Professional Documents
Culture Documents
Ika Artini
Departemen Farmakologi
Universitas Malahayati
Bandar Lampung
Pulmonary tuberculosis
(Indonesia)
•2rd rank in the world
•2 nd rank cause of death
•Higher lost of cases
•Multi drug resistance cases
Perception Diagnosis
Pulmonary tuberculosis
(Indonesia)
KATEGORI IV MDR TB
SESUAI UJI RESISTENSI + OAT
LINI 2 ATAU H SEUMUR HIDUP
Guideline of anti tb drugs
(tb control program in Indonesia,
based on WHO recommendation)
1 st Category : ( 2 HRZE/ 4 HR )
( 2 HRZE/ 4 H3R3 )
(New cases, AFB + ,
AFB –, Ro +, severe illness)
4 th Category : ( H long-life ? )
(Chronic tb)
THE PRINCIPAL ANTI TB DRUGS
H : ISONIAZID
R : RIFAMPICIN
E : ETHAMBUTOL
Z : PYRAZINAMIDE
S : STREPTOMYCIN
Isoniazid bersifat bakterisid terhadap basil yang sedang
tumbuh pesat, aktif terhadap kuman yang berada
intraseluler dalam makrofag maupun diluar sel
(ekstraseluler).
Mekanisme kerja
Dengan menghambat biosintesis asam mikolat (micolic
acid) yang merupakan unsur penting dingding sel
mikrobakterium.
Efek samping
Hepatitis, peripheral neuropathy, SLE-like rash, mental
disorder, hypersensitivity
Farmakokinetik
Dari usus sangat cepat difusinya ke dalam jaringan dan
cairan tubuh, di dalam hati, INH diasetilasi oleh enzim
asetiltransferase menjadi metabolit inaktif. Plasma-t ½ nya
antara 1 dan 4 jam tergantung pada kecepatan asetilasi.
Eksresinya terutama melalui ginjal dan sebagian besar
sebagai asetilisoniazid.
Rifampisin berkhasiat bakterisid luas, baik yang berada diluar
maupun didalam sel (ekstra-intraseluler).
Mekanisme kerja
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-
polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu.
Efek samping
Hepatitis, thrombocytopenia, jaundice, g.i.t dis, febrile reaction,
orange staining of urine, tears & contact lenses
Farmakokinetik
Reabsorpsinya di usus sangat tinggi, distribusi ke jaringan dan
cairan tubuh juga baik. Plasma-t½ nya berkisar antara 1,5
sampai 5 jam. Ekskresinya khusus melalui empedu, sedangkan
melalui ginjal berlangsung secara fakultatif.
Etambutol bersifat bakteriostatik. Obat ini tetap menekan
pertumbuhan kuman tuberculosis yang telah resisten terhadap
isoniazid dan streptomisin.
Mekanisme kerja
Etambutol bekerjanya menghambat sintesis metabolit sel
sehingga metabolisme sel terhambat dan sel mati.
Efek samping
Retro bulbair optic neuritis (loss of red-green), hypersensitivity,
hyperuricemia
Farmakokinetik
Pada pemberian oral sekitar 75-80% etambutol di serap dari
saluran cerna. Kadar puncak dari plasma di capai dalam waktu
2-4 jam setelah pemberian. Dosis tunggal 15 mg/kg BB
menghasilkan kadar plasma sekitar 5 ml pada 2-4 jam.
Pirazinamid bekerja bakterisid pada suasana asam atau
bakteriostatik, tergantung pada pH dan kadarnya di dalam
darah. Spektrum kerjanya sangat sempit dan hanya
meliputi M.tuberculosis.
Mekanisme kerja
Berdasarkan pengubahannya menjadi asam pirazinat oleh
enzim pyrazinamidase yang berasal dari basil TBC. Begitu
pH dalam makrofag di turunkan, maka kuman yang berada
di “sarang” infeksi yang menjadi asam akan mati .
Efek samping
Hepatitis, hyperuricemia (dapat menyebabkan serangan
arthritis gout).
Famakokinetik
Reabsorpsinya cepat & sempurna, kadar maksimal dalam
plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam . Distribusinya ke
jaringan dan cairan serebrospinal baik. Kurang lebih 70%
pirazinamida diekskresikan lewat urin.
senyawa ini bersifat bakterisid terhadap banyak
kuman Gram negatif dan Gram positif.
Mekanisme kerja
Berdasarkan penghambatan sintesa protein
kuman dengan jalan pengikatan pada RNA
ribosomal. Antibiotik ini toksis untuk organ
pendengaran dan keseimbangan.
Efek samping
Ototoxicity, vestibular dis, nephrotoxicity
Farmakokinetik
Reabsorpsinya baik (75-80%) , plasma-t½ nya 3-
4 jam .Ekskresinya lewat ginjal (80%).
Efek samping Kemungkinan Tatalaksana
penyebab
Gatal dan kemerahan pada kulit Semua jenis Beri anti histamin dan
OAT evaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin stop
DOTS PLUS
• Merupakan strategi pengobatan dengan
menggunakan 5 komponen DOTS
• Plus adalah menggunakan obat antituberkulosis
lini 2
• DOTS Plus tidak mungkin dilakukan pada daerah
yang tidak menggunakan strategi DOTS
• Strategi DOTS Plus merupakan inovasi pada
pengobatan MDRTB
Definisi :
Rsistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten
terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT
lainnya.
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis
dibagi menjadi :
1. Resistensi primer ialah apabila penderita
sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan TB
2. Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti
apakah penderitanya sudah pernah ada riwayat
pengobatan sebelumnya atau tidak
3. Resistensi sekunder ialah apabila penderita telah
punya riwayat pengobatan sebelumnya.
Penyebab terjadinya resitensi terhadap obat
tuberkulosis, yaitu :
• Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan
tuberkulosis
• Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat
karena jenis obatnya yang tidak tepat
misalnya hanya memberikan INH dan
etambutol pada awal pengobatan
karena di lingkungan tersebut telah
terdapat resistensi yang tinggi terhadap obat
yang digunakan, misalnya memberikan
rifampisin dan INH saja pada daerah dengan
resistensi terhadap kedua obat tersebut
sudah cukup tinggi.
Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya
dimakan dua
atau tiga minggu lalu stop, setelah dua bulan
berhenti kemudian berpindah dokter dan mendapat
obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu stop
lagi, demikian seterusnya
Fenomena “ addition syndrome” (Crofton, 1987),
yaitu suatu obat ditambahkan dalam suatu paduan
pengobatan yang tidak berhasil. Bila kegagalan itu
terjadi karena kuman TB telah resisten pada paduan
yang pertama, maka “penambahan” (addition) satu
macam obat hanya akan menambah panjang nya
daftar obat yang resisten
Penggunaan obat kombinasi yang pencampurannya
tidak dilakukan secara baik, sehingga mengganggu
bioavailabiliti obat
Penyediaan obat yang tidak reguler, kadang obat
datang ke suat daerah kadang terhenti
pengirimannya sampai berbulan-bulan
Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
Pengobatan MDR-TB hingga saat ini belum ada paduan
pengobatan yang distandarisasi untuk penderita MDR-TB.
Pemberian pengobatan pada dasarnya “tailor made”,
bergantung
dari hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 2-3
OAT yang masih sensitif dan obat tambahan lain yang
dapat digunakan yaitu - - golongan fluorokuinolon
(ofloksasin 1x400mg dan siprofloksasin 2x500mg),
- aminoglikosida (amikasin, kanamisin dan kapreomisin),
- etionamid, sikloserin, klofazimin, amoksilin+
as.klavulanat.