Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
BAB 1
Latar belakang
Upaya yang harus dilakukan dalam mewujudkan keadaan sehat adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan harus bersifat
tersedia (available), tercapai (accessible), terjangkau (affordable),
berkesinambungan (continue), menyeluruh (comprehensive), terpadu
(integrated), dan bermutu (quality) (Prasetyawati, 2011).
Secara umum pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua yaitu pelayanan kesehatan
personal dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan kedokteran keluarga termasuk dalam pelayanan kedokteran personal
yang memiliki keluarga sebagai sasaran utamanya
Dengan pendekatan kedokteran keluarga, masalah kesehatan yang ada di
masyarakat diharapkan dapat diselesaikan dengan lebih optimal. Hal ini yang
mendorong untuk melakukan kegiatan field study dilakukan di rumah keluarga
Bapak Sugandi yang menderita hipertensi di wilayah Puskesmas Sukmajaya
Rumusan masalah
– Bagaimana cara penerapan dokter keluarga pada pasien?
– Bagaimana hasil dari penerapan dokter keluarga pasien dan
keluarganya ?
Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam berkomunikasi,
mengumpulkan informasi, dan menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada di dalam suatu keluarga dengan pendekatan kedokteran keluarga.
Tinjauan Pustaka
BAB 2
Hipertensi
• Definisi
Hipertensi adalah peningkatan dari tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan
atau disertai dengan peningkatan diastolik lebih dari 90 mmHg.Kriteria klinis hipertensi
berdasarkan 2 atau lebih penemuan pada 2 atau lebih kunjungan.Batasan hipertensi
ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure).
• Epidemiologi
- Pada seluruh dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5
juta kematian, sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh dunia.
- Penderita hipertensi di Indonesia cukup banyak. Berdasarkan Pusat Data dan
Informasi Kementerian RI pada tahun 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk
umur 18 tahun ke atas adalah 25,8%, yaitu sebanyak 65.048.110 jiwa.
• Etiologi
- Hipertensi esensial dipengaruhi banyak faktor seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi
Na
- Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada suatu penyakit yang
melatarbelakanginya
Hipertensi
• Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
• Faktor resiko
Faktor Genetika (Riwayat keluarga), Ras, Usia, Jenis Kelamin, Stress psikis,
Obesitas, Asupan garam, Rokok ,Konsumsi alkohol.
Hipertensi
• Patogenesis
Dipengaruhi oleh volume intravaskuler, sistem saraf
otonom, RAAS
• Manifestasi klinis
- sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan
- Jika sudah krisis hipertensi gejalanya organ target
yang terganggu, nyeri dada, gangguan jantung, mata
kabur dan edema papilla mata, sakit kepala hebat,
gangguan kesadaran, dan gagal ginjal akut
Hipertensi
• Pemeriksaan penunjang
Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit), Urinalisis, Profil lipid, Elektrolit, Fungsi
ginjal, Asam urat, Gula darah dan Elektrokardiografi (EKG)
• Tatalaksana
Berdasarkan JNC VIII tahun 2014, pada populasi dewasa berumur ≥ 18 tahun dengan hipertensi adalah
melakukan modifikasi gaya hidup, menentukan target terapi untuk tekanan darah, dan memulai inisiasi
obat-obatan antihipertensi.
a. Mulai dengan 1 obat diantara pilihan terapi inisial dievaluasi dalam 1 bulan pertama jika belum
mencapai target dapat dititrasi hingga dosis maksimum, sebelum kemudian menambah obat
kedua dari pilihan kelas antihipertensi yang berbeda sesuai rekomendasi.
b. Pendekatan kedua dimulai dengan pemberian 1 obat kemudian ditambah obat kedua sebelum
obat pertama mencapai dosis maksimum.
c. Pendekatan ketiga yaitu terapi kombinasi (dengan 2 obat secara bersamaan, dapat dalam sediaan
terpisah atau sediaan kombinasi) hanya direkomendasikan jika tekanan darah sistol >20mmHg
atau diastol >10 mmHg di atas target tekanan darah terapi.
Farmakologis : Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan : ACEI, ARB, Beta-bloker, Diuretik dosis
rendah, Alfa bloker, CCB golongan non-dihidropiridin
Hipertensi
• Modifikasi gaya hidup
– Penurunan berat badan.
– Diet DASH terdiri dari diet yang kaya akan sayur-sayuran, buah-
buahan, dairy product rendah lemak, rendah lemak jenuh, dan total
kolesterol.
• Diet DASH kaya akan potassium dan kalsium.
• Asupan diet rendah sodium < 2,4 g/hari.
• Mengurangi konsumsi alkohol maksimal 30 ml per hari
Hipertensi
• Komplikasi
• Otak (Stroke) Jantung (Aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, gagal jantung), Mata (Kebutaan) Paru-paru (Edema
paru) , Ginjal (Penyakit ginjal kronik) Sistemik (Penyakit arteri
perifer atau penyakit oklusi arteri perifer)
• Prognosis
• Dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan
antihipertensi dapat menjaga tekanan darah yang tidak akan
menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain.
Diet bagi penderita Hipertensi
• Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
• Batasi penggunaan garam
• Suplementasi antioksidan
Kedokteran keluarga
• Definisi
• Prinsip
• Fungsi keluarga
Fungsi Sosialisasi, Fungsi Reproduksi, Fungsi Ekonomi, Fungsi
Pemeliharaan Kesehatan, Fungsi religi
Keluarga
• Tugas Kesehatan Keluarga
• Mengenal masalah kesehatan, Membuat keputusan tindakan kesehatan
yang tepat, Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
• Siklus keluarga
• Dalam ilmu kependudukan biasanya dikenal dengan 6 tahap siklus hidup
keluarga, yaitu : Tahap Tanpa Anak, Tahap Melahirkan (Tahap
Berkembang), Tahap Menengah, Tahap Meninggalkan Rumah, Tahap
Purna Orang Tua, Tahap Menjanda/Menduda
Hasil dan Pembahasan
BAB 3
Identitas keluarga
Nama kepala keluarga: Tn. Sugandi
Alamat rumah: Jln. M. Yusuf I No. 58 Kel. Mekarjaya, Kec. Sukmajaya, Depok
Nama anggota keluarga yang tinggal 1 rumah
Kedudukan dalam
No Nama L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Keluarga
Menderita
Buruh cuci Hipertensi
1 Sugandi Ayah (Kepala keluarga) L 54 Tamat SMP
motor Grade II
terkontrol
Pembantu
2 Yanti Istri KK P 39 Tak tamat SD -
rumah tangga
Tekanan Darah 180/60 mmHg 130/70 mmHg 130/70 mmHg 130/70 mmHg
Kadar Gula Darah 296 mg/dl 60 mg/dl 128 mg/dl 128 mg/dl
Sewaktu
Lingkar Pinggang 99 cm 75 cm 86 cm 84 cm
Berat Badan 65 kg 54 kg 65 kg 61 kg
Tekanan Darah 170/90 mmHg 130/60 mmHg 130/60 mmHg 130/60 mmHg
• Pada kunjungan ke III dilakukan hari selasa tanggal 6 Desember 2016, jam
4 sore, dilakukan pemeriksaan fisik pada bapak Sugandi beserta istri dan
kedua anaknya, di dapatkan hasil :
– Bapak Sugandi : 170/90 mmHg yang menunjukan ada penurunan tekanan darah sistolik
dari pemeriksaan kunjungan I dan ke II sebesar 10 mmHg
– Ibu Yanti : 130/60 mmHg yang menunjukkan belum ada penurunan tekanan darah dari
pemeriksaan kunjungan ke II
– Hafsah : 130/60 mmHg yang menunjukkan belum ada penurunan tekanan darah dari
pemeriksaan kunjungan ke II
– Titin : 130/60 mmHg yang menunjukkan belum ada penurunan tekanan darah dari
pemeriksaan kunjungan ke II
APGAR score
• Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
meliputi:
– Adaptasi :Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga
yang lain
– Partnership : Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
– Growth : Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
– Affection : Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
– Resolve : Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Tabel APGAR
APGAR Terhadap Keluarga Sering/selalu Kadang-kadang Jarang/
Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah
dengan saya
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-
sama
APGAR Bapak Sugandi
• Untuk Bapak Sugandi APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Bapak Sugandi tidak pernah
memecahkan masalah bersama istri dan anaknya, Bapak Sugandi lebih tertutup
dan memendam masalahnya sendiri Score : 0
• Partnership : Bapak Sugandi tidak pernah meminta pendapat anggota keluarga
yang lain jika menghadapi sebuah masalah karena merasa dapat
menyelesaikannya sendiri. Score : 0
• Growth : Keluarga Bapak Sugandi menyetujui dan mendukung keinginannya untuk
melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.Score : 2
• Affection : Antar anggota keluarga kadang mendukung, memperhatikan, dan
menunjukkan kasih sayang antara satu dengan lainnya. Score : 1
• Resolve : Bapak Sugandi jarang menghabiskan waktunya dengan keluarga di
rumah, hanya hari sabtu dan minggu saja, karena istri dan anak pertamanya sibuk
bekerja, sedangkan anak keduanya sekolah pulang sore hari. Score : 0
• Total APGAR score Bapak Sugandi = 3 (fungsi keluarga dalam keadaan kurang)
APGAR Bu Yanti
• Untuk ibu Yanti APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, ibu Yanti tidak pernah
memecahkan masalah bersama suami dan anaknya Score : 0
• Partnership : ibu Yanti tidak pernah meminta pendapat anggota keluarga yang lain
jika menghadapi sebuah masalah karena merasa dapat menyelesaikannya sendiri.
Score : 0
• Growth : Keluarga ibu Yanti menyetujui dan mendukung keinginannya untuk
melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Score : 2
• Affection : Antar anggota keluarga kadang mendukung, memperhatikan, dan
menunjukkan kasih sayang antara satu dengan lainnya. Score : 1
• Resolve : Setelah selesai bekerja, ibu Yanti lebih sering menghabiskan waktunya
dengan anaknya di rumah dibandingkan dengan suaminya. Score : 2
• Total APGAR score ibu Yanti = 5 (fungsi keluarga dalam keadaan kurang).
APGAR Hafsah
• Untuk Hafsah APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Hafsah tidak pernah
memecahkan masalah bersama ayah dan ibunya. Score : 0
• Partnership : Hafsah terkadang meminta pendapat kepada ibunya jika
menghadapi sebuah masalah. Score : 1
• Growth : Bapak Sugandi dan ibu Yanti menyetujui dan mendukung keinginan
Hafsah untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru yang lebih baik.
Score : 2
• Affection : Antar anggota keluarga kadang mendukung, memperhatikan, dan
menunjukkan kasih sayang antara satu dengan lainnya. Score : 1
• Resolve : Setelah selesai bekerja, Hafsah sering menghabiskan waktunya dengan
ibu dan adiknya di rumah Score : 2
• Total APGAR score Hafsah = 6 (fungsi keluarga dalam keadaan cukup).
APGAR Titin
• Untuk Titin APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Titin tidak pernah memecahkan
masalah bersama ayah dan ibunya. Score : 0
• Partnership : Titin terkadang meminta pendapat kepada ibu dan kakaknya jika
menghadapi sebuah masalah Score : 1
• Growth : Bapak Sugandi dan ibu Yanti menyetujui dan mendukung keinginan Titin
untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru yang lebih baik Score : 2
• Affection : Antar anggota keluarga kadang mendukung, memperhatikan, dan
menunjukkan kasih sayang antara satu dengan lainnya. Score : 1
• Resolve : Setelah selesai sekolah, Titin sering menghabiskan waktunya dengan ibu
dan kakaknya di rumah Score : 2
• Total APGAR score Titin = 6 (fungsi keluarga dalam keadaan cukup).
SCREEM
• Social
• Bapak Sugandi tidak begitu aktif mengikuti kegiatan warga di sekitar
lingkungan rumah. Istri dan anaknya sering mengikuti acara disekitar
rumah dan lebih sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar
dibandingkan dengan Bapak Sugandi
• Cultural
• Dalam kesehariannya, keluarga Bapak Sugandi baik dalam tata krama dan
sopan santunnya
• Religius
• Bapak sugandi mengatakan jarang beribadah, sedangkan istri dan kedua
anaknya rajin beribadah. Pak sugandi mengaku jarang meminta anaknya
beribadah, tapi istrinya cukup sering mengingatkan anaknya untuk
beribadah. Ibu Yanti tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan di
tempat tinggalnya karena sibuk berkerja.
SCREEM
• Ekonomi
• Pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga di dominasi oleh Ibu Yanti yang
berkerja sebagai pembantu rumah tangga di dua rumah yang
berpenghasilan Rp 1.000.000,00 per bulan, sedangkan Bapak Sugandi
hanya membantu bekerja serabutan sebagai tukang cuci motor yang
penghasilannya tidak menentu dan anak pertamanya, sedang mencari
pekerjaan. Pak sugandi dan keluarga tinggal dirumah kontrakan yang
disewa seharga Rp 400.000,00 perbulannya.Ekonomi keluarga ini
tergolong rendah.
SCREEM
• Education
• Bapak Sugandi lulusan SMP, Ibu Yanti tidak menempuh pendidikan formal,
anak pertama Hafsah lulusan SMK, anak kedua Titin masih menempuh
pendidikan SMK. Tingkat pendidikan Bapak Sugandi dan Ibu Yanti kurang,
seharusnya mereka mencapai taraf pendidikan minimal 12 tahun , tetapi
tidak melaluinya, alasannya karena terbatasnya biaya. Sedangkan, tingkat
pendidikan kedua anaknya baik, dimana mereka mencapai taraf
pendidikan minimal 12 tahun
• Medical
• Bapak Sugandi rutin untuk mengecek kesehatannya dan sering mengambil
obat hipertensi nya di puskesmas, tetapi istri dan anaknya ke puskesmas
hanya jika sakit. Mereka tidak pernah melakukan imunisasi. Bapak Sugandi
patuh meminum obat hipertensi, tetapi gaya hidup bapak Sugandi masih
belum baik. Bapak Sugandi sering membeli makanan di warung, jarang
memakan masakan sendiri karna semua angota keluarga pak Sugandi
bekerja dan anak bersekolah.
SCREEM
• Dalam keluarga Bapak Sugandi, ditemukan dua fungsi patologis yaitu
economy dan medical. Keadaan ekonomi Bapak Sugandi yang kurang
mencukupi untuk pemenuhan kehidupan sehari – hari dan pola makan
yang tidak terjaga dengan baik yaitu dengan seringnya makan di luar,
dimana bapak Sugandi tidak suka makan sayur dan lebih sering makan
dengan menu : kentang balado, ikan lele goreng, melinjo balado dan
minumannya es teh manis.
Genogram
Pola interaksi keluarga
• Aspek risiko internal : Pengaruh genetik, gaya hidup, kepribadian, usia, gender.
• Keluarga bapak Sugandi memiliki kebiasaan makan 2x sehari yaitu siang dan sore
hari. Kebiasaan sarapan makan pagi masih kurang pada keluarga ini. Biasanya
membeli makanan di warung, jarang memakan makanan yang masak sendiri.
Makan sayuran masih kurang pada keluarga ini. Kebiasaan berolahraga, dari
kebiasaaan beraktivitas bapak dan anaknya menggunakan sepeda untuk bekerja.
Ibu sugandi yang biasanya lebih memilih jalan kaki saat bekerja. Kebiasaan
merokok dan minum kopi ataupun alkohol tidak ada.
Diagnostik holistik
• Sakit tekanan darah tinggi pada pak Sugandi memungkinkan disebabkan
faktor keturunan. Ayah dari bapak Sugandi meninggal karena penyaki jantung
dan diabetes melitus, adik bapak Sugandi meninggal karena penyakit jantung
dan hipertensi, dan kakak bapak Sugandi menderita hipertensi. Sedangkan ibu
dari istri nya juga menderita hipertensi, sehingga istri nya juga mempunyai
risiko untuk terkena hipertensi ditambah dengan pola makan yang kuarng baik
di keluarga tersebut.
BAB 5
Kesimpulan
Pasien.Tn. Sugandi didiagnosis hipertensi grade II terkontrol yang memiliki riwayat
keluarganya juga menderita hipertensi. Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah, istri dan
anak-anaknya juga termasuk kriteria prehipertensi. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
bahwa faktor resiko penyakit hipertensi yang terjadi pada keluarga Tn. Sugandi yaitu faktor
genetik sehingga hipertensi yang diderita Tn. Sugandi diperoleh dari keturunan.
Untuk mengontrol hipertensi yang diderita diperlukan faktor dari individu dan faktor
dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Dari faktor individu diperlukan untuk melakukan
pola hidup sehat dan dibantu dengan meminum obat secara rutin dan benar. Faktor kedua adalah
faktor dukungan keluarga dimana keluarga memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung
dan mengingatkan anggota keluarga yang mengalami penyakit tersebut.
Sebagai dokter keluarga, dokter berusaha mengatasi masalah keluarga secara
menyeluruh, antara lain Menilai perkembangan sebuah penyakit yang dialami pasien dalam
sebuah keluarga serta peran keluarga dalam pencegahan penyakit dan perawatan pasien, Melihat
pola penyakit tertentu dalam keluarga terkait kebiasaan keluarga tersebut, Melihat pengaruh
faktor sosial, ekonomi, dan pendidikan keluarga terhadap perilaku kesehatannya, Membina
keluarga dalam mengubah perilaku kesehatan keluarga.
Saran
• Saran bagi kesinambungan pelayanan untuk pembina berikutnya :
– Sumber Daya Manusia : Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka pembinaan
kesehatan perlu kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan masyarakat sekitar.
– Mental psikologikal : Untuk melakukan pembinaan terhadap suatu keluarga perlu
pendekatan–tertentu yang sangat membutuhkan empati dan pemahaman yang baik dalam
pembinaan.
– Komunikasi : Kemampuan berkomunikasi merupakan hal utama pelayan kesehatan yang
bertugas sebagai pembina. Komunikasi yang baik bertujuan untuk menjadi perantara dan
media untuk penyampaian maksud dan tujuan dari pelayanan kesehatan yang diberikan
supaya pasien dan keluarga dapat terbuka, nyaman dan mengerti dengan apa yang
disampaikan oleh pembina sehingga program keluarga binaan ini dapat terlaksana.
– Manajemen klinis : Untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga perlu adanya
kerjasama antara provider kesehatan dan seluruh anggota keluarga.
– Evaluasi masalah : Menindak lanjuti tindakan yang belum terlaksana yaitu Apakah keluarga
dapat selalu mengontrol pasien dalam mengatur asupan makanan dan minuman serta
keteraturan dan kerutinan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi, dan apakah keluarga
dapat selalu mengontrol pola hidup sehat pasien agar proses penyembuhan stroke pasien
berlangsung cepat.