Professional Documents
Culture Documents
Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis
yang dapat terjadi akibat penyakit tertentu
atau dari obat-obatan tertentu
Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya
dan ditemukan pada kanak-kanak, usia remaja
dan pria usia pertengahan
Defisiensi esterogen
meningkatkan resorpsi tulang
Penggunaan obat-obatan
dalam jangka waktu Pada usia tua dan post
yang lama menopause dimana hormon
esterogen dan pertumbuhan
berkurang
Nyeri pada tulang dan
Patah tulang
otot
Genetik/Ras
Jenis kelamin
Pengobatan tanpa pengukuran BMD Populasi yang tepat untuk menguji BMD
•Pria dengan wanita dengan resiko tinggi dan •Semua wanita ≥ 65 tahun
patah tulang •Wanita berusia 60 – 64 tahun dengan resiko
•Pria dan wanita yang mengkonsumsi patah tulang osteoporosis
kortikosteroid sistemik kronik •Pria dengan resiko tinggi
Zolendronat 5 mg
perdrip
intravena
setahun
sekali
Selective Estrogen
Receptor Modulators
(SERMs)
Penurunan kolesterol
Raloxiven 60 mg/hari total dan LDL resiko
tromboembolisme
vena
Obat Dosis Efek samping
Testosteron 1,25-2,5 mg/hari Sakit kepala, mual,
hiperkalsemia,perubahan
libido
Assesment
• Pasien mengalami Osteoporosis post-menopause.
Plan
• Terapi obat untuk mengurangi perkembangan Osteoporosis dan
terjadinya fraktur. Terapi untuk mengurangi gejala nyeri pada
pasien. Terapi nonfarmakologi untuk mencegah perkembangan
osteoporosis dan over weight pada pasien.
• Berdasarkan pemeriksaan, pasien mengalami osteoporosis
post menopause, yang diakibatkan terjadinya penurunan
hormon esterogen pada menopause.
• Osteoporosis yang dialami oleh pasien termasuk kedalam
osteoporosis primer tipe 1 (Osteoporosis akibat defisiensi
esterogen paska manupause) osteoporosis pada wanita post
menopause terjadi akibat peningkatan resorbsi yang
mengakibatkan pelepasan kalsium tulang yang dipengaruhi
oleh menurunya produksi hormon wanita terutama esterogen.
• Defisiensi esterogen mengakibatkan peningkatan proliferasi,
diferensi, dan aktivasi osteoblast yang berperan dalam
resorpsi tulang yang dapat mengakibatkan penurunan massa
tulang
Nutrisi
• BMI pasien termasuk kedalam kategori over weight,
sehingga pasien membutuhkan pengaturan asupan makanan
sehari-hari. Makanan yang direkomendasikan adalah
makanan yang rendah lemak, buah-buahan, dan sayur-
sayuran yang mengandung kalsium dan vitamin D. asupan
kalsium dan Vitamin D yang direkomendasikan adalah sekitar
1.200 mg/hari (untuk kalsium) dan 800-1.000 IU (untuk
Vitamin D). Pengaturan asupan makanan tersebut untuk
mencegah perkembangan osteoporosis dan menurunkan
resiko terjadinya fraktur (NOF, 2013). Selain itu juga pasien
perlu menghindari makanan dan minuman yang banyak
mengandung kafein, alkohol, natirum dan minuman bersoda
karena berpengaruh pada kondisi osteoporosis pasien.
Olahraga
• Olahraga merupakan terapi non farmakologi untuk
meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan tubuh,
dimana hal ini dapat mengurangi resiko seseorang
mengalami jatuh yang berimplikasi pada penurunan resiko
terjadinya fraktur. Selain itu juga karena pasien memiliki BMI
diatas normal (over weight) maka pasien juga perlu olahraga
rutin dengan salah tujuannya adlaah untuk mengurangi berat
badan. Berat badan yang besar terutama pada pasien yang
mengalami over weight bahkan hingga obesitas juga dapat
meningkatkan resiko osteoporosis dan fraktur. Berat badan
yang besar mengakibatkan beban pada tulang meningkat
sehingga mengakibatkan terjadinya osteoporosis dan
meningkatkan resiko terjadinya fraktur (Sampson, 2002).
Bifosfonat
Non farmakologi
1. Memperbaiki pola makan untuk memperkuat tulang dengan
mengkonsumsi kalsium dan vitamin D
2. Hindari mengangkat beban berat, tingkatkan kewaspadaan
untuk mencegah jatuh dan fraktur
3. Olahraga teratur, untuk memperkuat otot supaya tulang tidak
kaku
Farmakologi
1. Sesuai dengan algoritma terapi untuk pengobatan osteoporosis
tulang belakang dengan nilai T score -2,5 maka digunakan
pilihan pengobatan yang pertama yaitu menggunakan bifosfonat
dan memonitor kepadatan tulang dengan DXA setiap 1-5 tahun.