You are on page 1of 16

GEOLOGI STRUKTUR INDONESIA

PAPUA
KELOMPOK 1
SITI SUHARTINI S. NAPU
A. FAHRUL ROZI
BUDIANSYAH HARUN
RIZKI HIJRAH WUMU
N

E W

S
Gambar ini diupload pada tanggal 06-12-2017. rebanas.com
FISIOGRAFI PULAU PAPUA
Secara fisiografi Van Bemmelen, (1949) membagi pulau Papua

1 2

3
TATANAN GEOLOGI REGIONAL PAPUA

Geologi Papua sangatlah kompleks, ini disebabkan oleh interaksi


antar dua lempeng tektonik besar antara benua Australia dan
samudera Pasifik. Sebagian besar evolusi tektonik daerah Papua
Nugini berkaitan dengan konvergensi miring antar lempeng Indo-
Australia dengan lempeng Pasifik (Hamilton, 1979; Dow dr, 1998).
STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL DAERAH
PAPUA
Pulau Papua dibedakan menjadi tiga bagian yaitu (KB) yang meliputi
Papua bagian Barat, (BB) yang meliputi Papua dan Papua New
Guinea dan (EB) yang meliputi Papua New Guinea.

Semua bagian ini berpola barat–timur yang ditunjukkan oleh Sorong


Fault Zone, Tinggian Kemum (Kemum High) di Kepala Burung;
Yappen Fault Zone yang berada di sebelah selatannya; dan Tarera–
Aiduna Fault Zone dan Central Range di Badan Burung. Kedua pola
kelurusan ini dipisahkan oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru
(Lengguru Fold–Thrust–Belt) yang berarah baratlaut–tenggara di
daerah Leher Burung dan Teluk Cendrawasih (Sapiie drr, 2012).
GEOLOGI DAERAH PAPUA
Pada umumnya, geologi daerah papua dibagi menjadi 3 provinsi geologi
yaitu :
1. Provinsi Kontinen yang terdiri atas batuan Sedimen dari kraton
Australia
2. Provinsi Oseanik yang terdiri atas batuan ofiolit dan batuan
gunungapi, yang merupakan bagian dari lempeng Pasifik.
3. Provinsi peralihan, yang terrdiri atas batuan terdeformasi kuat dan
mengalami pemalihan regional dan merupakan hasil interaksi antara
kedua lempeng tektonik.
1.Sorong Fault Zone,
2. Yappen Fault Zone,
3. Tarera–Aiduna Fault Zone,
4. Banda Trench,
5. Seram Fold–Thrust–Belt
6. Lengguru Fold–Thrust–
Belt
7. Cendrawasih Bay Fold–
Thrust–Belt
8. Central Range Fold–Thrust–
Belt
9. Misool–Onin–Kumawa
Ridge
10. Kemum High
11.Weyland Overthrust

Peta Tatanan Struktur Geologi Regional


daerah Papua
SIGNIFIKANSI FASIES AUSTRALIA

Berdasarkan sejarah tektonik, sebagian besar daerah


Papua, khususnya bagian selatan struktur pembatas
lempeng Pasifik dan lempeng Australia dialasi oleh kerak
benua Australlia termasuk sedimen di atasnya berasal dari
paparan baratlaut Austalia.
STRATIGRAFI DAERAH PAPUA

Pembentukan Cekungan-cekungan Pull-apart


Sesar mendatar berskala regional seperti sesar sorong
atau sesar Yapen mempunyai arti penting dalam
pembentukan cekungan pull-apart yang dapat menjadi
cekungan berpotensi hidrokarbon.
Peta cekungan
sedimen Wilayah
Papua, dicuplik
dari Badan
Geologi (2009).

Badan geologi (2009) telah menyusun peta cekungan sedimen di


Indonesia yang terdiri atas 128 cekungan. Dari sejumlah cekungan
tersebut, beberapa cekungan terletak di papua bagian timur.
CEKUNGAN DAERAH PAPUA

• Tiga cekungan yang terdapat di daerah papua bagian timur, termasuk dalam
kelompok cekungan yang berkembang sejak pra-Tersier.
• Diklsifikasikan dalam cekungan foreland yang mengalami rifting (Badan
geologi,2009)
• Ketiga cekungan ini berasosiasi dengan cekungan di Papua Nugini dan
cekunangan yang ada di Australia.
CEKUNGAN AKIMEUGAH

Beberapa formasi yang ada berfungsi sebagai batuan induk


migas, seperti Fm. Aiduna, Fm. Tipuma dan Fm. Woniwogi,
dan untuk batuan yang berfungsi sebagai batuan waduk yaitu
Fm. Kopai, Fm. Woniwogi, Fm. Ekmai, Fm. Waripi, serta
untuk batuan yang berfungsi sebagai tudungnya dijumpai pada
Fm. Kopai dan Fm. Piniya.
CEKUNGAN SAHUL DAN CEKUNGAN
IWUR

Pada dua cekungan ini yang berfungsi sebagai batuan


induk, waduk dan batuan tudung adalah batuan yang
berada pada paparan Arafura-Papua, yang hampir sama
dengan formasi di cekungan Akimeugah.
Peta Kolom Stratigrafi

Sumber oleh Panggabean dan


Hakim (1986)
Peta fisiografi dan sebaran ladang migas di Papua
Nugini dan Papua

Sumber, Bachri (2012)


dari USGS (2012)
REFERENSI

Bachry, syaiful 2014. Kontrol Tektonik dan Struktur Geologi Terhadap


Keterdapatan Hidrokarbon Di Daerah Papua. J.G.S.M, Vol (15) hal (133-
141). Bandung

You might also like