Professional Documents
Culture Documents
INTRINSIK
• Nina Fitriyana A 141 043
• Rajokki Bramlikus A 141 04
• Yulia Anggraini A 141 055
• Yuliyanti Souraya Maha A 141 056
• Yuliyani Sartika Dewi A 141 057
• Asypa A 141 0
• Fifi Nurafi’yah S A 141 075
• Anggun Yunia Lestary A 141 0
Kelompok
Mempelajari pengaruh keadaan bahan
(baku) obat (polimorfi, hidrat, solvat)
terhadap kecepatan disolusi intrinsik
sebagai preformulasi untuk bentuk
sediaannya.
Tujuan
Berdasarkan proses pelarutan
senyawa aktif dari bentuk sediaan padat
ke dalam media pelarut yang mana
pengukuran kecepatan disolusi obat
dengan menggunakan spektrofotometri
U V / Vi s .
Prinsip
• Alat
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik,
penyangga bentuk basket, alat-alat gelas, tabung
disolusi, termometer, sampel (berupa pellet), vial, motor
p e m u t a r , s t o p w a t c h , s p e k t r o f o t o m e t r i U V.
• Bahan
B a h a n y a n g d i g u n a k a n a d a l a h s a m p e l Te o f i l i n
A n h i d r a t ( b e r u p a p e ll e t ) , H C l 0 , 1 N , l i li n c a i r, me d i u m
disolusi.
Pembahasan
Perbedaan antara Teofilin anhidrat dan Teofilin
monohidrat terletak pada adanya air dalam molekul kimianya.
Teofilin hidrat mengikat molekul air secara kimia, sedangkan
Teofilin anhidrat tidak. Senyawa hidrat disebut juga senyawa
kristal karena mengandung molekul air yang mempunyai
ikatan hidrogen. Dengan adanya molekul air pada kisi kristal,
maka akan menyebabkan kristal itu lebih stabil dibandingkan
senyawa anhidrat, sehingga pelepasan molekul obat lebih sulit
dan akan lebih sukar larut dibandingkan senyawa anhidrat.
Hasil uji disolusi dalam percobaan ini sesuai dengan
pernyataan Ansel (2001) bahwa obat dalam bentuk anhidrat
biasanya lebih mudah larut dibandingkan dengan bentuk
hidratnya.
Kloramfenikol yang direndam metanol memiliki profil
disolusi yang lebih baik dibandingkan kloramfenikol yang tidak
direndam metanol. Hal ini diduga karena perendaman dengan
metanol dapat merubah bentuk partikel kloramfenikol, sehingga
bentuk partikelnya lebih ruah. Bentuknya yang lebih ruah
tersebut dapat menyebabkan cairan lebih mudah masuk ke
dalam partikel zat, sehingga akan lebih mudah larut. Selain itu,
energi yang dibutuhkan untuk melepas molekul obat lebih kecil
karena ikatannya lebih renggang.
Hasil dari uji disolusi intrinsik dilihat dari
persentase disolusi kloramfenikol yang direndam dengan
metanol lebih besar dibandingkan dengan kloramfenikol,
dan teofilin anhidrat lebih besar persentase disolusinya
dibandingkan dengan teofilin monohidrat.
Akan tetapi, tidak satupun dari obat yang diuji
memenuhi persyaratan disolusi untuk obat lepas cepat,
karena dalam 30 menit jumlah zat yag terdisolusi tidak
mencapai 85%. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari
ketelitian pada proses pengerjaan, titik pengambilan sampel
yang berbeda-beda sehingga terjadi perubahan konsentrasi.
Kesimpulan