Professional Documents
Culture Documents
A J E N G U TA R I D E W I 3351171075
W I N A O K TAV I A N A 3351171198
ASRIANI 3351171004
AGUSTIANA 3351171022
MUCHLIS 3351171131
NADIA RAHADIAN PUTRI 3351171112
D E S TA A L A M A N D A M U H A E M I N 3351171195
M U Q I T AT H A U L Q U D U S 3351171083
NURUL AINI 3351171156
DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten
ataupun progresif.
Mycobacterium tuberculosis merupakan basil TB yang terhisap
melalui saluran pernapasan masuk ke dalam paru-paru, kemudian ke
saluran limfe paru dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Melalui aliran darah inilah basil TB menyebar ke berbagai
organ tubuh.
PREVALENSI
Di Indonesia menurut data Kemenkes RI Proportsi pasien TB paru terkonfirmasi mengalami
peningkatan signifikan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 dari 7% menjadi 13%. Indikator
ini cenderung menurun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2014. Pada tahun 2015 indikator ini
kembali meningkat menjadi 14%. Beberapa populasi di Indonesia seperti Sulawesi Utara, DKI
Jakarta, Maluku dan Papua mempunyai prevalensi tertinggi yang terkena penyakit TBC
PREVALENSI
Individu yang
Individu dengan Status Gizi Kebiasaan mengkonsumsi
Usia
penyakit HIV Individu Merokok obat
immunosupresan
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko terinfeksi bakteri M. tuberculosis
b. Faktor Eksternal
Kondisi Lingkungan tempat
tinggal
Perokok pasif
Penanganan Non Farmakologi
Meningkatkan
daya tahan tubuh
Olah raga
Kategori Fase intensif Fase lanjutan
Terapi
Farmakologi Kategori 1 INH, rifampisin,
pirazinamid dan
INH dan rifampisin
3 kali dalam
etambutol setiap seminggu selama 4
hari selama 2 bulan bulan
sebagai sisipan
DOSIS UNTUK PANDUAN OAT KDT
KATEGORI 1
Berat badan Tahap intensif tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali
selama 56 hari seminggu selama 16
RHZE(150/75/400/275) minggu RH(150/150)
FIXED
DOSE
COMBINAT
ION
OAT
LEPASAN
14
1. Isoniazid
Indikasi : tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain; profilaksis
KI : penyakit hati yang aktif, hipersensitivitas terhadap isoniazid
Peringatan : gangguan fungsi hati, fungsi ginjal, resiko efek samping meningkat
pada asetilator lambat
ES : mual, muntah, neuritis perifer, neuritis optic, kejang, demam, hepatitis
2. Rifampisin
Indikasi : bruselosis, legionesis, infeksi terhadap staphylococcus dalam kombinasi
dengan obat lain
KI : penyakit hati
Peringatan : kurangi dosis pada gangguan fungsi hati, lakukan pemeriksaan uji
fungsi hati dan hitung sel darah pada pengobatan jangka panjang
ES : gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah anoreksia, dan diare
3. Pirazinamid
Indikasi : tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain
KI : gangguan fungsi hati berat, porfiria, hipersensitivitas terhadap pirazinamid
ES : hepatotoksik, anoreksia, hepatomegali, ikterus, gagal hati, mual dan muntah
4. Etambutol
Indikasi : tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain
KI : anak dibawah 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual
Peringatan : turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; usia lanjut;
kehamilan; ingatkan pasien untuk melaporkan gangguan penglihatan
ES : neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer
5. Streptomisin
Indikasi : tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain
KI : kehamilan, miastenia gravis
Peringatan : Gangguan fungsi ginjal, bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis,
awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma);
hindari penggunaan jangka panjang
ES : gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia
pada pemberian jangka panjang kolitis karena antibiotik
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS
1. Pasien Anak
- Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam
waktu 6 bulan.
- OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap
lanjutan dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.
Keterangan:
- Dengan berat badan < 5 kg dirujuk ke rumah sakit
- Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
- Anak dengan BB ≥33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
- OAT KDT dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum diminum.
2. Kehamilan
- Pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya.
- Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomycin.
- Streptomycin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan
dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan.
• Subjective :
Nama : Ny. L
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : wanita
BB : 50 kg
Riwayat : pasien mengalami negatif untuk TB paru, namun pasien tetap diberikan obat anti TB.
Pasien tidak melakukan follow up klinik sehingga kondisi memburuk
• Objective : Pemeriksaan sputum : Positif TB Paru
• Assesment : Berdasarkan riwayat pemeriksaan sputum pasien didiagnosa mengalami
Positif TB paru (Kategori 2).
PLANNING
1). Tujuan Terapi :
Tujuan terapi jangka pendek :
• Mencegah berkembangnya kuman Mycobacterium tuberculosis.
• Merubah BTA (+) menjadi (-) secepat mungkin
• Mencegah kekambuhan
• Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi perbaikan daya tahan imunologis.
• Mencegah penularan kuman dari pasien yang dicurigai terinfeksi TBC.
Tujuan terapi jangka panjang :
• Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
• Meningkatkan kualitas hidup pasien .
• Mencegah terjadinya resistensi terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis.
2). Sasaran Terapi :
• Mengubah BTA (+) menjadi BTA (-) secepat mungkin dengan pengobatan kategori kedua
(Sukandar, 2008)
Strategi Terapi :
Terapi Farmakologi :
- Tahap awal/intensif (2 bulan) : Isoniazid 250 mg/hari , Rifampicin
500 mg/hari, Pirazinamid 750 mg/hari, Etambutol 750 mg/hari,
Streptomisin 750 mg/hari.
- Tahap Lanjutan (5 bulan diminum 3x Seminggu) : Isoniazid 750 mg,
Rifampicin 500 mg, Pirazinamid 2500 mg.
Terapi Non Farmakologi :
- Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi).
- Memperbanyak istirahat (bedrest).
- Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin
A untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem
imun.
- Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
- Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan
udara yang baru.
- Berolahraga, seperti jalan santai di pagi hari.