Professional Documents
Culture Documents
ANALISA KASUS
KDB
Kelompok 6
Kelompok 6
Anggota Subkelompok :
Lahnil H.O 11700162
Adinta Agustia N.M 11700428
Afdlika Putri Ayu A.M.S 11700440
Erita Ruchania 13700268
Elisa Isdasari 12700522
Rhyco Andrean S.P 11700039
Hasan Basri 10700368
Aan Setiawan 10700269
BENEFICENCE
Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup
kemungkinan ia harus mengobati pasien di malam hari bila ada warga desa yang
membutuhkan pertolongannya.
Demikianlah kegiatan sehari-hari dr.Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun
dr.Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55
tahun. (Rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
Pada suatu hari ada pasien ibu dan anak , setelah dilakukan anamnesa dokter
bagus memberi resep “baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan
oralit untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan
usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai
tugas, saya akan mampir ke rumah ibu untuk melihat kondisi anak ibu”.
(Memberikan obat berkhasiat namun murah, dan Paternalisme
bertanggungjawab)
Non-Malficience
Seorang laki-laki menderita keganasan stadium lanjut.
Sebelumnya pasien tersebut pernah melakukan
pembedahan di rumah sakit, namun keluarga pasien
menghentikan pengobatan. Orangtua pasien bukanlah
orang kaya sehingga tidak mampu membeli obat-obatan
kemoterapeutik (berkaitan dengan pengobatan dengan
obat untuk membunuh sel kanker yang mahal, tetapi
orangtua pasien ini ingin anaknya mendapatkan
pengobatan lebih lanjut. Dokter Bagus menjelaskan
keapada orangtua pasien bahwa kondisi anaknya kurang
baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil.
Dokter Bagus memutuskan untuk memberi obat-obatan
penunjang agar anak tersebut tidak menderita.
Justice
Dokter Rangga adalah dokter umum yang membuka
praktek dirumah,setiap hari pasien yang datang selalu
mengambil nomer urut untuk bisa diperiksa. Suatu hari
dokter Rangga menerima pasien perempuan tua dan
diantar oleh anaknya. Pasien tampak kurus, berjalan
tertatih dan batuk terus menerus. Karena sudah terburu-
buru dokter Rangga tidak melakukan anamnesis dan
langsung memeriksa pasien dengan terlebih dahulu
memasang masker. Ketika anaknya bertanya mengenai
penyakit ibunya, dokter Rangga hanya menyarankan
minum obat secara teratur, dan memberikan resep obat
generik dan meminta si anak untuk bertanya langsung
kepada apoteker untuk cara minumnya. Merasa tidak
dihargai, si anak dan ibunya keluar dari kamar prakter
dengan muka masam dan tanpa mengucapkan salam.
Autonomi
Dokter B adalah seorang dokter umum yang praktek di salah satu klinik swasta
di daerah Sidoarjo. Dokter B dikenal ringan tangan dan sabar dalam mengobati
pasien pasiennya, Ia tak segan mengobati saat pasien yang datang adalah orang
yang tidak mampu., Ia akan memberi obat secara cuma – cuma pada pasien
tersebut.
Suatu hari dr. B mendapat seorang pasien wanita usianya 22 tahun. Pasien
tersebut datang seorang diri ke tempat praktek dr. B. Dokter B memberi isyarat
pada perawat untuk mendampingi wanita tersebut selama proses pemeriksaan.
Sebelumnya dr. B telah berpesan pada perawatnya jika ada pasien wanita dan
datang sendiri perawat diminta untuk ikut masuk ke ruang pemeriksaan.
Saat anamnesa wanita tersebut terlihat canggung dan cenderung berputar putar
dalam menjawab pertanyaan dari dokter B. Akhirnya dokter B meminta
perawatnya untuk menunggu di luar ruang periksa sebentar selama proses
anamnesa. Kemudian barulah wanita tersebut terlihat agak sedikit nyaman.
Dokter B kembali menanyakan keluhan wanita tersebut. Dan akhirnya wanita
tersebut berkata bahwa ada masalah dengan siklus menstruasinya. Sudah 2
bulan terakhir ini ia tidak mendapatkan menstruasi ditambah lagi ada perasaan
tidak nyaman di perut bagian bawah dan tak jarang nyeri seperti pada saat
mendapat menstruasi (dismenorhea).
Dokter B terus melakukan proses anamnesa, diketahui bahwa wanita tersebut
telah pernah melakukan hubungan seks dengan kekasihnya, akan tetapi dia
tidak mau menjawab sejak kapan melakukan hubungan itu dan seberapa
sering.
Dari hasil anamnesa tersebut dokter B mencurigai adanya kehamilan akan
tetapi dokter juga memperkirakan adanya resiko CA pada servix nya. Dokter B
memberikan inform concent tentang dugaan penyakitnya, tindakan dan
langkah pemeriksaan yang akan dilakukan dan kemungkinan pengobatan serta
resikonya nanti. Karena dokter B perlu melakukan pemeriksaan dalam, ia
memberikan wanita tersebut kesempatan untuk berfikir sejenak mengingat
status wanita tersebut yang single yang otomatis akan mempengaruhi
kenyamanan saat pemeriksaan dalam.
Wanitatersebut akhirnya menandatangani lembar inform concent setelah
mendengar penjelasan dari dokter.
Prima Facei