Dideklarasikan piagamnya tanggal 1 Maret 1957 oleh
Letkol Ventje Sumual Di Universitas Permesta diadakan pembicaraan pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat (NKRI) dan beralih mendukung PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia Tokoh yang terlibat dalam pembicaraan di Universitas Permesta adalah Kapten Wim Najoan (pemberi gambaran PRRI di Sumatera), Mayor Eddy Gagola (penyusun tek pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat) dan Kolonel D.J. Somba (pembaca teks pemutusan hubungan) Isi teks pemutusan hubungan: "RAKYAT SULAWESI UTARA DAN TENGAH TERMASUK MILITER SOLIDER PADA KEPUTUSAN PRRI DAN MEMUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH RI" Pemecatan tidak hormat dari Angkatan Darat untuk Letkol Ventje Sumual, Mayor D.J. Somba serta kawan- kawannya yang terlibat. EX-KNIL, para pelajar, mahasiswa dan pemuda mendaftarkan diri untuk menjadi Pasukan Angkatan Perang Permesta. Ada keterlibatan Amerika Serikat dalam perekrutan pasukan perang ini. Peserta yang mendaftarkan langsung akan dilatih penasihat militer AS dan mendapat persenjataan yang lengkap. Mendapat bantuan juga dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Philipina yang membuat permesta tidak kehabisan senjata Keretakan Sokerno –Hatta. Soekarno yang mendekati Partai Komunis Indonesia yang tidak menyukai Hatta yang berujung pada pengundiran diri Hatta sebagai wakil presiden. Pergantian kabinet Perubahan Sistim pemerintahan menjadi Demokrasi Liberal Operasi Sapta Marga I, dipimpin oleh Letkol Sumarsono Operasi Sapta Marga II, dipimpin oleh Letkol Agus Prasmono Operasi Sapta Marga III, dipimpin oleh Letkol Mageda Operasi Sapta Marga IV, dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat Operasi Mena I, dipimpin oleh Letkol Pieters Operasi Mena II, dipimpin oleh Letkol Kiko Hun Hols Operasi ini bertujuan untuk menjaga keutuhan Republik Indonesia melalui KSAD Mayor Jenderal Nasution Kondisi di kota Manado yang menegangkan karena akan terjadinya perang saudara antara permesta dan Indonesia Permesta mendapat dukungan dari Kolonel Alexander Evert Kaliwarang (ex- dubes RI di AS) Bantuan dari Taiwan yang ditentang oleh Menteri Luar Negri Taiwan karena takut RRC ikut campur tangan dengan pemerintah pusat Operasi Saptamarga I dipimpin oleh Letkol Soemarsono dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Tengah pada Maret 1958 Permesta dan sekutu pemberontak barunya melakukan 13 April 1958 pesawat pesawat milik AUREV menyerang lapangan udara Mandai Makassar ,Ternate,Balikpapan dan Donggala. Serangan yang paling fatal adalah serangan terhadap Kapal Hang Tuah Pada tanggal 18 mei 1958 dilakukanlah Operasi Mena II di bawah KomandoLetkol KKO Hunholz Permesta dan sekutu pemberontak barunya akan menyerang Jakarta secara bertahap dengan: a. merebut kembali daerah Palu/Donggala yang telah dikuasai Tentara pusat;lalu menyerang dan menduduki Balikpapan. b. sasaran kedua adalah Bali c. sasaran ketiga adalah Pontianak d. sasaran terakhir adalah Jakarta Tujuan operasi ini adalah agar pemerintah pusat dan PRRI mau berunding Setelah terjadi beberapa penyerangan, kekuatan permesta di udara melemah. Apri dengan mudah menguasai setiap Wilayah yang semula diduduki Permesta. Kemudian Amerika Serikat menarik segala bantuanya terhadap Permesta karena malu terhadap Pemerintah Pusat setelah pesawat yang di kemudikan Alan Pope terjatuh,yang membongkar segala bantuan Amerika terhadap Permesta. Sebelum pesawat itu jatuh Amerika Serikat,dengan sangat bersikeras menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak terlibat dengan PRRI maupun Permesta Untuk meraih Hati Presiden Soekarno. Amerika menawarkan bantuan senjata serta bersedia mengimpor beras kepada Indonesia dengan bayaran Rupiah, dan menghentikan segala bantuannya kepada PRRI dan Permesta sehingga membuat keduannya semakin melemah 17 Pebruary 1959 Permesta secara serentak melakukan serangan besar besaran yang di beri nama operasi "Operation Djakarta Special One" yang bertujuan menduduki beberapa Kota Srategis seperti; Langowan, Tondano dan Amurang-Tumpaan. Tapi usaha itu gagal. Pada tahun 1960 Pihak Permesta Menyatakan kesediaanya,untuk berunding dengan Pemerintah Pusat Permesta diwakili oleh Panglima Besar Angkatan Perang Permesta,Mayor Jenderal Alex Evert Kawilarang.serta Pemerintah Pusat diwakili oleh Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal A.H Nasution Perundingan itu membuahkan kesepakatan yaitu: bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak TNI untuk bersama-sama menghadapi pihak Komunis di Jawa Pada tahun 1961 Pemerintah Pusat melalui Keppres 322/1961.memberi Amnesti dan Abolisi Bagi siapa saja yang terlibat PRRI dan Permesta.tapi bukan untuk itu saja bagi anggota DI/TII baik,di Jawa Barat,Aceh,Jawa Tengah,Kalimntan Selatan dan Sulawesi Selatan Juga berhak menerima amnesti dan obligasi itu Tahun 1961, Permesta pun bubar