Peran ginjal : fungsi ekskresi, keseimbangan air ,
elektrolit, serta endokrin.
Fungsi ginjal didasarkan oleh fungsi nefron , gangguan
fungsi ginjal disebabkan oleh menurunnya kerja nefron.
Penyakit ginjal sering disertai penyakit lain yang
mendasarinya : DM, hipertensi, dislipidemia, dll.
Gejala gangguan ginjal stadium dini cenderung
ringansulit didiagnosis dengan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan lab identifikasi gangguan fungsi ginjal awal.
kadar kreatinin, ureum, asam urat, cystatin C, β2
microglobulin, inulin, dan juga zat berlabel radioisotop.
Pemeriksaan laboratorium membantu tatalaksana
lebih awal ,mencegah progresivitas menjadi gagal ginjal. NPN adalah Fungsi sisa hasil Pembuan ekskresi metabolism ekskresi gan Non- NPN ini e tubuh dari yaitu protein merupak asam urea, Nitrogen an fungsi nukleat, kreatinin, Compoun utama asam , asam d (NPN) ginjal. amino, dan urat protein. Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah kemudian difi ltrasi oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal akut. Klirens ureum merupakan indikator yang kurang baik karena sebagian besar dipengaruhi diet Ureum dibentuk di hati: hasil akhir metabolisme protein, difiltrasi oleh glomerulus. Kadar urea menggambarkan intake protein dan kemampuan ekskresi ginjal. Peninggian kadar urea gangguan ginjal, adanya obstruksi saluran kemih dan peningkatan katabolisma protein. Tes Ureum adalah tes untuk menetapkan kadar ureum darah dengan menggunakan alat automatik. Peningkatan ureum dalam darah disebut azotemia. Peningkatan ureum dikelompokkan tiga kelompok : pra-renal, renal, dan pasca-renal. Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot, diproduksi oleh tubuh secara konstan tergantung massa otot. Kadar kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil karena tidak dipengaruhi oleh protein dari diet. Ekskresi kreatinin dalam urin dapat diukur dengan menggunakan bahan urin yang dikumpulkan selama 24 jam Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin adalah senyawa nitrogen yang terutama disintesis di hati dan disimpan di dalam otot. Kreatinin diekskresikan ke urin melalui filtrasi glomerulus. Tes Kreatinin adalah tes untuk menetapkan kadar kreatinin darah dengan menggunakan alat automatik Nilai Rujukan Kreatinin
Kadar Kreatinin SI Unit (mg / dL) (mol / L)
Newborn 0,8 – 1,4 71 – 124 Infant 0,7 – 1,7 62 – 150 Anak < 6 tahun 0,3 – 0,6 27 – 54 Anak > 6 tahun 0,4 – 1,2 36 – 106 Dewasa: 0,6 – 1,3 (0,7 – 1,1) 53 – 115 Laki-laki 0,5 – 1,0 (0,6 – 0,9) 44 – 88 Perempuan Dewasa: Penurunan kadar kreatinin berhubungan usia lanjut dengan penyusutan masa otot dan usia The National Kidney Disease Education Program merekomendasikan penggunaan serum kreatinin untuk mengukur kemampuan filtrasi glomerulus, untuk memantau perjalanan penyakit ginjal. Diagnosis gagal ginjal ditegakkan saat nilai kreatinin serum meningkat di atas nilai rujukan normal. Kadar kreatinin serum digunakan untuk mengukur fungsi ginjal melalui glomerulus filtration rate (GFR). Klirens suatu zat adalah volume plasma yang dibersihkan dari zat tersebut dalam waktu tertentu, dilaporkan dalam mL/menit , dikoreksi dengan luas permukaan tubuh. Pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi mengenai perkiraan nilai GFR Nilai klirens mewakili fungsi glomerulus secara keseluruhan. Kadar zat dalam plasma berbanding terbalik dengan nilai klirensnya, jika klirens menurun maka kadar zat dalam plasma meningkat Nilai rujukan: Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2 Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
Klirens kreatinin merupakan pemeriksaan
yang mengukur kadar kreatinin yang difiltrasi di ginjal. GFR dipergunakan untuk mengukur fungsi ginjal The Abbreviated Modifi cation of Diet in Renal Disease (MDRD) mempunyai persamaan untuk mengukur GFR dengan meliputi empat variabel, yaitu kreatinin plasma, usia, jenis kelamin, dan ras. Persamaan MDRD digunakan untuk mengukur estimated glomerular filtration rate (eGFR) 1. Pemeriksaan Kadar Asam Urat Asam urat adalah produk katabolisme asam nukleat purin. Walaupun asam urat difi ltrasi oleh glomerulus dan disekresikan oleh tubulus distal ke dalam urin, sebagian besar asam urat direabsorpsi di tubulus proksimal. Pada kadar yang tinggi, asam urat akan disimpan pada persendian dan jaringan, sehingga menyebabkan infl amasi Peningkatan kadar asam urat plasma ditemukan pada Obat-obatan seperti salisilat dan thiazide meningkatkan kadar asam urat karena menghambat ekskresi dan meningkatkan reabsorpsi asam urat di tubulus proksimal ginjal diet tinggi purin dan alkohol.
pasien dengan kemoterapi yang menderita
penyakit proliferatif : leukemia, limfoma, multiple myeloma, polycythemia. anemia hemolitik atau megaloblastik preeklampsi dan asidosis laktat Hipourisemia ditemukan pada keadaan penyakit hati yang berat, gangguan pada reabsorpsi tubuler seperti yang ditemukan pada sindrom Fanconi. Pemberian kemoterapi dengan azathioprine atau 6-mercaptopurine Pengobatan allopurinol melebihi 300 mg/hari Cystatin C : protein BM rendah, diproduksi oleh sel berinti. difiltrasi oleh glomerulus, direabsorpsi, dan dikatabolisme di tubulus proksimal. diproduksi dalam laju yang konstan, kadarnya stabil pada ginjal normal. Kadar cystatin C tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, usia, dan massa otot. Peningkatan cystatin C dapat memberikan informasi yang lebih awal pada penurunan GFR <60 mL/min/1,73m2. Kadar cystatin C menggambarkan fungsi ginjal. Kadar cystatin C tidak dipengaruhi oleh massa otot, jenis kelamin, usia, ras, obat- obatan, infeksi, diet, ataupun infl amasi. Cystatin C menjadi pilihan parameter yang dapat menilai fungsi ginjal pada kondisi bila pengukuran kreatinin tidak akurat karena adanya gangguan pada metabolisme protein seperti pada sirosis hati, obesitas, dan malnutrisi meta-analisis yang dilakukan oleh Dharnidharka, et al, ditemukan cystatin C lebih baik daripada kreatinin sebagai penanda LFG Cystatin C merupakan penanda yang efektif pada LFG pasien sirosis hati yang melakukan transplantasi hati. Cystatin C serum lebih sensitif (93,4%) dibandingkan kreatinin serum (86,8%) dalam menentukan LFG pada fungsi ginjal normal. Cystatin C menunjukkan peningkatan LFG , pada 88 mL/min/1,73m2, sedangkan kadar kreatinin serum baru meningkat setelah LFG 75 mL/min/1,73m2.2 β2 microglobulin adalah small nonglycosylated peptide ditemukan pada permukaan sel berinti. Kadar β2 microglobulin stabil pada orang normal. Peningkatan kadar β2 microglobulin menunjukkan peningkatan metabolisme seluler yang sering terjadi pada penyakit mieloproliferatif dan limfoproliferatif, inflamasi, dan gagal ginjal. Β2 microglobulin mempunyai ukuran kecil, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus Sekitar 99% β2 microglobulin direabsorpsi oleh tubulus proksimal dan dikatabolisme. Kadar β2 microglobulin serum memberikan informasi gangguan fungsi tubulus pada pasien transplantasi ginjal dan peningkatan kadar β2 microglobulin menunjukkan adanya penolakan organ tersebut. β2 microglobulin merupakan penanda yang lebih efektif dibandingkan kreatinin serum dalam menilai keberhasilan transplantasi ginjal karena β2 microglobulin tidak dipengaruhi oleh massa otot. Mikroalbuminuria : ditemukannya albumin dalam urin 30-300 mg/24 jam. Tanda awal penyakit ginjal penting pada pasien DM yang dicurigai nefropati Pada stadium awal terjadi hipertrofi ginjal, hiperfungsi, dan penebalan dari membran glomerulus dan tubulus. Pada stadium ini belum ada gejala klinis gangguan fungsi ginjal, namun proses glomerulosklerosis terus terjadi 7-10 tahun, berakhir dengan peningkatan permeabilitas glomerulus. Peningkatan permeabilitas menyebabkan albumin lolos dari fi ltrasi glomerulus dan ditemukan pada urin. Fructose polymer inulin dengan berat molekul 5.200 Da merupakan penanda ideal untuk glomerular fi ltration rate. Inulin bersifat inert , dibersihkan secara menyeluruh oleh ginjal. Klirens inulin menggambarkan fungsi filtrasi ginjal karena inulin merupakan zat yang difiltrasi bebas, tidak direabsorpsi, dan tidak disekresikan oleh tubulus ginjal. Pasien berpuasa sebelum pemeriksaan. Cara pemeriksaan : 25 mL inulin 10% diinjeksi IV diikuti pemberian 500 mL inulin 1,5% kecepatan 4 mL/menit. Pemasangan kateter untuk mengumpulkan urin tiap 20 menit sebanyak 3 kali. Beberapa zat berlabel radioisotop telah digunakan untuk menilai GFR pada manusia yaitu [51Cr] EDTA, [125I] Iothalamate, [99Tc] DTPA, [131I]; dalam jumlah sedikit tidak toksik. Kekurangan metode ini adalah terpajan radiasi, biaya mahal, dibutuhkan alat kamera gamma dan tenaga ahli sehingga tidak dapat digunakan secara rutin