You are on page 1of 15

Korban Pemerkosaan

Kelompok 4 : Irwan Juliansyah


Miftah Parid
Mika Virdayanti
Syawalia Alussalami
Yayat Priyatna
Pengertian
Perkosaan atau Rape berasal dari bahasa latin Rapere yang
berarti mencuri, memaksa, merampas, atau membawa pergi
(haryanto, 1997).
Perkosaan adalah suatu hubungan yang dilarang dengan seorang
wanita tana persetujuannya. (menurut black’s
lawdicnionary).
Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual
yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan
dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan
hukum (Wignjosoebroto dalam Prasetyo, 1997).
Macam-macam pemerkosaan
1. Pemerkoasaan saat berkencan
Adalah hubungan seksual secara paksa tanpa persetujuan antara
orang-orang yang sudah kenal satu sama lain. Misalnya
teman, anggota keluarga atau pacar. Kebanyakan
pemerkosaan dilakukan oleh orang yag mengenal korban.
2. Pemerkosaan dengan obat
Banyak obat-obatan yang digunakan pemerkosa untuk membuat
korbannya tidak sadar atau kehilangan ingatan.
3. Pemerkosaan masal
Pemerkoasaan masal terjadi apabila sekelompok orang
menyerang satu korban.
4. Pemerkosaan anak-anak
Dianggap hubungan sumbang bila dilakukan oleh kerabat dekat.
Misalnya orang tua, paman, bibi, kakek, atau nenek.
5. Pemerkosaan dalam perang
Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk
mempermalukan musuh dan menurunkan semangat juang
musuh mereka.
Faktor-faktor terjadinya Pemerkosaan
1. Faktor Intern :
a. Keluarga
b. Ekonomi keluarga
c. Tingkat pendidikan
d. Agama/moral.
2. Faktor ekstern :
a. Lingkungan sosial
b. Perkembangan ipteks
c. Kesempatan..
Dampak Pemerkosaan
Akibat fisik yang dapat dialami oleh korban antara lain:
1. kerusakan organ tubuh seperti robeknya selaput dara,
pingsan, meninggal;
2. korban sangat mungkin terkena penyakit menular seksual
(PMS);
3. kehamilan tidak dikehendaki.
Dampak Psikologis
 Stres yang langsung terjadi merupakan reaksi paska perkosaan
seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas,
malu, marah, dan tidak berdaya.

 Stres jangka panjang merupakan gejala psikologis tertentu


yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang
menyebabkan korban tidak memiliki rasa percaya diri, konsep
diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga
reaksi somatik seperti jantung berdebar dan keringat
berlebihan.
Upaya Penanggulangan Pemerkosaan
1. Melakukan razia dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat serta membrantas
peredaranVCD ,majalah, poster, internet yang mengandung pornografi dan
pornoaksi.
2. Melakukan pembinaan mental spritual yang mengarah pada pembentukan moral baik
bagi pelaku, korban maupun masyarakat, secara langsung dan melalui media
3. Menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang
sesuai dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing.
4. Memberikan perhatian khusus bagi peningkatan sumber daya manusia (SDM)
perempuan melalui sektor pendidikan, sehingga mereka memiliki ketahanan diri,
mandiri dan mampu mengatasi setiap persoalan kehidupan.
5. Masyarakat bersama pihak terkait lainnya harus pula melakukan kontrol dan
membendung maraknya pornografi dan pornoaksi melalui media massa
6. Pemerintah, Organisasi Kewanitaan, Organisasi Kepemudaan, Penegak Hukum,
Legislatif dan lainnya, memberikan pemahaman dan sadar hukum, khususnya yang
berhubungan dengan tindak asusila kepada semua lapisan masyarakat yang
ditindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan
data yang berkaitan aspek psikoseksual.
 Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang
menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah
seksual.
 Mempertahankan kontak mata dan duduk dengan klien.
 Memberi waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual,
jangan terburu- buru.
 Menggunakan pertanyaaan yang terbuka ,umum dan luas untuk
mendapatkan imformasi mengenai pengetahuan ,persepsi dan dampak
penyakit berkaitan dengan seksualitas.
 Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas,
biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang.
Diagnosa
1. Gangguan disfungsi seksual
 Intervensi dan rasional tertentu
 1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubungan
seksual.
 R: Hal ini menetapkan suatu data dasar untuk bekerja dan memberikan dasar
untuk tujuan
 2. Kaji persepsi pasien trehadap masalah
 R: Ide pasien tentang apa yang merupakan suatu masalah mungkin berbeda dari
ide perawat.ide adalah persepsi pasien yang darinya tujuan perawatan harus
ditetapkan.
 3. Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awaitan
masalah dan diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu
itu.
 R: Stress pada beberapa are kehidupan mempengaruhi fungsi seksual. Pasien
mungkintidak menyadari hubungan antara stress dan disfungsi seksual.
 4. Kaji alam perasaan dan tingkat energi paien.
 R: Depresi dan kelelahan menurunkan hasrat dan antusisme untuk berpartisipasi dalam
aktifitas seksual.
 5. Tinjau aturan pengobatan dan observasi efek samping.
 R: Banyaknya obat-obatan dapat mempengaruhi fungsi seksual. Evaluasi terhadap obat
dan respon individu adalah penting untuk memastikan apakah obat tersebut mungkin
menambah masalah.
 6. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah
disfungsi seksual. Pastikan bahwa pasien menyadari ada altrenatif metode pencapaian
kepuasan seksual dan dapat dilepajari melalui konseling seks jika pasien dan pasangannya
berhasrat untuk malakukannya juga.
 R: pasien mungkin tidak menyadari bahwa kepuasan perubahan dapat dibuat dalam
kehidupan seksnya. Dia mungkin juga tidak menyadari adanya sarana konseling seks.
 7. Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi
yang mungkin menysahkan dirinya. Peningkatan pengetahuan dan membenarkan
kesalahan konsep dapat menurunkan perasaan tidak berdaya dan ansietas dan
memudahkan solusi masalah.
2. Perubahan pola seksualitas
 Intervensi
1. Kaji riwayat seksual, perhatikan area ketidak puasan klien terhadap pola seksual.
 R: pengetahuan tentang apa yang klien terima sebagai masalah adalah yang utama untuk
memberikan jenis bantuan yang mungkin dibutuhkan oleh klien.
2. Kaji area-area stress dalam kehidupan dan periksa hungungan dengan pasangan
seksualnya.
R: prilaku seksual yang berbeda sering kali dihubungkan dengan pasanganya mungkin
memburuk sebagai pencapaian akhir kepuasan seksual individual hanya dari praktik yang
berbeda.
 3. Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik, rasial, dan religius yang mungkin menambah
konflik yang berkenaan dengan praktik seksual yang berbeda.
 R: Klien mungkin tidak munyadari pengaruh faktor-faktor ini mendesak dalam
menghasilkan perasaan-perasaan tidak nyaman, malu dan bersalah berkenaan dengan
sikap dan prilaku seksual.
 4. Terima dan jangan menghakimi.
 R: Seksualitas adalah subjek yang sangat pribadi dan sensitif. Klien lebih suka
membagikan informasi ini jika ia merasa takut dihakimi oleh perawat.
 5. Bantu terapist dengan perencanaan modifikasi prilaku untuk membantu klien yang berhasrat
untuk menurunkan prilaku-prilaku seksual yang berbeda.
 R: Individu-individu dengan parafilia ditangani oleh spesialis yang memiliki pengalaman dalam
memodifikasi prilaku seksual yang berbeda. Perawat dapat mengintervensi dengan memberikan
bantuan melalui implementasi perencanaan modivikasi prilaku.
 6. Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau pengobatan medis, berikan
informasi untuk klien dan pasangannya berkenaan dengan hubungan antara penyakit dan perubahan
seksual.
 R: Klien dan pasangannya mungkin tidak menyadari kemungkinan alternatif untuk mancapai
kepasan seksual atau ansiata syang berhubunga dengan pembatasan mungkin mengganggu
pemecahan masalah yang rasional.
 7. Jelaskan kepada klien bahwa seksualitas suati respon menusiawi yanng normal dan tidaklah
sinonim dengan tindakan seksual seorangpun, meliputi hubungan timbal balik yang kompleks di
antara kompleks diri, gambaran tubuh, riwayat pribadi, keluarga dan pengaruh kebudayaan
seseorang dan semua interaksi dengan orang lain.
 R: Jika klien merasa abnormal atau sangat tidak menyukai orang lain, konsep diri mungkin sangat
rendah, ia mungkin tetap merasa tidak berguna untuk meni gkatkan harga diri dan hasrat untuk
mengubah prilaku, bantu klien untuk melihat bahwa meskipun prilaku berbeda , perasaan dan
motovasinya adalah umum.
TERIMA KASIH

You might also like