Lusia Oktora Ruma Kumala Sari, S.F., M.Sc., Apt Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Jember Anatomi dan Fisiologi Rektum Tradition of Exce Panjang rektum adalah 15- 20 cm Menyatu dengan sigmoid colon di bagian atas dan anal canal di bagian bawah Merupakan organ yang kosong (hollow organ) dengan permukaan dinding yang relatif datar , tanpa vili dan hanya ada tiga lipatan yaitu katup rektal (rectal valve) Anatomi dan Fisiologi Rektum Tradition of Exce
Ujung 2-3 cm dari
rectum disebut anal canal. Pembukaan anal canal ke bagian luar tubuh disebut anus. Anus dikontrol oleh sphincter otot polos internal dan sphincter otot rangka eksternal. Anatomi dan Fisiologi Rektum Tradition of Exce Dalam kondisi normal, rektum berada dalam keadaan kosong, jika terisi material maka menimbulkan refleks ingin buang air besar. Material dari usus besar tertahan di lipatan rektum bagian atas sampai dengan orang yang bersangkutan siap berada di toilet. Kemudian terjadi pembukaan rektum bagian bawah, diikuti pergerakan material ke anal canal menuju anus untuk dikeluarkan dari tubuh. Rektum mengandung 2-3 ml cairan dengan pH 7,2 dan kemampuan mendapar (buffering capacity) yang rendah. Anatomi dan Fisiologi Rektum Tradition of Exce Jaringan pada rektum mendapat suplai darah dari vena hemoroidal inferior, middle, dan superior. Hanya vena hemoroidal superior yang terhubung dengan sistem hepatic-portal. Absorbsi obat dari rektum Tradition of Exce Bahan obat yang terabsorbsi di bagian bawah rektum akan dihantarkan langsung ke sirkulasi sistemik menghindari first-pass metabolism Namun demikian, penggunaan supositoria seringkali mencapai daerah rektum bagian atas memungkinkan absorbsi sebagian obat pada hemoroidal vena superoir Penggunaan supositoria yang baik rektum bagian bawah. Absorbsi obat dari rektum Tradition of Exce
Supositoria melarut atau meleleh pada
cairan rektum tergantung pada basis supositoria Cairan rektum sangat sedikit butuh air lebih banyak untuk melarutkan supositoria Absorbsi obat dari rektum Tradition of Exce
Basis supositoria terlarut efek osmotik
penarikan air dari sekitarnya rasa sakit Obat yang terlarut dari supositoria berdifusi menembus membran rektum Proses absorbsi melalui difusi pasif. Faktor fisiologis dalam absorbsi per rektal Tradition of Exce 1. Jumlah cairan yang tersedia Volume cairan pada kondisi normal yang sangat kecil (3 ml tersebar menutup permukaan organ dengan ketebalan 100 µm). Dibawah kondisi non-fisiologis (tarikan osmosis oleh basis supositoria yang terlarut atau diare) volume air diperbesar. Absorpsi dari obat dengan kelarutan rendah (contoh fenitoin) kecepatan disolusi terbatas. Faktor fisiologis dalam absorbsi per rektal Tradition of Exce Sifat dari cairan rektum Komposisi, viskositas, pH dan tegangan permukaan dari cairan rektum memiliki pengaruh besar terhadap bioavailabilitas obat. Isi dari rektum Material feces. Faktor fisiologis dalam absorbsi Tradition of Exce per rektal Motilitas Rektum Dinding rektum memberikan tekanan pada supositoria melalui 2 mekanisme : - Organ abdominal akan menekan rektum ketika tubuh dalam posisi telentang, dapat merangsang penyebaran (spreading) dan meningkatkan absorpsi. - Pergerakan otot di rektum sesuai dengan adanya makanan pada kolon (gelombang kontraksi yang merambat pada dinding kolon). Supositoria Tradition of Exce
Sediaan padat yang digunakan melalui anus,
berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Obat didispersikan dalam basis yang meleleh pada suhu tubuh misalnya oleum cacao, atau basis yang terlarut pada cairan rektum misalnya gliserin atau PEG. Supositoria digunakan untuk memberikan aksi lokal, sistemik, atau memberikan efek mekanis untuk pengosongan kolon. Tradition of Exce Local Action Systemic • antifungal : • low bioavailability : Clotrimazole Propranolol HCl • GI irritation : • antibacterial : Indomethacin Framycetin • anti-emetic : • astringent : Domperidone Bismuth subgallate • analgesic : • anti-inflammation : Oxymorphone HCl Hydrocortisone SUPPOSITORY BASES Tradition of Exce
Basis supositoria memiliki peranan
penting dalam menentukan laju dan jumlah obat yang dilepaskan dari sediaan. Basis supositoria dapat dikelompokkan menjadi : 1. Oleaginous (fatty) bases 2. Water soluble or miscible bases Tradition of Exce Obat yang larut lemak dalam basis oleum cacao akan memiliki kecenderungan yang kecil untuk bisa berdifusi ke cairan rektum. Obat yang memiliki kelarutan yang kecil dalam basis lemak akan berpartisi dengan cepat ke cairan rektum. Koefisien partisi antara basis supositoria dan cairan rektum menjadi parameter penting. Pada basis yang larut air dan disolusi yang cepat, rate-limiting step dalam proses absorpsi adalah transport obat menembus mukosa rektum. Tradition of Exce
EDTA digunakan untuk meng-khelat Ca2+, Mg2+
yang berada di sekitar paracellular tight junctions sehingga merubah permeabilitas epitelial. Obat anti-inflamasi nonsteroid (aspirin, asam salisilat, diklofenak) mempengaruhi influx air. Surfaktan merubah permeabilitas membran, meningkatkan pembasahan dan penyebaran basis serta disolusi obat. Studi Absorbsi Rektal In Vivo Tradition of Exce
Hewan uji : anjing
Babi memiliki kondisi fisiologis yang lebih mirip manusia ukurannya besar dan sulit untuk ditangani Kelinci, tikus, dan mencit bisa digunakan tetapi menyulitkan dalam pengambilan sampel darah dan urin. Uji klinik pada manusia : harus berpuasa semalam sebelum dilaksanakannya uji, isi kolon harus dikeluarkan. Kontrol grup : administrasi per oral. Tradition of Exce