Professional Documents
Culture Documents
1. Sumsum Tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang
spons dan bagian tengah rongga tulang panjang.
Sumsum merupakan 4% sampai 5% berat badan
total, sehingga merupakan yang paling besar
dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah dan
kuning.
2. Eritrosit
Sel darah merah normal terbentuk cakram
bikonkaf, konvigurasi mirip dengan bola lunak yang di
pijat antara dua jari. Diameternya sekitar 8 µm, namun
sangat fleksibel sehingga mampu melewati kapiler
yang diameternya 4 µm. Volume sel darah merah sekiar
90 m³.
3. Lekosit
Lekosit dalam dua kategori, granulosit dan sel
mononuklear (angranulosit). Dalam darah normal,
jumlah total leukosit adalah 5.000-10.000 sel per
mm3. Sekitar 60% diantaranya adalah granulosit dan
40% sel mononuklear. Lekosit dengan mudah dapat
dibedakan dari eretrosit dengan adanya inti, ukurannya
yang besar dan perbedaan kemampuan mengikat
warna.
6. Plasma Darah
Apabila elemen seluler diambil darah, bagian
cairan yang tersisa dianamakan plasma
darah. Plasma darah mengandung ion,
protein dan zat lain. Apabila plasma dibiarkan
membeku , sisa cairan yang tertinggal
dinamakan serum. Serum mempunyai
kandungan yang sama dengan plasma,
kecuali kandungan fibrinogen dan beberapa
faktor pembekuan.
4. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil,
berdiameter 2 sampai 4 µm, yang terdapat dalam
sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami
disintegrasi cepat dan mudah, jumlahnya selalu
berubah antara 150.000. dan 450.000 per mm3
darah, tergantung jumlah yang dihasilkan,
bagaimana digunakan, dan kecepatan kerusakan.
5. Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses dimana
komponen cairan darah ditransformasi menjadi
material semisolid yang dinamakan bekuan darah.
Bekuan darah tersusun terutama oleh sel-sel darah
yang terperangkap dalam jaring-jaring fibrin.
Mencerminkan adanyakegagalan sumsum atau
kehilangan seldarah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalansumsum
(misal.berkuranganyaeritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, terpapar zattoksik,
invasi tumor sehinggamenyebabkan destruksi sel
darah merah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma ( konsentrasi normalanya 1 mg/
dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera)
Apabila sel darah merah mengalami pengancuran
dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada
berbagai kelainan hemolitik, maka akanmuncul
dalam plasma (hemoglobinemia).
1) Tes penyaring
Tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen
berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan
MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin
Merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistem
leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi
laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus
anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitif meskipun ada
beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus
Pemeriksaan penunjang lainnya, pada
beberapa kasus anemia diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan
pemeriksaan histopatologi
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau
linfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR =
polymerase chain raction, FISH =
fluorescence in situ hybridization)
1) Transplantasi sel darah merah.
2) Antibiotik diberikan untuk mencegah
infeksi.
3) Suplemen asam folat dapat merangsang
pembentukan sel darah merah.
4) Menghindari situasi kekurangan oksigen
atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila
ada.
6) Diet kaya besi yang mengandung daging
dan sayuran hijau.
PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produtivitas, penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis;
perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB);
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
c. Integritas ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi
pilihan pengobatan, misalnya : penolakan
transfuse darah.
Gejala : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemasis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet
protein hewani rendah/masukkan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
(ulkus pada faring).
Tanda : Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo,
tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi
manjadi dingin.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara, sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru,napas pendek
pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore (DB), Hilang libido (pria
dan wanita), Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
Pola nafas
tidakefektifberhubungandenganhiperventilasiditandaidengandipsneu,
takikardia
Perubahanperfusijaringanserebralberhubungandenganpenurunan O2
keotakditandaidenganpenurunankesadaran, nyerikepala
Perubahannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandengankegagal
anuntukmencernanatauketidakmampuanmencernamakanan
/absorpsinutrient yang
diperlukanuntukpembentukanseldarahmerahditandaidenganmual-
muntah, anoreksia, penurunan BB
Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder(penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)
PK Anemia
Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasiditandai dengan dispnea, takikardia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas pasien
kembali efektif dengan kriteria hasil :
pasien melaporkan sesak napas berkurang
pernafasan teratur
takipneu atau dispneu tidak ada
tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80-100 x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu
36,5 – 37,5 C)
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital
Untuk mengetahui keadaan umum pasien
Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturan pernapasan, napas
bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan
Untuk mengetahui derajat gangguan yang terjadi, dan menentukan
intervensi yang tepat
Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi
Untuk meningkatkan ekspansi dinding dada
Ajarkan klien napas dalam
Untuk meningkatkan kenyaman
Tanyakan mengenai kondisi pasien setelah diberi intervensi
Mengetahui intervensi dapat bermanfaat untuk pasien dan mengkaji apakah
keluhan sesak pasien sudah berkurang.
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan O2
ke otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan terjadi
peningkatan perfusi jaringan dengan kriteria hasil:
menunjukkan perfusi adekuat
pasien mengatakan nyeri kepala berkurang
TTV dalam batas normal (TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-100x/menit), RR (18-
22x/menit), Suhu (36,5-37,50C))
Membrane mukosa warna merah muda
GCS > 13
Intervensi :
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
Selidiki keluhan nyeri kepala
iskemia serebral mempengaruhi status kesadaran pasien
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan intake nutrisi pasien
adekuat dengan kriteria hasil:
Intervensi :
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Observasi dan catatkejadianmual/muntah, flatus dan dangejalalain yang berhubungan.
gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral
luka.
meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam
laktat)ditandai dengan perilaku distraksi (gelisah), pasien mengeluh
nyeri kepala, pasien Nampak meringis, dispneu/takipneu
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x24 jam diharapkan nyeri
pasien terkontrol dengan kriteria hasil:
◦ klien melaporkan nyeri berkurang,
◦ klien tidak meringis,
◦ RR dalam batas normal (18-22x/menit)
Intervensi :
Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10),
karakteristiknya, lokasi, lamanya.
mempermudah melakukan intervensi dan melihat ketepatan
intervensi.
Observasi adanya tanda-tanda nyeri non-verbal seperti ekspresi wajah,
posisi tubuh, gelisah, menangis atau meringis, perubahan frekuensi
jantung, pernapasan, tekanan darah.
merupakan indicator/derajat nyeri yang tidaklangsung dialami.
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
mengurangi rasa nyeri yang bersifat akut
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhanditandai dengan kelemahan, kelelahan, keletihan, lesu, dan lunglai