You are on page 1of 44

Tulang merupakan

jaringan penyokong yang Komponen


berfungsi sebagai penyusun tulang :
penyokong tubuh, 1. Sel
2. Matriks
penguat, alat gerak
3. Mineral
pasif dan melindungi
organ-organ didalam
tubuh kita.
Sel-sel tulang terdiri dari :
1. Osteoblast adalah sel yang berperan dalam proses
formasi/pembentukan tulang yaitu sintesis matriks
tulang
2. Osteosit adalah sel yang berfungsi mengontrol
mineralisasi lokal & pertukaran mineral antara
tulang & plasma
3. Osteoklast Berperan pada resorpsi atau
pengrusakan tulang
 Dalam tubuh terjadi proses berkesinambungan
seumur hidup antara proses pembentukan tulang
Bone Formation (BF) dan penguraian/resorpsi tulang
Bone Resorption (BR).

 Proses tesebut dimulai dengan aktivitas osteoklas


menyerap tulang, diikuti dengan aktivitas osteoblas
mengisi bagian yang diserap.

 Tulang akan diserap dan dibentuk kembali selama


hidup sehingga dapat mempertahankan keutuhan
tulang.
Osteoporosis berasal dari kata
osteo (tulang) dan porous
(keropos),yang disebut juga
pengeroposan tulang adalah
penyakit tulang sistemik yang
ditandai oleh penurunan
densitas massa tulang dan
pemburukan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah patah
Menurut International Osteoporosis
Foundation (IOF, 2010),osteoporosis
mempengaruhi sekitar 200 juta wanita di
seluruh dunia dengan estimasi 1/10 pada
wanita usia 60 tahun; 1/5 pada wanita
usia 70 tahun; 2/5 pada wanita usia 80
tahun; dan 2/3 pada wanita usia 90
tahun. Di sini terlihat bahwa prevalensi
osteoporosis di dunia cukup tinggi.
Saat ini 22-55% wanita lansia Indonesia
menderita osteoporosis. Jika diubah dalam
angka, maka ada sekitar 8,5 juta lansia yang
mencapai total 17 juta dari 222 juta penduduk
Indonesia menderita osteoporosis. Seiring
meningkatnya jumlah penduduk menjadi 261
juta pada tahun 2020 maka jumlah penderita
diperkirakan akan meningkat menjadi 5-11
juta. Dan dengan penduduk 273 juta pada
2050 maka jumlah penderita menjadi 5,2-
11,5 juta (WHO).

Lima propinsi dengan risiko osteoporosis yang tinggi adalah Sumatera


Selatan sebesar 27,7%, Jawa Tengah sebesar 24,02%, DI Jogyakarta
sebesar 23,5%, Sumatera Utara sebesar 22,82%, Jawa Timur sebesar
21,42%
KLASIFIKASI OSTEOPOROSIS
Osteoporosis primer
Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang
dapat diakibatkan karena menopause atau usia
lanjut

Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis
yang dapat terjadi akibat penyakit tertentu
atau dari obat-obatan tertentu

Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya
dan ditemukan pada kanak-kanak, usia remaja
dan pria usia pertengahan
Defisiensi esterogen
meningkatkan resorpsi tulang

Hilangnya massa tulang terkait


usia

Osteoporosis pada pria lebih


rendah karena puncak BMD
yang tinggi

Osteoporosis yang diinduksi


dengan obat kortikosteroid
PATOGENESIS OSTEPOROSIS TIPE I
Penyebab osteoporosis adalah adanya
gangguan pada metabolisme tulang.
Pada keadaan normal sel-sel tulang
yaitu sel pembangun(osteoblast) dan
sel pembongkar (osteoklast) bekerja
silih-berganti saling mengisi seimbang
sehingga tulang menjadi utuh. Apabila
kerja osteoklast melebihi kerja
osteoblast maka kepadatan tulang
menjadi kurang dan akhirnya keropos.
Kurangnya aktivitas fisik
terhadap tulang karena tidak aktif

Nutrisi yang kurang

Penggunaan obat-obatan
dalam jangka waktu Pada usia tua dan post
yang lama menopause dimana hormon
esterogen dan pertumbuhan
berkurang
Nyeri pada tulang dan
Patah tulang
otot

Tinggi badan yang


Semakin membungkuk
tetap
Faktor resiko yang
dapat dimodifikasi

• Mengonsumsi alkohol, kopi, minuman yang


Alkohol dan rokok mengandung kafein, dan rokok yang berlebih dapat
menyebabkan tulang keropos rapuh dan rusak

• Kurangnya olahraga dan latihan secara teratur,


Kurang aktivitas fisik menimbulkan efek negatif yang menghambat proses
pemadatan massa tulang dan kekuatan tulang

• Asupan kalsium yang rendah merupakan salah satu


Nutrisi yang rendah faKtor resiko terjadinya fraktur panggul
Usia

• Seiring dengan meningkatnya usia maka


aktivitas osteoklas > osteoblas

Genetik/Ras

• Etnis (kaukasus/orang putih >


polinesia/orang hitam).

Jenis kelamin

• Lebih banyak terjadi pada wanita


dibandingkan pria
1. Pengukuran kepadatan tulang secara radiografik
Absorptiometri Sinar-X Dual Energi (DXA/DEXA) dapat
digunakan untuk mengukur lokasi densitas mineral tulang
sentral dan perifer.

Bone Mass Density (BMD)


Prinsip :
1) mendiagnosa kehilangan
tulang dan osteoporosis
2) Melihat seberapa baik obat
osteoporosis bekerja
3) Memprediksi resiko patah
tulang di masa yang akan
datang
T-score (Nilai T)
Score T adalah bilangan deviasi standar
dari densitas mineral tulang(BMD)

Kriteria nilai T berdasarkan WHO:

Normal : nilai T > -1 SD


Osteopenia : nilai T -1 SD hingga
-2 SD
Osteoporosis : nilai T < -2,5 SD tanpa
fraktur
Osteoporosis berat: nilai T<-2,5 SD dengan
fraktur
Terapi non
farmakologi
•Nutrisi yang tepat (mineral, elektrolit, vitamin, protein, karbohidrat)
Algoritma terapi •Suplemen kalsium dan vitamin D jika diperlukan untuk mencapai asupan yang
cukup
Pencegahan dan •Aktivitas fisik yang optimal(latihan beban, penguatan otot, keseimbangan)
•Kebiasaan sosial yang sehat(tidak merokok, konsumsi alkohol dan kafein minimal)
pengobatan •Pencegahan jatuh dan trauma(lingkungan, bantuan ketidakmampuan)

Pengobatan tanpa pengukuran BMD Populasi yang tepat untuk menguji BMD
•Pria dengan wanita dengan resiko tinggi dan •Semua wanita ≥ 65 tahun
patah tulang •Wanita berusia 60 – 64 tahun dengan resiko
•Pria dan wanita yang mengkonsumsi patah tulang osteoporosis
kortikosteroid sistemik kronik •Pria dengan resiko tinggi

Osteoporosis pangul Skor T< -2,0 Osteopenia skor T


Skor T< -2,5 -1 hingga -2
Pengobatan dengan
bifosfonat

Hanya osteoporosis tulang


belakang skor T -1 sampai
Pemeriksaan untuk -2,5
Intoleransi osteoporosis sekunder :
bifosfonat •PTH
•TSH BMD normal skor T > -1
•25-OH Vitamin D
•CBC
•Panel kimia
Pilihan pengobatan •Tes spesifik-kondisi Pilihan pengobatan
•Bifosfonat •Bifosfonat
Monitor DXA setiap 1-5
parenteral •Raloxifene
tahun. Data yang mendukung
•Teriparatide •Kalsitonin
Pengobatan penyebab yang pengobatan dengan medikasi
•Raloxifene
mendasari, jika ada tidak meyakinkan
•Kalsitonin
1. Kalsium
2. Vitamin D dan kalsitriol
3. Bifosfonat
4. Kalsitonin
5. Esterogen
6. SERM
7. Testosteron
8. Teriparatide
• Kalsium
berperan • Vitamin D
dalam dan kalsitriol • Kalsitonin
menjaga berperan bekerja
integritas dalam dengan
struktur menjaga menghambat
kerangka homeostatis
resorpsi
dan otot kalsium dan
tulang oleh
dan bersifat
osteoklast
protektif
terhadap dan
apoptosis merangsang
osteoblas pembentukan
tulang oleh
osteoblast
• Bifosfonat

• Bekerja dengan • Selective Estrogen


menghambat Receptor
aktivitas osteoklast Modulators (SERMs)
dengan menghambat • Testosteron
enzim FPPS yang • Raloxifene
merangsang merupakan agonis
kelangsungan hidup
• Hormone ini
estrogen pada menghambat
osteoklast dan juga jaringan tulang
menahan ekskresi
untuk menghambat
pembentukan aktivitas osteoklast
gonadotropin
hidroksiapatit tetapi merupakan dan menekan
antagonis pada spermatogene
payudara dan sis
uterus
• Esterogen
• Teriparatide (Hormon
Paratiroid)
• Estrogen
menurunkan
• Hormon paratiroid berfungsi
aktivitas osteoklas, untuk mempertahankan
menghambat PTH , kadar kalsium didalam
meningkatkan cairan ektraseluler dan
konsentrasi kalsitriol merangsang sintesis
dan absorpsi kalsium 1,25(OH)2 D di ginjal
di usus, dan sehingga absorsi kalsium
menurunkan ekskresi meningkat dan dalam dosis
kalsium oleh ginjal. terapi yang singkat
teriparatide dapat
meningkatkan kepadatan
tulang
Obat Dosis Efek samping

Kalsium 200-1500 mg Gangguan gastrointestinal


ringan, bradikardia, aritmia,
dan iritasi setelah injeksi
intavena

Vitamin D 200-800 IU Sakit Kepala mual muntah


dan kalsitriol mulut kering Poliuria polidipsia

Kalsitonin 50-100 IU/d (injeksi) Mual, muntah, flushing,


200 IU/hari (nasal kecapean tak enak, kedutan
spray) ditangan, reaksi radang lokal
Obat Dosis Efek samping
Bifosfonat Refluks
Alendronat 10 mg/hari gastroesofagus
mual-mual, nyeri
abdomen
Risendronat 5 mg/hari

Ibandronat 2,5 mg/hari

Zolendronat 5 mg
perdrip
intravena
setahun
sekali
Selective Estrogen
Receptor Modulators
(SERMs)
Penurunan kolesterol
Raloxiven 60 mg/hari total dan LDL resiko
tromboembolisme
vena
Obat Dosis Efek samping
Testosteron 1,25-2,5 mg/hari Sakit kepala, mual,
hiperkalsemia,perubahan
libido

Esterogen Kanker endometrium


oral 1-2 mg/hari Migren
17ß-estradiol transdermal 50 µg/hari, Kanker payudara
perkutan 1,5 mg/hari penyakit kandung empedu
subkutan 25-50 mg
setiap 6 bulan.

Teriparatide (Hormon 20 mg secara subkutan Rasa sakit pada tempat


Paratiroid) 20 mcg setiap hari injeksi; rasa kantuk; kram
hingga 28 hari kaki, hipokalsemia
Obat Obat lain interaksi
osteoporosis
Kalsium Golongan PPI Absorpsi menurun dengan adanya
inhibitor pompa proton

Serat Menurunkan absorpsi kalsium jika


diberikan bersamaan

Besi, kuinolon, Menurunkan absorpsi besi,


alendronate, risedronate, kuinolon, alendronate, risedronate,
etidronate, fenitoin, dan etidronate, fenitoin, dan fluorida
fluorida jika diberikan bersamaan.
Obat Obat lain Interaksi
osteoporosis
Vitamin D Antasida Terjadi Hipermagnesemia pada pasien
yang melakukan dialysis renal kronis
dan
metabolit

Verapamil Fibrilasi atrium terjadi jika suplemen


kalsium dan kalsiferol menginduksi
hiperkalsemia

Ketokonazol Menghambat baik enzim sintesis maupun


katabolisme kalsitriol
Obat Obat lain interaksi
osteoporosis
Bifosfonat Analgetik Ketersediaan hayati asam tiludronat
ditingkatkan oleh indometasin

Antasida Mengurangi absorbsi bifosfonat

Aminoglikosida Meningkatkan resiko hipokalemia


Obat Obat lain interaksi
osteoporosis
Kalsitonin Golongan ACE Estrogen dan kontrasepsi oral kombinasi melawan
Inhibitor efek hipotensif

Rifampisin Mempercepat metabolisme kontrasepsi oral

Kortikosteroid Estrogen dapat meningkatkan konsentrasi serum


kortikosteroid
Obat Obat lain Efek
osteoporosis Penanganan
Testosteron Siklosporin meningkatkan konsentrasi serum
siklosporin sehingga terjadi hepatotoksik

Vitamin K Androgen dapat meningkatkan efek dari


vitamin K

Warfarin meningkatkan efek warfarin


• Osteoblas : Sel yang berperan dalam pembentukan tulang
• Osteoklas : Sel yang berperan dalam resorpsi (kerusakan) tulang
• Osteopenia : Suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang akibat
berbagai keadaan
• PTH : Paratiroid hormone merupakan hormone yang berperan
dalam metabolisme kalsium (Ca2+)
• Remodelling tulang : Mekanisme tulang dalam melakukan regenerasi
komponen- komponen ekstrasel dengan cara
menghancurkan komponen tulang yang sudah tua dan
menggantikannya dengan yang baru.
• BMD (Bone Massa Density) : Kepadatan massa tulang adalah jumlah tulang yang
ditemukan dalam struktur tulang.
• Tromboemboli vena : Adanya bekuan darah dan ikut ke dalam ke aliran darah
(embolus) dan mengakibatkan sumbatan aliran darah
• Menopouse : Keadaan dimana tidak adanya periode menstruasi selama
12 bulan, atau berhentinya secara fisiologis siklus
menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia
perempuan.
• Defisiensi estrogen : Kekurangan hormone estrogen
• Resorpsi tulang : Tahap pertama dari proses remodeling tulang
(poeremajaan tulang/penggantian sel lama oleh sel
baru) dimana tulang dipecah.
• Apoptosis osteorik : Kematian sel osteorik secara terprogram
• Densitas tulang : Kepadatan tulang.
• Densitas mineral : Kepadatan mineral dalam tulang.
• Absorptiometri sinar-X : Metode referensi untuk penentuan
dual energy (DXA) kepadatan tulang, massa non-lemak
dan lemak.
• Kalsitriol : Bentuk aktif dari vitamin D.
• Hipoparatiroid : Kelainan langka berupa rendahnya jumlah
hormone paratiroid yang dihasilkan dalam tubuh.
• Efek hipotensif : Penurunan tekanan darah.
Subjektif
• Ny. S berumur 58 tahun datang ker RSI Nurhidayah dengan
keluhan ngilu yang sering dirasakannya pada lutut sejak 3
bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak
beberapa tahun lalu. Namun Ny S tidak memperdulikannya.
• Riwayat kesehatan sebelumnya: diketahui bahwa Ny S tidak
pernah mengalami penyakit seperti DM dan Hipertensi dan
tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
• Riwayat penyakit keluarga: pasien mengatakan bahwa tidak
ada riwayat penyakit keluarga seperti yang dialami pasien
sekarang.
• Pengembangan kasus: menurut pasein dirinya tidak suka
minum susu sejak usia muda dan tidak menyukai makanan
laut. Pasien beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya
karena usianya yang bertambah tua. Pola aktivitas diketahui
pasien banyak beraktifitas duduk karena dulu dirinya
bekerja sebagai staf administrasi yang membuatnya untuk
tidak sempat berolahraga.
Objektif
• Berdasarkan pemeriksaan, pasien mengalami osteoporosis
dengan T-Score -3. berdasarkan pemeriksaan juga didapat
tekanan darah pasien adalah 130/90 mmHg, dengan berat
badan 76 Kg dan tinggi 165 cm.

Assesment
• Pasien mengalami Osteoporosis post-menopause.

Plan
• Terapi obat untuk mengurangi perkembangan Osteoporosis dan
terjadinya fraktur. Terapi untuk mengurangi gejala nyeri pada
pasien. Terapi nonfarmakologi untuk mencegah perkembangan
osteoporosis dan over weight pada pasien.
• Berdasarkan pemeriksaan, pasien mengalami osteoporosis
post menopause, yang diakibatkan terjadinya penurunan
hormon esterogen pada menopause.
• Osteoporosis yang dialami oleh pasien termasuk kedalam
osteoporosis primer tipe 1 (Osteoporosis akibat defisiensi
esterogen paska manupause) osteoporosis pada wanita post
menopause terjadi akibat peningkatan resorbsi yang
mengakibatkan pelepasan kalsium tulang yang dipengaruhi
oleh menurunya produksi hormon wanita terutama esterogen.
• Defisiensi esterogen mengakibatkan peningkatan proliferasi,
diferensi, dan aktivasi osteoblast yang berperan dalam
resorpsi tulang yang dapat mengakibatkan penurunan massa
tulang
Nutrisi
• BMI pasien termasuk kedalam kategori over weight,
sehingga pasien membutuhkan pengaturan asupan makanan
sehari-hari. Makanan yang direkomendasikan adalah
makanan yang rendah lemak, buah-buahan, dan sayur-
sayuran yang mengandung kalsium dan vitamin D. asupan
kalsium dan Vitamin D yang direkomendasikan adalah sekitar
1.200 mg/hari (untuk kalsium) dan 800-1.000 IU (untuk
Vitamin D). Pengaturan asupan makanan tersebut untuk
mencegah perkembangan osteoporosis dan menurunkan
resiko terjadinya fraktur (NOF, 2013). Selain itu juga pasien
perlu menghindari makanan dan minuman yang banyak
mengandung kafein, alkohol, natirum dan minuman bersoda
karena berpengaruh pada kondisi osteoporosis pasien.
Olahraga
• Olahraga merupakan terapi non farmakologi untuk
meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan tubuh,
dimana hal ini dapat mengurangi resiko seseorang
mengalami jatuh yang berimplikasi pada penurunan resiko
terjadinya fraktur. Selain itu juga karena pasien memiliki BMI
diatas normal (over weight) maka pasien juga perlu olahraga
rutin dengan salah tujuannya adlaah untuk mengurangi berat
badan. Berat badan yang besar terutama pada pasien yang
mengalami over weight bahkan hingga obesitas juga dapat
meningkatkan resiko osteoporosis dan fraktur. Berat badan
yang besar mengakibatkan beban pada tulang meningkat
sehingga mengakibatkan terjadinya osteoporosis dan
meningkatkan resiko terjadinya fraktur (Sampson, 2002).
Bifosfonat

Nama Sediaan : Alendronat


Dosis : 10 mg/hari
Efek samping
Umum: gastritis, diare, nyeri abdomen, dispepsia, mual,
konstipasi, nyeri muskoloskletal, artralgia, nialgia,
influensa like illnes, lelah, sakit kepala, ruam, hipokalemia,
hipofosfatemia, faringitis, rekasi esofageal.
Terapi...

Non farmakologi
1. Memperbaiki pola makan untuk memperkuat tulang dengan
mengkonsumsi kalsium dan vitamin D
2. Hindari mengangkat beban berat, tingkatkan kewaspadaan
untuk mencegah jatuh dan fraktur
3. Olahraga teratur, untuk memperkuat otot supaya tulang tidak
kaku

Farmakologi
1. Sesuai dengan algoritma terapi untuk pengobatan osteoporosis
tulang belakang dengan nilai T score -2,5 maka digunakan
pilihan pengobatan yang pertama yaitu menggunakan bifosfonat
dan memonitor kepadatan tulang dengan DXA setiap 1-5 tahun.

You might also like