You are on page 1of 31

Postmatur dan keluarga berencana

• Amelia widiastuti
• Ari lesmana
• Jayanti rahmadina
• Miranti amalia
• Radiatan khlila
• Tifany amalia amran
4B
DEFINISi POST MATUR
Post matur adalah kondisi dimana janin berada di dalam rahim
lebih dari usia kandungan 42 minggu. Kondisi ini terjadi ketika
persalinan gagal dimulai secara spontan pada usia kandungan 42
minggu atau lebih.
Pada kondisi post matur usia kandungan ditentukan dengan
menggunakan pemeriksaan ultrasound atau pengetahuan
tanggal konsepsi. Berdasarkan hasil penelitian terjadi
keterlambatan persalinan sekitar 3% sampai dengan 14%
kehamilan.
Etiologi
Sejauh ini penyebab post matur belum diketahui tetapi hal ini dikaitkan dengan
perubahan pengaturan hormonal saat awitan persalinan. Adapun kemungkinan
yang terjadi pada kejadian post matur adalah :
1. Faktor risiko kurang meningkatnya hormon estrogen yang normal terjadi saat
mencapai aterm akibat insufisiensi kelenjar adrenal atau hipofisis janin (kasus
anensefali),
2. Penurunan fungsi adernokortikal yang menyebabkan penurunan kadar kortisol
(kadar progesteron dan meningkatkan pembentukan prekusor estrogen)
(Blackburn, 1992).
3. Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post matur
dapat dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor
penyebab kehamilan post matur.
lanjutan
4. Teori kortisol sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga
akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin mempengaruhi
plasenta sehingga produksi progesteronnya berkurang dan memperbesar sekresi esterogen,
dan meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anencephalus,
hypoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar hipofisispada janin akan menyebbakan
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat
waktu.
5. Syaraf uterus. Tekanan pada ganglion servikalis dari Pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus
seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya
diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan post matur.

6. Herediter
Mogren menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan posterm.
Faktor resiko
Faktor risiko yang diketahui untuk kehamilan post matur adalah wanita yang
sebelumnya mengalami kehamilan post matur, nuliparitas, usia ibu yang
lebih tua dari 30 tahun dan obesitas. Adapun risiko yang terjadi pada bayi
adalah :
1. Berhubungan dengan perubahan plasenta yang degeneratif dan
progresif. Semakin tua plasenta & struktur semakin mempunyai resiko yang
sangat tinggi (degradasi sinsital, deposit fibrin, vili fibrotik, nekrosis vili
dengan perdarahan).
2. Perubahan memengaruhi dapat merugikan fisusi oksigen, zat-zat
makanan, cairan yang melewati plasenta. Juga dapat memengaruhi
oligohidroamnion dimana tali pusat rentan mengalami penekanan.
Tanda klinis
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan lewat waktu bila
didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai
beikut:
1. Lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
2. Lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan
Doppler
3. Lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
4. Lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali
dengan stetoskop leannec.
Asuhan keperawatan pada post matur
PENGKAJIAN
• Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon, agama, status perkawinan,
pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
• Keluhan Utama Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu pada kasus
postmatur adalah :
– Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
– Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
– Berat badan ibu mendatar atau menurun.
– Air ketuban terasa berkurang.
– Gerak janin menurun.
• Alasan datang
• Riwayat kehamilan sekarang : Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini.
Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan.
• Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm
• Riwayat keluarga.
• Riwayat mestruasi
– Umur menarche.
– Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
– Lamanya.
– HPHT, lama dan jumlah normalnya.
– Disminore.
– Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan lain-lain.
• Riwayat Obstetri.
– Gravida/para
– Tipe golongan darah (ABO dan Rh)
– Kehamilan yang lalu.
• Tanggal terminasi
• Usia genital
• Tempat lahir
• Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan, dalam persalinan.
• Riwayat ginekologi
– Infeksi vagina
– Penyakit menular seksual
• Riwayat seksual : Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan masalah seksual lainya.
• Riwayat pernikahan.
• Riwayat keluarga berencana : Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
• Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
• Kehamilan
• Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa tinggi fundus
uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.
• Persalinan
– Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak perdarahan, waktu persalinan
ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur
sebelumnya.
• Nifas : Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
• Anak
– Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal,
berat badan dan panjang badan waktu lahir.
• Pola kebiasaan sehari-hari
• Pola nutrisi
• Pola Aktivitas
• Pola Seksual
• Pola eliminasi
• Perokok dan pemakai obat-obatan.
• Pemeriksaan fisik (head to toe)
• Pemeriksaan khusus obstetri
• Inspeksi
• Palpasi (Tinggi fundus uteri)
– Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus ibu
– Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut ibu
– Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan apakah
sudah masuk PAP atau belum
– Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP (pada
primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat
persalinan)
• HIS / Kontraksi
– Pada ibu post matur tidak ada his walaupun kehamilan sudah mencapai 42 minggu
• Tafsiran berat
– Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus prematurus
iminens tafsiran berat janin adalah > 2500 gram
• Pemeriksaan dalam anogenital
– Vulva/vagina
– Perineum.
– Anus.
Pemeriksaan penunjang
– USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.
– KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
– Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin ). Salah satu
tanda dari postmaturitas adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang
berasal dari mekonium, menunjukkan bahwa terjadi gawat janin.
– Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
Diagnosa keperawatan post matur

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


2. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang
besar dan tidak ada dilatasi serviks
3. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan
persalinan yang lama
2. Resiko Cidera pada ibu Tidak terjadi cedera pada ibu  Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
berhubungan dengan bayi yang
Kriteria Hasil : Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
besar dan tidak ada dilatasi
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
serviks - Terdapat kontraksi uterus
yang reguler, terjadi  Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
pembukaan serviks
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan
resiko komplikasi maternal atau janin.

 Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis

Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan
menghambat penurunan janin.

 Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.

Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk


memungkinkan tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu

 Induksi persalinan dengan oksitosin

Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His


3. Resiko cedera pada janin Resiko cedera pada janin akan berkurang  Kaji DJJ secara manual atau electronic
berhubungan dengan persalinan
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang
yang lama
lahir tanpa trauma mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis

 Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan


pemeriksaan internal.

Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat


mengidentifikasi faktor –faktor yang memperberat disfungsional persalinan.

 Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada
presentase kening, wajah atau dagu.

Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih besar
dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola
persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.

 Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.

Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan


yang berhubungan dengan anomaly janin.
Definisi keluarga berencana
Menurut WHO, keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
1. Mendapatkan obyektif-obyektif tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval saat kehamilan
5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
etiologi
Tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
1. Mendapatkan objek tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval diantara kehamilan
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri
6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Cara KB, menurut cara kerjanya dapat dibagii sebagai berikut
1. Pengatur secara biologik

Tanpa obat/alat Senggama Senggama dijalankan sebagaimana biasanya tetapi pada puncak senggama alat kelamin
terputus pria dikeluarkan, sehingga mani keluar dari luar vagina

Pantang -tidak melakukan senggama pada masa subur seorang wanita


berkala -cara menentukan masa ovulasi: perlu diketahui siklus haid dan masa subur wanita
puncaknya di hari ke 14

Dengan alat/obat kondom Menutupi zakar sebelum dimasukkan kedalam vagina sehingga mani tertampung
didalamnya dan tidak masuk ke dalam vagina

Diafragma/cup Berbentuk mangkuk, dipakai untuk menutupi serviks guna untuk mencegah masuknya
mani ke dalam serviks. Diafragma dimasukkan ke vagina sampai menutupi mulut rahim

Cream, jelly Disebut spermida, suatu bahan kimia yang menghentikan gerak spermatozoa di dalam
dan vagina sehingga tidak dapat membuahi telur
tablet/cairan
berbusa
2. Metode efektif
a. Pil kb Yaitu pil berisikan Jenis pil KB menurut (herti, 20007) Cara pemakaian pil Kb Efek samping pil kb
hormon 1. Pil gabungan: mengandung 2 (wiknjosastro, 2002) -rasa mual
progeteron atau hormon yaitu progestin dan -Pil pertama bungkus -cloasma
estrogen yang estrogen. pertama diminu pada hari -acne
dimakan wanita 2. Pil berturutan: hanya estrogen kelima siklus haid -myeri kepala
untuk mencegah yang disediakan selama 14-15 -pasca persalinan pil -candidialis vagina
kehamilan hari pertama siklus mens, dimakan sesudah bayi -penambahan BB
(Syahlan, 1996) diikuti oleh 5-6 hari pil berumur 30-40 hari -varises
gabungan -pasca keguguran 1-2 -hipertensi
3. Pil khusus: mengandung dosis minggu sesudah kejadian
kecil bahan progestin sintesis
mengubah mukosa leher
rahim sehingga mempersulit
pengangkutan sperma

b. suntikan Cara kerja Keuntungan Jenis Efek samping


KB -menghalangi -sangat efektif, kegagalan <1% -Depo provera dosis 150 -devo provera: gg haid,
Mengandu terjadinya ovulasi -dapat diberikan ibu menyusui mg/3 cc pusing, sakit kepala, mual,
ng hormon -menipiskan -diberikan setiap 12 minggu sekali -noristerat dosis 200 muntah, jerawat, kenaikan
progestero endometrium mg/cc BB dan TD
n -memekatkan Tempat penyuntikan -noristerat, pendarahan yg
lendir serviks -otot bokong (glutea) menganggu
-otot pangkal lengan (deltoid)
c. IUD/AKDR Adalah alat Cara kerja IUD Keuntungan IUD: Saat yang baik pemasangan AKDR
kontrasepsi (saifuddin 2003) -efektifitas yang tinggi -serviks lembut dan sedikit terbuka
dimasukkan ke dalam -tidak mempengaruhi -setelah induksi haid/abortus spontan
rahim tujuan -menghambat hubungan seksual -setelah melahirkan 2-4 hari setelah
mencegah kehamilan sperma masuk ke -tidak ada efek melahirkan 40 hari
(prawiroharjo, 1999) tuba falopi hormon
bahan IUD dari -mempengaruhi -dapat digunakkan
plastik, benang fertilasi sebelum sampai menopause
sutera, ovum mencapai
metal(digitized by kavum uteri Kerugian IUD:
Usu,2003) -IUD bekerja -tidak mencegah IMS
mencegah sperma -sedikit nyeri dan
dan ovum bertemu pendarahan
-IUD dapat keluar
tanpa diketahui

d. Alat Adalah alat Cara kerja susuk KB Keuntungan susuk KB Efek samping
kontrasepsi kontrasepsi bagi Disusupkan kapsul -praktis&efektif -gg haid
susuk wanita yang atau 6 tersebut silastik -masa pakai 5tahun -keputihan
(implant) kapsul berukuran kira implant dibawah -dapat digunakkan -jerawat
kira 3 cm berisi zat kulit. Setiap hari oleh ibu yg tidak -perubahan libido
levonorgestrvel dilepaskan cocok hormon -nyeri
(Hartono, 2003) levonogestrel estrogen -hematoma
kedalam darah
3. Metode mantap
Tubektomi Adalah kontrasepi permanen Keuntungan Kerugian berupa
(MOW) wanita yang tidak menginginkan -perlindungan terjadinya kehamilan Faktor risiko dan efek samping
anak lagi. Cara kontrasepsi ini sangat tinggi bedah
dengan operasi kecil mengikat -digunakkan seumur hidup
dan memotong sel tuba pada -tidak menganggu hubungan seksual
istri -tidak menganggu produksi ASI

Vasektomi Cara kontrasepsi ini dengan Keuntungan Efek samping vasektomi


(MOP) operasi ringan dengan mengikat -tidak ada motralitas (kematian) -kulit membiru atau lecet
dan memotong sel sperma (vas -biaya murah -pembengkakan dan rasa sakit,
deferent) sehingga sperma tidak -kemungkinan kegagalan tidak ada namun akan hilang dengan sendiri
dapat lewat dan air mani tidak -tidak menganggu hubungan seksual
mengandung spermatozoa -dilakukan anastesi local, hanya 15
menit
Asuhan keperawatan keluarga berencana
1. Data subyektif
• Biodata
• Umur : usia reproduksi, dpat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
• Keluhan utama
• Riwayat kesehatan
• Riwayat obstetric
• Penggunaan KB hormonal mempunyai efek pada pola haid tetapi tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan
inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan berjalannya waktu. Sedangkan kejadian amenorea
bertambah besar
• Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
– Wanita yang abortus/keguguran dapat menggunakan KB suntik ataupun setelah melahirkan dan menyusui. Tetapi jika diketahui hamil
atau perdarahan yang belum jelas dianjurkan tidak memakai alat kontrasepsi KB suntik
– Penggunaan KB hormonal tidak diperbolehkan pada ibu dengan haid teratur dan tidak ada perdarahan abnormal dari uterus
• Riwayat KB
• Penggunaan KB hormonal (suntik) dapat digunakan pada akseptor, pasca penggunaan kontrasepsi jenis apapun (pil,
implant, IUD) tanpa ada kontraindikasi dari masing-masing jenis kontrasepsi tersebut (Hartanto, 2004 : 168).
• Pola kebiasaan sehari-hari
• Nutrisi
• Eliminasi
• Istiarahat/tidur
• Aktifitas
• Kehidupan seksual
– Libido dapat meningkat atau menurun karena penggunaan KB hormonal.
Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina,
menurunkan libido
• Latar belakang budaya
– Kontrasepsi suntik dipandang dari sudut agama baik itu Islam, Kristen,
Katolik, Budha, Hindu diperbolehkan asal bertujuan untuk mengatur
kehamilan bukan untuk mengakhiri kehamilan g. Keadaan psikologis.
– KB suntik progestin dapat menyebabkan perubahan body image yaitu
peningkatan berat badan, jerawat, alopesia (botak)
– Pemeriksaan umum (head to toe)
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan pada keluarga


berencana
• Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal ditandai dengan
klien mengatakan haid tidak teratur
• Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi yang efektif b.d kurangnya informasi
akan pengetahuan tentang KB ditandai dengan klien banyak bertanya.
• Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu ditandai dengan
klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat kontrasepsi.
• Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan (pigmentasi dan jerawat
pada muka) ditandai dengan klien mengatakan sejak menggunakan alat kontrasepsi
pil banyak bintik-bintik hitam dan jerawat pada muka.
• Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai dengan klien
mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam, pembengkakan di daerah insisi,
kemerahan di daerah insisi.
NO Tujuan Intervensi Rasional

1 Tujuan Jangka Panjang: 1. Kaji lamanya dan banyaknya spotting 1.Untuk mengetahui siklus haid dan
Dalam jangka waktu 2 mengetahui lamanya haid dan jumlah
bulan pola haid normal 2. Jelaskan pada ibu efek samping alat kontrasepsi perdarahan pada saat haid
AKDR dan hormonal pada hari-hari pertama
Tujuan jangka pendek: pemakaian alat kontrasepsi. 2. Pada hari-hari pertama pemakaian alat
dalam waktu 1 bulan haid kontrasepsi AKDR dan hormonal biasanya
kembali normal dengan 3. Observasi untuk pemeriksaan lab, Hb, Leukosit, terjadi efek samping dari kontrasepsi
kriteria: trombosit, Ht. tersebut
· Sifat darah haid
kembali pada siklus 4. Konsul ke dokter bila keluhan menjadi 3.Data penunjang dapat mengetahui kadar
awal/biasa berat keseimbangan hormon
· Tidak ada spotting haid
yang berulang 4.Untuk mendapatkan penanganan lebih
- lanjut
2 Tujuan Jangka Panjang: Klien Kaji tingkat pengetahuan klien tentang alat Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
memilih alat kontrasepsi yang kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya klien agar dapat menentukan intervensi
efektif untuk kesehatannya. selanjutnya:
Jelaskan pada klien tentang efektivitas, efisiensi
Tujuan jangka pendek: setelah dari masing-masing alat kontrasepsi, keuntungan, Memberikan gambaran tentang alat-alat
diberi penjelasan klien dapat kerugian,indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi
memilih alat kontrasepsi yang
efektif dengan kriteria: Berikan pendidikan kesehatan kepada klien KB yang diinginkan akan sesuai dengan
Klien dapat memilih salah satu beserta suaminya untuk menentukan pilihan kondisi suami istri
alat KB yang sesuai dengan kontrasepsi yang mereka inginkan
kondisinya untuk
menunda kehamilan (pil, suntik,
pantang berkala) untuk
menjarangkan kehamilan (AKDR,
suntik), mengakhiri/menjaga
kesehatan (MOW, WOP)
Tujuan Jangka Panjang: Kecemasan Kaji tingkatan cemas Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
dapat dikurangi/dikontrol
Jelaskan pada klien tentang efek Sebagai pengetahuan klien, supaya klien dapat memilih salah satu
Tujuan jangka pendek: setelah diberi samping dari alat kontrasepsi alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya
penjelasan kecemasan berkurang
dengan kriteria: Berikan kesempatan pada ibu untuk Dapat menurunkan kecemasan klien dalam memilih alat kontrasepsi
Klien tampak tenang dan dapat bertanya tentang kerugian alat
memahami efek samping penggunaan kontrasepsi Supaya klien dapat beradaftasi terhadap pemasangan alat
alat kontrasepsi. kontrasepsi pada minggu awal pemasangan
Klien kooperatif dan mau bekerjasama Berikan support psikososial kepada
dalam pemasangan alat kontrasepsi klien terhadap pemasangan alat
kontrasepsi
Tujuan Jangka Panjang: Jelaskan efek samping dari Menambah wawasan /pengetahuan bagi
klien tidak merasa malu KB pil klien
dengan keadaanya
Anjurkan klien untuk Untuk mempercepat informasi lebih
Tujuan jangka pendek: klien konsultasi dengan spesialis untuk menntukan intervensi selanjutnya
merasa percaya diri dengan kulit
keadaanya dengan kriteria:
Tidak malu untuk bergaul
Tujuan: -Beritahu klien bahwa selama 48 jam -Balutan yang basah merupakan media yang baik untuk
Infeksi dapat dicegah pertama daerah insisi harus dibiarkan pertumbuhan media yang baik untuk pertumbuhan
kering mikroorganisme
Tupen:
Dalam 2 x 24 jam tidak ada tanda infeksi dengan - Jelaskan efek dari pemsangan implant, - Lebam dan perih bukan indikasi infeksi jika hilang dalam
kriteria: MOW/MOP secara langsung seperti beberapa hari
- Luka kering lebam dan rasa perih
Tidak ada tanda infeksi -Untuk mencegah terjadinya trauma berlebih selain dari
- Hindari benturan, gesekan dan tempat insisi
penekanan di daerah insisi
-Dapat mencegah ekspulsi batang implant, cara
-Balutan jangan dibuka dalam 48 jam, memungkinkan menyebabkan infeksi
plester dipertahankan hingga luka
sembuh (biasanya 5 hari) - Memungkinkan klien mendapat pertolongan lebih dini
untuk mencegah kondisi lebih buruk
-Anjurkan klien kembali ke klinik jika ada
tanda infeksi seperti demam, - Antibiotik untuk mencegah infeksi
peradangan selama beberapa hari

-Kolaborasi pemberian terafi antibiotik


Terima kasih

You might also like