpajakan. dibandingkan BUKTI yang diperoleh secara tidak langsung
(misalnya hasil wawancara dengan Wajib Pajak).
b. Relevan berarti bahwa BUKTI pemeriksaan harus
berkaitan dengan pos-pos yang akan diperiksa
sebagaimana tercantum dalam Program Pemeriksaan.
Pembicaraan tentang bukti dalam pemeriksaan
Hasil penelaahan dokumen yang dilakukan oleh pajak mencuat di Pasal 12 ayat 3 UU KUP yaitu
Pemeriksa membawa pada penyimpulan bahwa “Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan
transaksi pembayaran royalti yang dilakukan bukti jumlah pajak yang terutang menurut Surat
oleh Wajib Pajak tidak dapat diakui dan harus Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikoreksi positif. Alasan koreksi adalah adanya tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah
dokumen perjanjian induk yang sudah pajak yang terutang.” Ayat ini dalam memori penjelasan
dijabarkan bahwa apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
daluwarsa dan adanya dokumen perjanjian
atau keterangan lain, pajak yang dihitung dan dilaporkan
lanjutan yang tidak diberi tanggal mulai berlaku. dalam Surat Pemberitahuan yang bersangkutan tidak
Padahal berdasar bukti dokumen lain yaitu benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi yang
dokumen finansial (sumber dokumen dalam sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak menetapkan
proses akuntansi), transaksi-transaksi besarnya pajak yang terutang sebagaimana mestinya
pembayaran tersebut adalah transaksi yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
validitas dan reliabilitasnya dapat dibuktikan perpajakan. Berawal dari pasal inilah kita dapat
memahami bahwa pemeriksaan menjadi alat untuk
dengan sumber-sumber dokumen yang
mendapatkan bukti yang bisa mengubah penetapan
memadai. Berdasar hasil penyimpulan ini, hal pajak yang telah dilakukan Wajib Pajak secara self
menarik yang pantas dikaji adalah apakah suatu assesment. Kembali kepada kasus diatas, persoalannya
temuan dalam pemeriksaan pajak didasarkan adalah bukti apakah yang mesti diperoleh Pemeriksa
kepada bukti berbasis akuntansi atau berbasis sehingga dapat dijadikan dasar untuk menerbitkan
selain akuntansi misalnya berbasis hukum Surat Ketetapan Pajak (dan yang terpenting Wajib
(pidana/perdata) ? Pajak tidak dapat menolak bukti tersebut) ?
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan yang dimuat dalam
Perdirjen Pajak No. Per-9/PJ/2010 ini juga tidak menyebutkan secara
definitif bukti seperti apakah yang harus diperoleh Pemeriksa agar
mempunyai “keyakinan yang memadai” untuk melakukan koreksi
fiskal. Peraturan ini hanya menjelaskan karakteristik bukti yang
diperlukan dalam pemeriksaan pajak, bukan jenis bukti yang harus
dikumpulkan. Lain halnya jika kita membicarakan Bukti Permulaan, di
Perdirjen Pajak No. Per-47/PJ/2009 Pasal 1 angka 7 definisi BUKTI
Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau BUKTI berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk
adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak
pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. pada
dasarnya jenis bukti yang dapat dipakai untuk menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak tidak dipersoalkan dalam pemeriksaan pajak
sepanjang bukti itu kompeten dan cukup sesuai ketentuan perpajakan
yang berlaku
Contoh :
Formulir 1721-A1 dan A2 adalah bukti bahwa seseorang yang berstatus
pegawai/pensiunan telah membayar pajak dari penghasilan yang diperoleh setiap bulan
dalam satu tahunnya melalui pemotongan pemberi kerja atau bendahara. Formulir tersebut
wajib diberikan oleh pemotong pajak/bendahara dan akan dipergunakan salah satunya
untuk keperluan pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi pegawai/karyawan tersebut.