You are on page 1of 26

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Anemia adalah istilah menunjukkan


rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit
melainkan merupkan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh.
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila
terjadi kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkat oksigen ke jaringan.
( Smeltzer .2002 ).
 Menurut Muttaqin Arif(2008), berkurangnya sel
darah merah dapat disebabkan oleh kurangnya
kofaktor untuk eritropoesis, seperti : asam folat,
vitamin B12, dan besi . Produksi sel darah merah
juga dapat turun apabila sumsum tulang tertekan
(oleh tumor atau obat) atau rangsangan yang
tidak memadai karena kekurangan eritropoetin,
seperti yang terjadi pada penyakit ginjal kronis.
Peningkatan penghacuran sel darah merah dapat
terjadi akibat aktivitas sisem retikuloendotelial
yang berlebihan. (misal : hipersplenisme ) atau
akibat sumsum tulang yang menghasilkan sel
darah merah abnormal
A. Anemia karena produksi eritrosit menurun
 kekurangan bahan unuk eritrosit (anemia defisiensi besi, dan anemia deisiensi
asam folat/ anemia megaloblastik)
 gangguan utilisasi besi (anemia akibat penyakit kronik, anemia sideroblastik)
 kerusakan jaringan sumsum tulang (atrofi dengan penggantian oleh jaringan
lemak:anemia aplastik/hiplastik, penggantian oleh jaringan
fibrotic/tumor:anemia leukoeritoblastik/mielopstik)
 Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui. (anemia
diserotropoetik, anemia pada sindrom mielodiplastik)
B. Kehilangan eritrosit dari tubuh.
 Anemia pasca perdarahan akut.
 Anemia pasca perdarahan kronik
C. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)
 Faktor ekstrakorpuskuler
◦ Antibody terhadap eritrosit: (Autoantibodi-AIHA, isoantibodi-HDN)
◦ Hipersplenisme
◦ Pemaparan terhadap bahan kimia
◦ Akibat infeksi
◦ Kerusakan mekanik
 Factor intrakorpuskuler
◦ Gangguan membrane (hereditary spherocytosis, hereditary elliptocytosis)
◦ Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi G6PD)
◦ Gangguanhemoglobin (hemoglobinopatistructural, thalasemia)(Bakta, 2003:15,16)
 Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah,
palpitasi, takikardi, sesak napas saat berktivitas,
angina pektoris, dan gagal jantung.
 Sistem syaraf : sakit kepala, telinga mendenging,
mata berkunang-kunang, kelemahan otot,
iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
 Sistem urigenital : gangguan hid dan libido
menurun.
 Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa,
elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan
halus
 Gejala Khas masing-maing anemia:
 Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil
lidah, stomatitis angularis.
 Anemia defisiensi asam folat : lidah merah
(buffy tongue).
 Anemia aplastik : perdarahan kulit atau
mukosa dan tanda-tanda infeksi.
 Anemia hemolitik : ikterus dan
hepatosplenomegali.
 Gejala akibat penyakit dasar
 Mudah terkena infeksi.
 Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus
memompa darah lebih kuat.
 Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan
kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi
lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa
juga mengganggu perkembangan organ-organ
tubuh, termasuk otak. (Sjaifoellah, 2008).
 Sistem hermatologi tersusun atas darah dan
tempat darah diproduksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ
khusus yang berbeda dengan organ lain karena
berbentuk cairan.

1. Sumsum Tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang
spons dan bagian tengah rongga tulang panjang.
Sumsum merupakan 4% sampai 5% berat badan
total, sehingga merupakan yang paling besar
dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna merah dan
kuning.
2. Eritrosit
Sel darah merah normal terbentuk cakram
bikonkaf, konvigurasi mirip dengan bola lunak yang di
pijat antara dua jari. Diameternya sekitar 8 µm, namun
sangat fleksibel sehingga mampu melewati kapiler
yang diameternya 4 µm. Volume sel darah merah sekiar
90 m³.

3. Lekosit
Lekosit dalam dua kategori, granulosit dan sel
mononuklear (angranulosit). Dalam darah normal,
jumlah total leukosit adalah 5.000-10.000 sel per
mm3. Sekitar 60% diantaranya adalah granulosit dan
40% sel mononuklear. Lekosit dengan mudah dapat
dibedakan dari eretrosit dengan adanya inti, ukurannya
yang besar dan perbedaan kemampuan mengikat
warna.
6. Plasma Darah
 Apabila elemen seluler diambil darah, bagian
cairan yang tersisa dianamakan plasma
darah. Plasma darah mengandung ion,
protein dan zat lain. Apabila plasma dibiarkan
membeku , sisa cairan yang tertinggal
dinamakan serum. Serum mempunyai
kandungan yang sama dengan plasma,
kecuali kandungan fibrinogen dan beberapa
faktor pembekuan.
4. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil,
berdiameter 2 sampai 4 µm, yang terdapat dalam
sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami
disintegrasi cepat dan mudah, jumlahnya selalu
berubah antara 150.000. dan 450.000 per mm3
darah, tergantung jumlah yang dihasilkan,
bagaimana digunakan, dan kecepatan kerusakan.

5. Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses dimana
komponen cairan darah ditransformasi menjadi
material semisolid yang dinamakan bekuan darah.
Bekuan darah tersusun terutama oleh sel-sel darah
yang terperangkap dalam jaring-jaring fibrin.
 Mencerminkan adanyakegagalan sumsum atau
kehilangan seldarah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalansumsum
(misal.berkuranganyaeritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, terpapar zattoksik,
invasi tumor sehinggamenyebabkan destruksi sel
darah merah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma ( konsentrasi normalanya 1 mg/
dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera)
 Apabila sel darah merah mengalami pengancuran
dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada
berbagai kelainan hemolitik, maka akanmuncul
dalam plasma (hemoglobinemia).
1) Tes penyaring
 Tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut.
 Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen
berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan
MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin
 Merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistem
leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi
laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang
 Pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus
anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitif meskipun ada
beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus
Pemeriksaan penunjang lainnya, pada
beberapa kasus anemia diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
 1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan
pemeriksaan histopatologi
 2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau
linfangiografi.
 3) Pemeriksaan sitogenetik.
 4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR =
polymerase chain raction, FISH =
fluorescence in situ hybridization)
 1) Transplantasi sel darah merah.
 2) Antibiotik diberikan untuk mencegah
infeksi.
 3) Suplemen asam folat dapat merangsang
pembentukan sel darah merah.
 4) Menghindari situasi kekurangan oksigen
atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
 5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila
ada.
 6) Diet kaya besi yang mengandung daging
dan sayuran hijau.
PENGKAJIAN
 a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
Kehilangan produtivitas, penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
 Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis;
perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB);
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
c. Integritas ego
 Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi
pilihan pengobatan, misalnya : penolakan
transfuse darah.
 Gejala : depresi.
d. Eleminasi
 Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemasis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine
 Tanda : distensi abdomen.
 e. Makanan/cairan
 Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet
protein hewani rendah/masukkan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan
(ulkus pada faring).
 Tanda : Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan.
 f. Neurosensori
 Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo,
tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi
manjadi dingin.
 g. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : nyeri abdomen samara, sakit kepala (DB)
 h. Pernapasan
 Gejala : riwayat TB, abses paru,napas pendek
pada istirahat dan aktivitas.
 Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
 i. Seksualitas
 Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore (DB), Hilang libido (pria
dan wanita), Imppoten.
 Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
 Pola nafas
tidakefektifberhubungandenganhiperventilasiditandaidengandipsneu,
takikardia
 Perubahanperfusijaringanserebralberhubungandenganpenurunan O2
keotakditandaidenganpenurunankesadaran, nyerikepala
 Perubahannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandengankegagal
anuntukmencernanatauketidakmampuanmencernamakanan
/absorpsinutrient yang
diperlukanuntukpembentukanseldarahmerahditandaidenganmual-
muntah, anoreksia, penurunan BB
 Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
 Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder(penurunan hemoglobin leucopenia, atau
penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)
 PK Anemia
 Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasiditandai dengan dispnea, takikardia
 Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas pasien
kembali efektif dengan kriteria hasil :
 pasien melaporkan sesak napas berkurang
 pernafasan teratur
 takipneu atau dispneu tidak ada
 tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80-100 x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu
36,5 – 37,5 C)
 Intervensi :
 Pantau tanda-tanda vital
 Untuk mengetahui keadaan umum pasien
 Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturan pernapasan, napas
bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan
 Untuk mengetahui derajat gangguan yang terjadi, dan menentukan
intervensi yang tepat
 Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi
 Untuk meningkatkan ekspansi dinding dada
 Ajarkan klien napas dalam
 Untuk meningkatkan kenyaman
 Tanyakan mengenai kondisi pasien setelah diberi intervensi
 Mengetahui intervensi dapat bermanfaat untuk pasien dan mengkaji apakah
keluhan sesak pasien sudah berkurang.
 Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan O2
ke otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
 Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan terjadi
peningkatan perfusi jaringan dengan kriteria hasil:
 menunjukkan perfusi adekuat
 pasien mengatakan nyeri kepala berkurang
 TTV dalam batas normal (TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-100x/menit), RR (18-
22x/menit), Suhu (36,5-37,50C))
 Membrane mukosa warna merah muda
 GCS > 13
 Intervensi :
 Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
 Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
 meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
 Selidiki keluhan nyeri kepala
 iskemia serebral mempengaruhi status kesadaran pasien
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB

 Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan intake nutrisi pasien
adekuat dengan kriteria hasil:

 mual muntah (-)


 makan habis 1 porsi

 Intervensi :
 Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
 mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
 Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
 mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
 Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
 menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
 Observasi dan catatkejadianmual/muntah, flatus dan dangejalalain yang berhubungan.
 gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
 Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral
luka.
 meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam
laktat)ditandai dengan perilaku distraksi (gelisah), pasien mengeluh
nyeri kepala, pasien Nampak meringis, dispneu/takipneu
 Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x24 jam diharapkan nyeri
pasien terkontrol dengan kriteria hasil:
◦ klien melaporkan nyeri berkurang,
◦ klien tidak meringis,
◦ RR dalam batas normal (18-22x/menit)
 Intervensi :
 Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10),
karakteristiknya, lokasi, lamanya.
 mempermudah melakukan intervensi dan melihat ketepatan
intervensi.
 Observasi adanya tanda-tanda nyeri non-verbal seperti ekspresi wajah,
posisi tubuh, gelisah, menangis atau meringis, perubahan frekuensi
jantung, pernapasan, tekanan darah.
 merupakan indicator/derajat nyeri yang tidaklangsung dialami.
 Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
 mengurangi rasa nyeri yang bersifat akut
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhanditandai dengan kelemahan, kelelahan, keletihan, lesu, dan lunglai

 Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan dapat


mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas dengan kriteria hasil:
◦ melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
◦ TTV dalam batas normal (TD 120-100/70-80 mmHg), nadi (60-100 x/menit), napas (18-22 x/menit), suhu (36,5-
37,50 C))
 Intervensi :
 Kaji kemampuan ADL pasien.
 mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
 Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
 menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien/risiko cedera.
 Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
 manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawajumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
 Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah
baring bila di indikasikan.
 meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
 Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
 meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina
tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
 PK Anemia
 Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan perawat
dapat menangani dan meminimalisir komplikasi dari anemia dengan
kriteria hasil:
 Hb 12-16 g%
 Konjungtiva tidak pucat
 Pasien melaporkan kelelahan berkurang
 Perdarahan tidak terjadi
 Intervensi :
 Kaji konjungtiva pasien dan keluhan letih. Laporkan jika kondisi yang
letih berlebihan dan sangat pucat pada konjungtiva.
 Untuk menentukan intervensi yang tepat. Mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut dengan mengetahui tanda dan gejala awal.
 Observasiketat tanda perdarahan ; ptekie, purpura, perdarahangusi,
epistaksis, hematemesis, melena
 Mencegah terjadinya perdarahan lanjut untuk menentukan intervensi
yang sesuai.
 Pertahankantirahbaring
 Tirahbaringuntukmempercepatpemulihankondisi dan
mendukungpengobatansesuaiindikasi

You might also like