You are on page 1of 38

AGUNG EKO HARTANTO

 Degenerasi adalah perubahan-perubahan


morfologik akibat trauma yang nonfatal atau
 Degenerasi sel (kemunduran sel) adalah
kelainan sel yang terjadi akibat cedera ringan.
 Cedera ringan yang mengenai struktur dalam
sel seperti mitokondria dan sitoplasma akan
mengganggu proses metabolisme sel
 Kerusakan reversibel artinya bisa diperbaiki
apabila penyebabnya segera dihilangkan.
 Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah
berat, maka kerusakan menjadi reversibel,
dan sel akan mati
 Jika stimulus tidak dihentikan, maka sel akan
mengalami kematian (perubahan morfologis sel
letal)
 Sel yg mengalami perubahan degeneratif umumnya
adalah sel yg aktif secara metabolik. Ex: sel hati,
ginjal dan jantung
 Perubahan degeneratif cenderung melibatkan
sitoplasma sel, sedangkan nukleus mempertahankan
integritas sel
MACAM DEGENERASI
1) Degenerasi Albumin (cloudi swelling = bengkak keruh)
Degenerasi paling ringan, reversibel.Perubahan kemunduran akibat jejas yang
tidak keras.Ditandai adanya timbunan albumin dalam sitoplasma serta tampak
keruh dan membengkak.ditemukan pada sel tubulus ginjal, sel hati dan sel
otot jantung. Penyebab infeksi, demam, keracunan, suhu yang terlalu
rendah/tinggi, anoxia, gizi buruk, & gg sirkulasi
2) Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)
Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible denganpenimbunan
intraselular yang lebih parah jika dengan degenerasialbumin. Etiologinya
sama dengan pembengkakan sel hanya intensitas
rangsangan patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar rangsanganpatolo
gik lebih lama.Secara miokroskopik organ yang mengalami degenerasi
hidrofik menjadi lebihbesar dan lebih berat daripada normaldan juga nampak
lebih pucat. Nampak juga vakuola-vakuola kecil sampai besar
dalam sitoplasma.
Lanjutan
3) Degenerasi Lemak
Sering terjad pada parenkim, otot jantung, hati (paling sering), yang
mempunyai metabolik rata-rata tinggi. karna ketidakmampuan jaringan
non-lemak memetabolik sejumlah lemak sehingga tertimbun dalam
sitoplasma yang mengakibatkan sitoplasma membesar ketepi.
Jika degenerasi lemak ini terjadi dihati maka hati akan tertimbun lemak
dapat berkembang menjdi cirosis hepatis dan hati mengecil (carsinoma
hep/hepatoma)
4) Degenerasi Mukoid (musin & lendir)
Degenerasi Mukoid adalah Suatu perubahan yang seringterjadi pada tumor
epitel yg mensekresi musin.Epitel yangdegenerasi melarut dalam
musin.Kadang-kadang jaringan ikat nampak mensekresi musin yang
mengisi ruang antaranya yang disebut myxomatous.
Contoh : FAM (Fibroma Adeno Mamae)
Lanjutan macam degenerasi..
5. Infiltrasi (degenerasi) glikogen
Glikogen normal terdapat dalam semua sel dan terutama sel otot dan hati.
Sel tidak menunjukkan gangguan fungsi, dianggap bahwa kelainan ini
disebabkan oleh ketidak seimbangan metabolik antara glikogenisis dan
glikogenosis. Infiltrasi glikogen ditemukan DM
6) Degenerasi Hialin
Degenerasi Hialin adalah timbunan hialin (jaringan ikat), sering pada otot
uterus yang mengalami tumor jinak (mioma Uteri).Merupakan
degenerasi paling buruk yang bersifat irrevesibel.
7) Degenerasi Amnoid
Degenerasi Amnoid : Timbunan berupa bahan-bahan lilin terdiri dari protein
abnormal di jaringan ekstra sel, terutama : sekitar jaringan penyokong
pembuluh darah, sekitar membran basalis. bersifat amiloid tidak gampang
rusak, tidak gampang bergerak timbunan tersebut mengeras. Degenerasi
amnoid ini dibagi menjadi dua tipe:
- primer (tdk diketahui sebabnya)
- sekunder (mengikuti penyakit kronik spt TBC, sifilis, rheumatik.
 Jika stimulus penyebab cidera sel cukup hebat,
berlangsung lama dan tidak dihentikan, maka sel akan
mencapai titik dimana sel tidak lagi dapat
mengkompensasi dan tidak dpt melangsungkan
metabolisme point of no return
 Saat sel tepat mencapai “point of no return”, secara
morfologis kita tidak dapat mengetahui bahwa sel sudah
mati irreversiblle
 Namun jika sekelompok sel yang sudah mencapai
keadaan “point of no return” tetap berada dalam hospes
yang hidup selama beberapa saat, maka terjadi hal-hal
yg memungkinkan pengenalan thd sel/jaringan yg sudah
mati tsb
Nekrosis dan kematian sel
 sebuah/sekelompok sel/jaringan yg mati dan
menempel pada hospes hidup
 bersifat lokal
 perubahan patologis yang terjadi dalam sel
setelah kematian
 Sel yang mati akan menyerap air
 Inti sel memudar dan menjadi gelap
 Sel-sel fagositosis-polimorf dan histiosit ditarik
ke dalam jaringan mati dan memindahkan
sedikit sel yg mati dg menyerapnya
 Bila terjadi nekrosis jaringan yg luas, jumlah sel fagositosis terlalu
sedikit untuk memindahkan semua jaringan yg mati tersebut dan
sebagian jaringan nekrotik masih tersisa sebagai bisul, yang
bentuk/massanya tidak teratur
Penyebab nekrosis
Setiap faktor yg menyebabkan kerusakan sel,
termasuk:
Iskemia
• Yaitu suplai darah yg tidak cukup untuk
memberikan oksigen dan zat-zat lain yang
diperlukan untuk metabolisme
• Iskemia menyebabkan infark, yaitu daerah
sebagai akibat dari obstruksi suplai darah
akut/sebagian atau total melalui arteri tertentu.
Penyebab umum infark
a) Trombus/gangguan total pada orteri “arteromatosa”
oleh gumpalan darah
b) Embolus, yaitu setiap massa dalam darah yg
normalnya tidak ada
c) Terpelintirnya pedikel tempat lewatnya pembuluh
darah ke dalam organ
• Contoh: loop intestinal, kista indung telur, testis
d) Kecelakaan pengikatan arteri pada tindakan operatif
Kita ingat, bahwa semua sel memiliki berbagai
enzim, diantaranya adalah bersifat litik
Enzim-enzim litik ini tidak dikeluarkan saat sel
masih hidup, shg tidak menimbulkan kerusakan
Saat sel mati,
• enzim-enzim ini lepas dan mulai melarutkan berbagai
unsur sel
• Sel/jaringan yg berdekatan dg sel mati memberikan
respon dg cara membentuk reaksi peradangan akut, yaitu
pengiriman leukosit dlm jumlah yg banyak ke daerah yg
nekrosis untuk membantu pencernakan sel-sel yg mati
Karena proses pencernaan dg enzim dan reaksi
peradangan inilah, sel-sel yang mencapai
“point of no return” mulai mengalami
perubahan-perubahan morfologis yang dapat
dilihat.
Sedangkan perubahan-perubahan pada inti sel
memberikan petunjuk bahwa sel menglami
kematian
Perubahan-perubahan pada inti sel yang mati

1. Penyusutan inti
2. Batas-batas inti sel tidak teratur
3. Warna menjadi gelap
4. Inti sel mengalami kehancuran
 Perubahan warna pada inti sel pada sel yang mati
disebut piknosis, sedangkan intinya disebut piknotik
 Kehancuran inti sel meninggalkan pecahan-
pecahan zat kromatin yg tersebar dalam sel,
disebut karioreksis
 Sel yg mengalami karioreksis, inti sel yang mati
tidak dapat diwarnai dan intinya menghilang,
disebut kariolisis
2 jenis kematian sel, yaitu apotosis
dan nekrosis
1. Apoptosis
 Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram
(programmed cell death), adalah suatu komponen
yang normal terjadi dalam perkembangan sel
untuk menjaga keseimbangan pada organisme
multiseluler.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis
diantaranya sbb:
Ø Sel mengkerut
Ø Kondesasi kromatin
Ø Pembentukan gelembung dan apoptotic bodies
Ø Fagositosis oleh sel di sekitarnya
1. Adanya signal kematian (penginduksi
apoptosis)
2. Tahap integrasi atau pengaturan (transduksi
signal, induksi gen apoptosis yang
berhubungan, dll)
3. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi
DNA, pembongkaran sel, dll)
4. Fagositosis.
(a) proses pertumbuhan dan involusi organ pada
pertumbuhan embrional (pembentukan jari-jari
tangan dan kaki memerlukan pembuangan
jaringan diantara jari-jari tersebut melalui
proses apoptosis);
(b) proses hormonal pada organ reproduksi wanita
(peluruhan endometrium pada awal
menstruasi);
(c) pembentukan hubungan yang sesuai (sinaps) di
antara neuron di dalam otak memerlukan
penghilangan kelebihan sel oleh apoptosis; dan
(d) sentra germinal dari folikel limfoid.
 Apoptosis juga diperlukan untuk
menghancurkan sel-sel yang merupakan
ancaman bagi integritas organisme atau yang
disebut dengan apoptosis patologis. Hal ini
terjadi pada kondisi sebagai berikut: (a) sel-
sel yang terinfeksi oleh virus; (b) sel-sel
sistem imun; (c) sel-sel dengan kerusakan
DNA; (d) sel-sel kanker; dan (e) kerusakan sel
akibat toksin.
 Nekrosis merupakan kematian sel sebagai
akibat dari adanya kerusakan sel akut atau
trauma (misalnya: kekurangan oksigen,
perubahan suhu yang ekstrem,dan cedera
mekanis),
 kematian sel terjadi secara tidak terkontrol
yang dapat menyebabkan rusaknya sel,
adanya respon peradangan dan sangat
berpotensi menyebabkan masalah kesehatan
yang serius.
 Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada
sitoplasma dan organel-organel sel lainnya.
 Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik),
menjadi padat, batasnya tidak teratur dan
berwarna gelap.
 Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan
pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di
dalam sel. Proses ini disebut karioreksis.
Kemudian inti sel yang mati akan menghilang
(kariolisis).
 Perubahan morfologis sel yang mati tergantung
dari aktivitas enzim lisis pada jaringan y nekrotik.
 Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka
jaringan nekrotik akan mempertahankan
bentuknya dan jaringannya akan
mempertahankan ciri arsitekturnya selama
beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis
koagulatif, seringkali berhubungan dengan
gangguan suplai darah.
 Contohnya gangren.
 Penampilan morfologis jaringan nekrotik berbeda-
beda, tergantung pada akibat kegiatan lisis di dalam
jaringan nekrotik
 Jika kegiatan enzim-enzim litik dihambat oleh kondisi
lokal, maka sel-sel nekrotik itu dapat mempertahankan
ciri arsitekturnya selama beberapa waktu
 Jenis nekrosis ini disebut nekrosis koagulativa
 Nekrosis koagulativa terjadi pada jaringan yg
mengalami kehilangan suplai darah (lihat contoh
gambar 35-5)
 Nekrosis ini paling sering dijumpai
• Dalam beberapa kasus, jaringan nekrotik
sedikit-demi sedikit mencair akibat kerja
enzim
• Proses ini disebut nekrosis liquefaktiva
• Sering dijumpai di daerah otak yang
nekrotik
• Akibat lanjutnya adalahter bentuknya
lubang dalam otak yang terisi oleh cairan
(lihat gambar 3-6)
Kondisi lokal khusus tertentu dapat
menimbulkan jenis-jenis nekrosis lain, yaitu
ganggren
Ganggren yaitu nekrosis koagulativa disertai
pertumbuhan bakteri saprofit
Ganggren timbul pada jaringan nekrotik yang
relatif terbuka terhadap bakteri hidup
Ganggren sering terjadi pada bagian
ekstrimitas (gambar 3-8) dan pada segmen
usus yang nekrosis (gambar 3-9)
• Jenis ganggren:
– Ganggren kering, ganggren yg terjadi
tanpa dekomposisi bakterial yang
menyebabkan jaringan menjadi kering,
menciut dan menghitam
– Ganggren basah, terjadi di daerah interna
Akibat nekrosis
 Akibat nekrosis, perubahan yang paling nyata adalah
hilangnya fungsi daerah yang mati tsb
 Jika jaringan yg nekrotik itu merupakan sebagaian kecil dari
organ yg mempunyai cadangan yg besar, mungkin hanya
sedikit atau bahkan tidak ada pengaruh fungsional pada
hospes (ex. Ginjal)
 Tapi jika daerah nekrosis merupakan bagian saraf, maka
akibatnya adalah defisit neurologis.
 Jika otak yang mengalami nekrosis, maka akan terjadi defisit
neurologis yang hebat, bahkan menimbulkan kematian
Perkembangan jaringan
nekrotik
• Jika suatu daerah jaringan mengalami
nekrosis, maka akan menimbulkan respon
peradangan pada bagian jaringan yang
berdekatan
• Akibatnya, jaringan yang mati akan
hancur dan hilang untuk membuka jalan
bagi proses perbaikan yg menggantikan
daerah nekrotik dg sel-sel regenerasi yang
baru atau jaringan parut
Beda Nekrosis - Apoptosis

• Kematian oleh faktor luar sel


• sel membengkak
• Pembersihan debris oleh fagosit dan
Nekrosis sistem imun sulit
• Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit
maupun sistem imun
• Lisis sel
• Merusak sel tetangga (inflamsi)

•Kematian diprogram oleh sel


•Sel tetap ukurannya
•Pembersihan berlangsung cepat
Apoptosis •Sel sekarat akan ditelan fagosit karena
ada sinyal dari sel
•Non lisis
•Sel tetangga hidup normal
Dampak nekrosis :

1. Hilangnya fungsi daerah yang mati.


2. Dapat menjadi fokus infeksi dan
merupakan media pertumbuhan
yang baik untuk bakteri tertentu,
misalnya bakteri saprofit pada gangren.
3. Menimbulkan perubahan sistemik seperti
demam dan peningkatan leukosit.
4. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu
dalam darah akibat kebocoran sel-sel
yang mati.
Kematian somatik
Secara umum didefinisikan sebagai
kematian yang menyangkut kegiatan
sistem saraf pusat, khususnya otak
Jika otak mati, maka kegiatan listrik
berhenti dan elektroensefalografnya
menjadi datar
Jika kehilangan kegiatan listrik terjadi
selama jangka waktu tertentu, maka
penderita sudah dinyatakan meninggal
• Setelah individu mengalami kematian
(somatik), maka akan terjadi perubahan-
perubahan, yang disebut perubahan
postmortem
• Perubahan postmortem antara lain adalah:
– Rigor mortis: kekakuan pada mayat
– Algor mortis: yaitu pendinginan suhu mayat
karena suhu tubuhnya mendekati suhu lingkugan
– Livor mortis: perubahan warna setelah kematian.
Perubahan ini terjadi karena berhentinya sirkulasi
darah, darah dalam pembuluh darah mengendap
dan berkumpul di tempat yang rendah (sesuai
tarikan gravitasi).

You might also like