Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 5
Deni Kristin M D032171012
Nurlaely Ramdani Kamaruddin D032171015
Nurhikma Arifin D032171016
Muhammad Taufiq Hidayat D032171017
INDUKSI MATEMATIS
DEFENISI REKURSIF
ALGORITMA REKURSIF
VS
ALGORITMA ITERASI
INDUKSI MATEMATIS
Sebuah bukti implisit dengan induksi matematika untuk urutan aritmatika diperkenalkan dalam al-Fakhri
yang ditulis oleh al-Karaji sekitar 1000 M. Tetapi tidak satupun ahli matematika kuno yang dapat
membuktikan induksi matematika secara eksplisit. Barulah pada tahun 1665 ilmuwan Prancis yang
bernama Blaise Pascal dapat membuktikannya secara eksplisit. Pada akhir abad ke-19 ilmu induksi
matematika diperbarui kembali oleh dua orang matematikawan yang bernama Richard Dedekind dan
Guiseppe Peano. Dedekind mengembangkan sekumpulan aksioma yang menggambarkan bilangan bulat
positif. Peano memperbaiki aksioma tersebut dan memberikan interpretasi logis. Keseluruhan aksioma
tersebut dinamakan Postulat Peano.
DEFINISI INDUKSI MATEMATIS
Langkah Induksi
• Langkah induksi harus memperlihatkan bahwa p(n) p(n+1) benar
untuk semua bilangan bulat positif.
Note: Dalam induksi matematis kita tidak mengasumsikan bahwa p(n) benar
untuk semua bilangan bulat positif. Tapi kita hanya memperlihatkan
jika diasumsikan p(n) benar, maka p(n+1) juga benar untuk setiap n
positif.
Contoh Soal Induksi Sederhana
Contoh 1
𝒏 (𝒏 + 𝟏)
Buktikan n ≥ 1 , 1 + 2 + 3 + … + n = melalui induksi matematika
2
(1) Basis Induksi
P(1) benar, karena untuk n = 1 kita peroleh
𝒏 (𝒏 + 𝟏)
p(n) =
2
𝟏 (𝟏 + 𝟏)
p(1) =
2
𝟏(𝟐)
=
2
=1 Langkah (1) terbukti benar
(2) Langkah Induksi
Diasumsikan p(n) benar,
𝒏 (𝒏 + 𝟏)
1+2+3+…+n =
2
Maka, kita harus menunjukkan bahwa p(n+1) juga benar, yaitu
𝒏+𝟏 [(𝒏+𝟏) + 𝟏]
1+2+3+…+n+(n+1) =
2 Langkah (2) terbukti benar
Untuk membuktikan ini, tunjukkan bahwa
1+2+3+…+n+(n+1) = (1+2+3+…+n) + (n+1)
[𝒏(𝒏+𝟏]
= + (n+1)
2
(n2 + n)
= + (n+1)
2
(n2 + n) (2n+ 2)
= +
2 2
2
(n + 3n+2)
=
2 Karena langkah (1) dan (2) telah dibuktikan benar, maka
(n+1)(n+2) untuk semua bilangan bulat positif n, terbukti bahwa untuk
= 𝒏+𝟏 [(𝒏+𝟏) + 𝟏]
2 semua (n≥1), 1+2+3+…+n+(n+1) =
2
𝒏+𝟏 [(𝒏+𝟏) + 𝟏]
=
2
Contoh 2
Untuk semua 𝐧 ≥ 𝟏, buktikan dengan induksi matematis bahwa n3 + 2n
adalah kelipatan 3.
Diasumsikan p(n) benar, yaitu p(n3 + 2n) adalah kelipatan 3 diasumsikan benar.
Kita harus menunjukkan bahwa p(n+1) juga benar, yaitu
(n+1)3 + 2(n+1) adalah kelipatan 3
Hal ini dapat kita ditunjukkan sebagai berikut:
(n+1)3 + 2(n+1) = (n3 + 3n2 + 3n + 1) + (2n +2)
= (n3 + 2n) + (3n2 + 3n + 3)
= (n3 + 2n) + 3(n2 + n + 1)
Karena (n3 +2n) adalah kelipatan 3 (dari hipotesis induksi) dan 3(n3 + n +1) juga
kelipatn 3, maka (n3 + 2n) + 3(n2 + n + 1) adalah jumlah dua buah bilangan
kelipatan 3; karena itu (n3 + 2n) + 3(n2 + n + 1) juga kelipatan 3. Jadi, untuk
𝐧≥𝟏, n3 +2n adalah kelipatan 3.
PRINSIP INDUKSI DIRAMPATKAN
Misal p(n) adalah pernyataan. Kita akan buktikan p(n) benar untuk semua
bilangan bulat n≥n0.
1. Basis Induksi : p(𝐧𝟎 ) benar.
Hipotesa Induksi : Andaikan p(n) benar untuk n ≥ 𝒏𝟎 .
2. Langkah Induksi : Akan dibuktikan bahwa p(n+1) benar.
Contoh soal Induksi Dirampatkan INDUKSI MATEMATIS
Untuk semua bilangan bulat tidak negatif n, buktikan dengan induksi matematika bahwa
20+ 21 + 22+…+ 2n = 2n +1 – 1
(1) Basis Induksi (2) Langkah Induksi
Basis induksi : p(0) benar, karena Kita harus menunjukkan bahwa p(n+1)
untuk n = 0 (bilangan bulat tidak juga benar, yaitu:
negatif pertama), kita peroleh :
20+ 21 + 22+…+ 2n = 2n +1 – 1
20 = 20+1 – 1
20+ 21 + 22+…+ 2n +2n+1= 2[(n+1) +1] – 1
1 = 21 – 1
20+ 21 + 22+…+ 2n +2n+1= 20+ 21 + 22+…+ 2n ) + 2(n+1)
=2–1
= (2(n +1) – 1) + 2(n+1)
=1
= 2(n +1) + 2(n+1) – 1
Karena langkah (1) dan (2) keduanya telah diperlihatkan benar,
maka semua bilangan bulat tidak negative n, terbukti bahwa = (2.2n+1) – 1
20+ 21 + 22+…+ 2n = 2n +1 – 1 = 2[(n+1)+1] – 1
PRINSIP INDUKSI KUAT
Misalkan p(n) adalah suatu pernyataan yang menyangkut bilangan bulat. Kita
akan buktikan bahwa p(n) adalah benar untuk semua bilangan bulat n ≥ 𝒏𝟎 .
Langkah Induksi :
1. Basis Induksi : p(𝒏𝟎 ) benar
Hipotesa Induksi : Andaikan utnuk semua bilangn bulat n ≥ 𝒏𝟎 ,
p(𝒏𝟎 ), p(𝒏𝟎 + 1), . . . ,p(n) benar.
2. Langkah Induksi : Akan dibuktikan bahwa p(n+1) benar.
Contoh Soal Induksi Kuat
Tunjukan bahwa bilangan bulat positif adalah bilangan prima jika hanya jika habis
dibagi 1 dan dirinya sendiri.
Penyelesaian:
Kita akan buktikan bahwa untuk setiap bilangan bulat n ≥ 2, dapat dinyatakan sebagai
hasil kali satu atau lebih bilangan prima.
Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan benar, maka terbukti bahwa setiap bilangan
bulat positif n ≥ 2 dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
Sebagai contoh,
0! = 1
1! = 1
2! = 1 x 2
3! = 1 x 2 x 3
4! = 1 x 2 x 3 x 4
Jika kita misalkan f(n)=n!, maka fungsi faktorial di atas dapat juga ditulis
sebagai
1 ,n = 0
f(n) = ቊ
𝑛x𝑓 n − 1 ,n > 0
1. Basis
• Bagian yang berisi nilai fungsi yang terdefinisi secara eksplisit.
• Bagian ini juga sekaligus menghentikan rekursif (dan memberikan
sebuah nilai yang terdefinisi pada fungsi rekursif).
2. Rekurens
• Bagian ini mendefinisikan fungsi dalam terminologi dirinya
sendiri.
• Berisi kaidah untuk menemukan nilai fungsi pada suatu input
dari nilai-nilai lainnya pada input yang lebih kecil
Contoh Sederhana Rekursif
• Contoh sederhana dari proses rekrusif adalah menghitung nilai faktorial
• Nilai faktorial secara rekursif dapat ditulis sebagai
0!=1
n ! = n x (n-1) !
yang secara pemrograman dapat ditulis sebagai:
Faktorial(0) = 1 (1)
Faktorial(n) = n*Faktorial(n-1) (2)
Persamaan (1) tidak bersifat rekursif, disebut nilai awal atau basis. Setiap fungsi
rekursif paling sedikit mempunyai satu nilai awal, jika tidak fungsi tersebut tidak
bisa dihitung secara eksplisit.
Persamaan (2) di atas adalah contoh hubungan rekurens (recurrence relation), yang
berarti bahwa nilai suatu fungsi dengan argumen tertentu bisa dihitung dari fungsi
yang sama dengan argumen yang lebih kecil.
Contoh 1
Misalkan f didefinsikan secara rekursif sebagai berikut:
𝟑 ,𝐧 = 𝟎
f(n) = ቊ
𝟐𝐟 𝐧 − 𝟏 + 𝟒 ,𝐧 > 𝟎
Solusi 1: Solusi 2:
f(n) = 2f(n – 1) + 4 f(0) = 3
f(4) = 2f(4 – 1) + 4 f(1) = 2f(0) + 4 = 2 3 + 4 = 10
= 2f(3) + 4 f(2) = 2f(1) + 4 = 2 10 + 4 = 24
= 2(2f(2) + 4) + 4 f(3) = 2f(2) + 4 = 2 24 + 4 = 52
= 2(2(2f(1) + 4) + 4) + 4 f(4) = 2f(3) + 4 = 2 52 + 4 = 108
= 2(2(2(2f(0) + 4) + 4) + 4) + 4
= 2(2(2(23 + 4) + 4) + 4) + 4 Jadi, f(4) = 108.
= 2(2(2(10) + 4) + 4) + 4
= 2(2(24) + 4) + 4
= 2(52) + 4
= 108
Contoh 2 ALGORITMA REKURSIF
VS
Nyatakan n! dalam definisi rekursif ALGORITMA ITERASI
Solusi:
n! 1 2 3 ... (n 1) n (n 1)! n
( n 1)!
Misalkan f(n) = n!, maka 1 ,n 0
n!
n (n 1)! , n 0
Menghitung 5! secara rekursif adalah:
Solusi 1: Solusi 2:
n! = n . (n – 1)! f(0) = 1
5! = 5 . (5 – 1)! f(1) = 1f(0) = 1 1 = 1
= 5 4! f(2) = 2f(1) = 2 1 = 2
= 5 4 3! f(3) = 3f(2) = 3 2 = 6
= 5 4 3 2! f(4) = 4f(3) = 4 6 = 24
= 5 4 3 2 1! f(5) = 5f(4) = 5 24= 120
= 5 4 3 2 1 0!
=543211 Jadi, f(5) = 120.
= 120
ALGORITMA REKURSIF
VS
ALGORITMA ITERASI
SELESAI
TERIMA KASIH