You are on page 1of 15

FARINGITIS

Faringitis
 Infeksi akut pada faring (orofaring dan nasofaring)
 Merah, radang dan bengkak pada daerah faring.
Sering diikuti dengan tonsiling
Etiologi
 Non infeksius
1. Faktor fisika kimia : merokok, berteriak, mengorok, tracheal intubation (tindakan
medis berupa memasukkan tabung endotakreal melalui mulut atau hidung untuk
menghubungkan udara luar dengan kedua paru), obat dan concomitant illness
(penyakit bersamaan).
2. Faktor lingkungan : polutan udara, suhu panas dan kering, dan zat yang
bersifat iritan

 Infeksius
1. Virus  terjadi pada 90% kasus
2. Bakteri  terjadi pada 15-30% kasus pada anak-anak dan 5-10% kasus
pada dewasa
Bakteri paling banyak penyebab faringitis yaitu GABHS (Group A beta-
hemolytic streptococci) ex : Streptococcus pyogenes
3. Jamur
Bakteri Virus
Onset cepat Conjunctivitis (conjungtiva tersumbat)
Umur 5-15 tahun Coryza (mata memerah)
Panas : > 38˚C Batuk
Sakit kepala Diare
Mual, muntah, nyeri abdomen Suara serak
Tonsillopharyngeal inflammation Discrete ulcerative stomatitis (radang
(peradangan pada tonsil) mulut  mulut yang merah, bengkak
dengan rasa sakit atau sebagai ulkus
diskrit)
Patchy tonsillopharyngeal exudates Viral exanthema (virus exanthema) ex
(creamy white exudate pada tonsil) :rubella, roseola, measles, erythrma
infectious
Palatal petechiae (bintik-bintik merah
dilangit-langit)
Tender anterior cervical adenopathy
(adenopati/nodul pada cervical,leher
bagian anterior)
Riwayat terpapar strep pharyngitis
(faringitis akibat streptokokus)
Scarlatiniform rash (adanya ruam-ruam)
Gejala klinis
 Secara umum :
1. Sakit tenggorokan dengan onset cepat
2. Demam yang hilang dalam 3 hingga 5 hari
3. Tanda-tanda dan gejala klinis serupa untuk
penyebab bakteri virus dan nonstreptokokus.
Gejala klinis
 Karena infeksi GABHS (infeksi bakteri S. Pyogenes) :

1. Sakit tenggorokan
2. Nyeri saat menelan
3. Demam
4. Sakit kepala, mual, muntah, dan sakit perut (terutama pada anak-anak)
5. Eritema / radang amandel dan faring dengan atau tanpa eksudat
merata
6. Pembesaran kelenjar getah bening yang lunak
7. Uvula bengkak merah, petechiae pada langit-langit lunak, dan ruam
scarlatiniform
8. Beberapa gejala yang tidak menunjukkan grup A Streptococcus adalah
batuk, konjungtivitis, dan coryza.
Untuk diagnosis
 Swab tenggorokan untuk :
A) RADT (Rapid antigen detection test)
B) Kultur
Scoring
a) Langkah 1  tentukan total skor pasien berdasarkan kriteria berikut
ini :

Kriteria Skor

Suhu > 38˚C 1

Tidak ada batuk 1

Tender anterior cervical adenopathy 1

Tonsillar swelling atau exudate 1

Umur 3-14 tahun 1

Umur 15-44 tahun 0

Umur ≥ 45 tahun -1
b) Langkah 2  pilih manajemen terapi yang sesuai
dengan total skor pasien
Skor Tingkat terjadinya infeksi Rekomendasi manajemen
(%)
0 2-3 Tidak perlu kultur atau
antibiotika
1 4-6

2 10-12 Perlu kultur, terapi


antibiotika hanya jika kultur
3 27-28 positif
4 38-63 Perlu kultur, berikan
antibiotik empiris (jika
pasien panas atau klinis tidk
baik dan menunjukkan
gejala penyakit)
Antibiotik untuk faringitis karena
steptococcus grup A (GABHS)
Obat, rute Dosis Durasi/jumlah Evidence

TIDAK ALERGI PENISILIN

Penisilin V, oral Anak : 250 mg 2-3x 10 hari Strong, high


sehari
Remaja & Dewasa :
250 mg 4x sehari
atau 500 mg 2x
sehari
Amoksisilin, oral 50mg/kg 1x sehari 10 hari Strong, high
(max = 1000 mg)
Alternatif : 25
mg/kg 2x sehari
(max= 500 mg)
Benzathine penisilin < 27kg: 600.000 U 1 dosis Strong, high
G, intramuscular 27 kg : 1.200.000 U
Obat, rute Dosis Durasi/jumlah Evidence
ALERGI PADA PENISILIN
Cephalexin, oral (a) 20 mg/kg/dosis 2x 10 hari Strong, high
sehari (max =500
mg/dosis)
Cefadroxil, oral (a) 30 mg/kg 1x sehari 10 hari Strong, high
(max=1g)
Clindamycin, oral 7 mg/kg/dosis 3x 10 hari Strong, moderate
sehari (max =
300mg/dose)
Azithromycin, oral 12 mg/kg 1x sehari 5 hari Strong, moderate
(b) (max= 500 mg)
Clarithromycin, oral 7,5 mg/kg/dosis 2x 10 hari Strong, moderate
(b) sehari (max= 250
mg/dose)

Dimana (a) : hindari pada individu dengan hipersensitivitas langsung terhadap penisilin
(b) : resistensi GAS untuk agen-agen ini terkenal dan bervariasi secara geografis&temporal
Literatur lain
menurut
kemkes
Jika terapi
faringitis
gagal
Terapi tambahan
 Analgesik, antipiretik
Ex : asetaminofen (NSAID), Parasetamol atau ibuprofen
1. Untuk pengobatan dengan gejala sedang-berat
2. Kontrol demam tinggi terkait dengan faringitis karna
GABHS
3. Evidence asetaminofen : strong, high
4. Aspirin sebaiknya dihindari untuk anak-anak karena
merupakan resiko dari Reye sindrom (kondisi yang
jarang terjadi namun fatal yang dapat menyebabkan
kebingungan, pembengkakan di otak dan kerusakan
hati)  evidence : strong, moderate
 Terapi tambahan dengan kortikosteroid tidak
disarankan (evidence :weak, moderate)  karena
penggunaan kortikosteroid bisa membuat durasi
sakitnya lebih lama karena sistem imun rendah,
walaupun pemberian kortikosteroid ini dapat
membuat bengkaknya hilang.

You might also like