You are on page 1of 45

KEHAMILAN

DENGAN
KOMPLIKASI
KELOMPOK 10A
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan

1. Definisi dan klasifikasi hipertensi pada kehamilan


2. Faktor risiko hipertensi pada kehamilan
3. Patofisiologi hipertensi pada kehamilan
4. Manifestasi klinis hipertensi pada kehamilan
5. Pemeriksaan penunjang hipertensi pada kehamilan
6. Komplikasi
7. Tatalaksana hipertensi pada kehamilan
Definisi dan Klasifikasi
Hipertensi pada Kehamilan
Definisi Hipertensi pada Kehamilan
● Gestational hypertension, also referred to as pregnancy
induced hypertension (PIH) is a condition characterized
by high blood pressure during pregnancy. Gestational
hypertension can lead to a serious condition called
preeclampsia, also referred to as toxemia. Hypertension
during pregnancy affects about 6-8% of pregnant women

Sumber : americanpregnancy.org
Definisi Hipertensi pada Kehamilan
● Blood pressure that is 140/90 millimeters of mercury
(mm Hg) or greater — documented on two occasions, at
least four hours apart — is abnormal and considered too
high (hypertension).

Sumber : mayoclinic.org
Definisi Hipertensi pada Kehamilan
Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan
● Chronic Hypertension in Pregnancy
● Gestational Hypertension
● Preeclampsia - eclampsia
● Preeclampsia superimposed on chronic hypertension
Chronic Hypertension in Pregnancy
Tekanan darah tinggi yang mendahului kehamilan, di
diagnosis dalam 20 minggu pertama kehamilan atau tidak
sembuh dengan pemeriksaan 12 minggu postpartum.

Klasifikasi :

mild (up to 179 mm Hg systolic and 109 mm Hg)

severe (≥ 180 systolic or 110 diastolic).


Gestational Hypertension
Gestational hypertension, formerly known as pregnancy-
induced hypertension or PIH, is the new onset of
hypertension after 20 weeks of gestation. The diagnosis
requires that the patient have:
● Elevated blood pressure (systolic ≥ 140 or diastolic ≥ 90
mm Hg, the latter measured using the fifth Korotkoff
sound)
● Previously normal blood pressures
● No protein in the urine
● No manifestations of preeclampsiaeclampsia
Preeclampsia - eclampsia
Preeclampsia is multiorgan disease process of unknown
etiology (11) characterized by the development of
hypertension and protein uria after 20 weeks of gestation

Eclampsia is the development of convulsions in a preexisting


pre-eclampsia or it may appear unexpectedly in a patient
with minimally elevated blood pressure and no proteinuria.
The exact cause is unknown but cerebral ischaemia and
oedema were suggested. The timing of an eclamp tic seizure
can be antepartum (53 percent), intrapar tum (19 percent), or
postpartum (28 percent)
Chronic Hypertension with Superimposed
Peeclampsia
Chronic hypertension with superimposed preeclampsia.
This condition occurs in women who have been diagnosed
with chronic high blood pressure before pregnancy, but
then develop worsening high blood pressure and protein in
the urine or other health complications during pregnancy
Faktor Risiko Hipertensi
pada Kehamilan
1.Primigravida
2.Primipaternitas
FAKTOR RISIKO 3.Umur yang ekstrim
PREEKLAMPSIA
4.Hiperplasentosis
5.Riwayat pernah mengalami preeklampsia
6.Riwayat keluarga yang pernah mengalami
preeklampsia
7.Penyakit Ginjal dan Hipertensi yang sudah
ada sebelum hamil
8.Obesitas
Primipaternitas
Adalah kehamilan anak
pertama dengan suami
FAKTOR RISIKO
PREEKLAMPSIA yang kedua.
Primigravida Adanya teori intoleransi
Adalah wanita yang hamil imunologik antara ibu dan
untuk pertamakalinya janin dinyatakan bahwa ibu
multipara yang menikah
lagi mempunyai risiko lebih
besar terjadinya
preeklampsia jika
dibandingkan dengan
suami yang sebelumnya
Umur yang ekstrim Hiperplasentosis
Kurang dari 20 tahun dan Terjadi pada mola
lebih dari 35 tahun. hidatidosa, kehamilan
FAKTOR RISIKO multiple. Diabetes mellitus,
Tekanan darah meningkat
PREEKLAMPSIA
seiring dengan hydrops fetalis dan bayi
pertambahan usia. besar.

Riwayat pernah mengalami preeklampsia


Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan
pertamanya memiliki risiko 5 – 8x untuk mengalami
preeklampsia lagi pada kehamilan keduanya.
Riwayat keluarga yang pernah Penyakit ginjal dan
mengalami preeklampsia hipertensi yang sudah ada
Akan meningkatkan risiko sebelum hamil
sebesar 3x lipat bagi ibu hamil. Wanita dengan hipertensi
Wanita dengan preeklampsia kronik memiliki jumlah yang
FAKTOR RISIKO
PREEKLAMPSIA berat cenderung memiliki ibu lebih banyak untuk
dengan riwayat preeklampsia mengalami preeklampsia
pada kehamilan terdahulunya dibandingkan dengan yang
tidak memiliki riwayat ini.

Obesitas
Merupakan penyakit multifactorial akibat akumulasi jaringan
lemak berlebihan.
Indikator yang paling sering menggunakan IMT. Seseorang
dikatakan obesitas bila memiliki IMT > 25 kg/m2
Patofisiologi
Hipertensi pada Kehamilan
Curah jantung dan Vasodilatisi
volume darah pada perifer
meningkat

Tekanan
darah turun

Hiperlipidemia

Hiperkoagulasi
Abnormalitas Plasenta
Faktor Angiogenik
● VEGF dan PlGF untuk angiogenesis
● sVEGFR-1 dan sEng sebagai anti angiogenesis
● Pada pre-eklampsia faktor angiogenesis berkurang sedangkan anti
angiogenesis sehingga meningkatankan ROS
Plasenta mensektresikan hormon peptida

P38 MAP Hilangnya


kinase aktivitas katalitik

Mengganggu proses
PP13 menurun
remodeiling vaskuler
Hiperkoagulasi

Homosistein Aliran darah


plasenta Deposisi fibrin
menurun
Peningkatan Von Willebrand
plasmingen factor
Pembentukan
trombin
Fibronektin

Iskemik Disfungsi
Plasneta endotel
Skematik Hipertensi pada Kehamilan

Brown CM, Garovic VD. Mechanisms and


Management of Hypertension in Pregnant Women.
Current Hypertension Reports 2011;13:338–46.
doi:10.1007/s11906-011-0214-y.
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Protein Urinaria

Esbach
Pemeriksan
Proteinuria
Dipstik

Esbach : protein ≥300 mg dari 24 jam jumlah urin

Dipstik : +1 = 0,3 – 0,45 g/L

+2 = 0,45 – 1 g/L

+3 = 1 – 3 g/L

+4 = > 3 g/L.
2. Pemeriksaan darah Lengkap
Komplikasi
Preeklamsia
● Sindroma khusus kehamilan yang dapat mengenai setiap organ
● Proteinuria → kriteria diagnostik objectif (≥300 mg/24 jam atau +1 pada
pemeriksaan carik celup)
Eklampsia
Timbulnya kejang pada ibu hamil dengan pre-eclampsia yang tidak disebabkan
oleh penyebab lain

(Obstetri Williams)

● Pada umumnya serangan kejang didahului dengan memburuknya pre-


eclampsia dan terjadinya gejala-gejala pre-eclampsia berat
Patofisiologi Eklampsia
Kerusakan Permeabilitas
Endotel pembuluh darah Cairan
intravaskular
berpindah ke Edema Serebral
ekstravaskular
Protein

Melindungi otak terhadap


hiperperfusi saat tekanan
arteri melebihi 160 mmHg
Perubahan Kejang
autoregulasi
serebrovaskular
Tatalaksana
Hipertensi pada kehamilan
Pemberian obat golongan:

Calcium
Alpha
Beta blocker channel
adrenergik
blocker

diuretik

ACE inhibitor ARB


Preeklampsia ringan
- Rawat jalan

Banyak istirahat (berbaring/tidur miring) tetapi tidak harus mutlak tirah baring.

2 g natrium atau 4-6 g NaCL adalah cukup, bila konsumsi garam dibatasi,
diimbangi dengan konsumi cairan yang banyak, berupa susu atau air buah.

Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya.

Dilakukan pemeriksaan laboratorium Hb, Ht, fungsi hati, urinalisis, fungsi ginjal.
- Rawat inap

Perlu di rawat inap bila: a) tekanan darah dan proteinuria tidak ada perbaikan
selama 2 minggu; b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia
berat.

Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler.

Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu.


- Perawatan obstetrik

Pada kehamilan preterm (<37 minggu) bila tekanan darah mencapai normotensif,
selama perawatan persalinannya ditunggu sampai aterm.

Pada kehamilan aterm (>37 minggu) persalinan ditunggu sampai terjadi onset
persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada
taksiran tanggal persalinan.
Preeklampsia berat
- Monitoring selama di rumah sakit

tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan
kenaikan cepat berat badan. Penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria,
pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG, dan
pemeriksaan EKG.

- Pengobatan medikamentosa

Monitoring input cairan (melalui oral/infus) dan output cairan (urin) -> pasang
foley catheter.

Pemberian terapi oksigen.


- Pemberian obat antikejang -> Magnesium sulfat, Diazepam, Fenitoin

- Pemberian diuretikum bila ada edema paru, payah jantung kongestif.


Diuretikum yang dipakai adalah Furosemida.

- Pemberian anti hipertensi

- Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila


mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi lambung yang sangat
asam.
Eklampsia
- Obat antikejang : obat antikejang yang menjadi pilihan pertama ialah
magnesium sulfat (MgSO4)
- Perawatan pada waktu kejang

Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang, agar bila terjadi sianosis dapat
diketahui.

Dibaringkan ditempat tidur yang lebar dengan rail tempat tidur harus dipasang
dan dikunci dengan kuat

Masukan sudap lidah ke dalam mulut penderita

Kepala direndahkan
Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari fraktur.

segera beri oksigen.

- Perawatan koma

Basic Life Support (ABCD)

Segera pasang NGT

Monitoring ketat di ICU.

- Pengobatan obstetrik

Kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan


dan keadaan janin.

You might also like