You are on page 1of 35

KELOMPOK 1

PERPAJAKAN II
AUFARRAMDHANI HILMAN BARLIAN 1302171259
GANES YUDHA DWIYAN PRAKASA 1302171320
MUHAMMAD HUDA AHANTA 1302171404
MUHAMMAD MAULIZAR 1302171413
RIZKY JULIYANTO 1302171459

4-08
SUBJEK PPh SECARA UMUM
-Orang Pribadi
-Warisan Yang Belum Terbagi
-Badan
-Bentuk Usaha Tetap
Pajak Penghasilan
Hal ini menggambarkan
adalah pajak subyektif.
bahwa penentuan
Pengklasifikasian ini
subyek pajak menjadi
didasarkan pada Jadi pertanyaan yang
hal yang sangat penting
karakteristik pajak harus dimunculkan
untuk dapat
penghasilan yang pertama kali adalah:
menetapkan bagaimana
menekankan pada Siapa subyeknya?
pajak penghasilan
kondisi subyeknya. Baru
dtentukan dan dihitung
kemudian dicari
besarannya.
obyeknya.
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal
Orang Pribadi
atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan


merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka
yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum
terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar
pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan
tersebut tetap dapat dilaksanakan. (PMK 147/PMK.03/2017)
Subjek Warisan yang belum
PPh terbagi Contoh:
Randy Jatnika adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
memiliki usaha berupa 2 unit SPBU dan 4 unit rumah
kontrakan. Randy Jatnika menikah dan mempunyai 2 orang
anak kandung, yaitu Catur Krishnawardana dan Candra
Sugiarto.Pada tanggal 23 Agustus 2011, Randy Jatnika
meninggal dunia, dan warisan belum dibagi kepada para ahli
waris.
Warisan yang belum terbagi berupa 2 unit SPBU dan 4 unit
rumah kontrakan tersebut ditunjuk sebagai subjek pajak
pengganti Randy Jatnika, sehingga pengenaan PPh atas
penghasilan yang berasal dari usaha SPBU dan rumah
kontrakan tetap dapat dilaksanakan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik Negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah
Badan (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk
badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
Subjek berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
PPh dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Perluasan Pengertian BUT dalam UU PPh meliputi: Gudang, Ruang


untuk promosi dan penjualan; dan Peralatan otomasis (Dedicated server)
untuk kegiatan usaha melalui internet

Bentuk Usaha Tetap Alasan Perubahan:


Memperluas hak pemajakan dengan menegaskan gudang dan ruang
untuk promosi dan penjualan yang dipergunakan oleh WP luar negeri
sebagai BUT;Untuk menampung/ mengantisipasi perkembangan
perdagangan secara on-line (e-commerce)

BUT merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya


dipersamakan dengan subjek pajak BADAN
SUBJEK PPh ORANG PRIBADI
-Subjek PPh Orang Pribadi Dalam Negeri
-Subjek PPh Orang Pribadi Luar Negeri
Pasal 2 UU PPh OP Dalam Negeri

1. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,


2. orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
3. atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
Subjek Pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia
Orang Pribadi

OP Luar Negeri

• menjalankan usaha atau melakukan


kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
1. orang pribadi yang tidak Indonesia,
bertempat tinggal di 3. Yang atau
Indonesia, : • dapat menerima atau memperoleh
2. orang pribadi yang berada di penghasilan dari Indonesia tidak dari
Indonesia tidak lebih dari 183 menjalankan usaha atau melakukan
hari dalam jangka waktu 12 kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
bulan, Indonesia.
PER-43/PJ/2011

Bertempat Tinggal di  Berdiam, bersifat tidak sementara dan


Indonesia bukan sebagai persinggahan(permanent
dwelling place),
 melakukan kegiatan sehari-hari atau
mempunyai tempat tinggal (place menjalankan kebiasaanya (ordinary
of residence) di Indonesia yang course of life),
digunakan oleh orang pribadi
sebagai tempat untuk:  tempat menjalankan kebiasaan (place of
habitual abode),

mempunyai tempat domisili (place of


domicile) di Indonesia, yaitu orang
pribadi yang dilahirkan di Indonesia
yang masih berada di Indonesia.
PER-43/PJ/2011
Niat bertempat tinggal di
Indonesia
a. Visa bekerja,
b. Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS),
> 183 hari atau kontrak/perjanjian untuk
menunjukkan niatnya secara tegas : melakukan pekerjaan,usaha, atau
kegiatan yang dilakukan di Indonesia
selama > 183 hari.

a. menyewa tempat tinggal,


melakukan tindakan yang menunjukkan bahwa b. memindahkan anggota keluarga atau
dirinya akan atau bersiap bertempat tinggal di c. memperoleh tempat yang disediakan
Indonesia. oleh pihak lain.
Ketentuan tambahan : PER-43/PJ/2011

Orang pribadi DN yang bertempat tinggal di Indonesia yang kemudian pergi keluar negeri tetap dianggap bertempat
tinggal di Indonesia, apabila keberadaannya di luar negeri berpindah-pindah dan berada di Indonesia lebih dari 183
dalam jangka waktu 12 bulan.

1. Green Card,
OP WNI yang ada di luar negeri dianggap 2. identity card,
tidak bertempat tinggal diIndonesia 3. student card,
apabila bertempat tinggal tetap di luar 4. pengesahan alamat di luar negeri pada
negeri yang dibuktikan dengan : paspor oleh Kantor Perwakilan Republik
Indonesia diluar negeri,
5. surat keterangan dari Kedutaan Besar
OP WNI yang bekerja di luar negeri > 183 Republik Indonesia atau Kantor Perwakilan
hari dalam jangka waktu 12 bulan Republik Indonesia di luar negeri, atau
merupakan subjek pajak luar negeri, 6. tertulis resmi di paspor oleh Kantor Imigrasi
dibuktikan dengan: negara setempat.
Perbedaan Utama
No Perbedaan WP DN WP LN

1 Objek Pajak penghasilan baik yang diterima atau penghasilan yang berasal dari
diperoleh dari Indonesia dan dari luar sumber penghasilan di Indonesia
Indonesia
2 Tarif Dikenai pajak berdasarkan Dikenai pajak berdasarkan
penghasilan netto dengan tarif umum. penghasilan bruto dengan tarif
pajak sepadan.
3 Kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan tidak wajib menyampaikan Surat
Pelaporan Tahunan sebagai sarana untuk Pemberitahuan Tahunan, karena
menetapkan Pajak yang terutang kewajiban pajaknya dipenuhi
dalam suatu tahun pajak melalui pemotongan pajak yang
bersifat final
NON SUBJEK PPh OP SERTA SAAT
TIMBUL DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
UU PPh Pasal 3

Non Subjek PPh Orang Pribadi

Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan


konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
kepada mereka yang bekerja pada dan
internasional yang ditetapkan oleh Menteri
bertempat tinggal bersama-sama mereka,
Keuangan dengan syarat:
dengan syarat :
1. Bukan warga negara Indonesia
1. Bukan warga negara Indonesia.
2. Tidak menjalankan usaha atau melakukan
2. Di Indonesia tidak menerima atau
kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya
penghasilan di Indonesia.
di Indonesia
3. Negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik
Contoh 1 : Iskandar merupakan duta
besar Negara Iran di Indonesia, dia
juga bekerja sebagai dosen, maka
atas penghasilannya sebagai dosen
Apabila pejabat-pejabat perwakilan tersebut dikenakan pajak, dan
diplomatik atau perwakilan organisasi Iskandar merupakan subjek pajak.
internasional dan konsulat atau
pejabat-pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama
mereka tersebut tidak memenuhi syarat
yang disebutkan, maka orang tersebut Contoh 2 : Ahmad adalah seorang
merupakan subjek pajak. WNI yang bekerja sebagai satpam di
kedutaan besar Islandia, dan Ahmad
digaji langsung dari kedutaan besar
Islandia. Maka Ahmad melakukan
kewajiban perpajakannya sendiri.
UU PPh Pasal
2A

Timbul dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Bagi Orang Pribadi


No Subjek Pajak Dalam Negeri Kewajiban Pajak Subjektif
Saat Timbul Saat Berakhir
1 Orang pribadi yang bertempat tinggadi Pada saat lahir di
Indonesia. Indonesia.
2 Orang pribadi yang berada di Indonesia Sejak hari pertama Meninggal dunia atau
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 berada di Indonesia. meninggalkan
bulan. Indonesia untuk
selama-lamanya
3 Orang pribadi yang dalam suatu tahun Berniat untuk bertempat
pajak berada di Indonesia dan mempunyai tinggal di Indonesia.
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

Pengertian meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya harus dikaitkan dengan hal-hal yang nyata
pada saat orang pribadi tersebut meninggalkan Indonesia. Apabila pada saat ia meninggalkan
Indonesia terdapat bukti-bukti yang nyata mengenai niatnya untuk meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya, maka pada saat itu ia tidak lagi menjadi Subjek Pajak dalam negeri.
UU PPh Pasal
2A

Timbul dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Bagi Orang Pribadi

No Subjek Pajak Luar Negeri Kewajiban Pajak Subjektif


Saat Timbul Saat Berakhir
1 Orang pribadi yang tidak Pada saat orang pribadi tersebut Pada saat tidak lagi
bertempat tinggal di menjalankan usaha atau menjalankan usaha atau
Indonesia. melakukan kegiatan melalui BUT melakukan kegiatan melalui
2 Orang pribadi yang berada ATAU BUT
di Indonesia tidak lebih dari Pada saat orang pribadi atau ATAU
183 hari dalam jangka badan tersebut menerima atau Pada saat tidak lagi menerima
waktu 12 bulan. memperoleh penghasilan dari atau memperoleh
Indonesia penghasilan dari Indonesia
Apabila kewajiban pajak subyektif orang pribadi yang bertempat tinggal atau yang
berada di Indonesia hanya meliputi sebagian dari tahun pajak, maka bagian tahun pajak
tersebut menggantikan tahun pajak.

Contoh:
Andi orang pribadi yang merupakan subjek pajak dan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya untuk tinggal di luar negeri pada pertengahan tahun pajak. Jangka waktu
yang kurang dari satu tahun pajak tersebut dinamakan bagian tahun pajak yang
menggantikan tahun pajak.
SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI
-1770 SS
-1770S
-1770
Form SPT 1770-SS
Digunakan untuk :
1. Mempunyai penghasilan selain dari
usaha dan/atau pekerjaan bebas
2. Jumlah penghasilan bruto tidak
lebih dari Rp 60.000.000 setahun

Pengecualian:
Suami-istri yang mempunyai
penghasilan dari selain usaha
dan/atau pekerjaan bebas dengan
jumlah penghasilan bruto tidak lebih
dari Rp 60.000.000 setahun, namun
memiliki status perpajakan Pisah
Harta dan Penghasilan (PH) atau
Manajemen Terpisah (MT) wajib
menggunakan formulir SPT 1770S
Form SPT 1770-S

Digunakan untuk wajib pajak yang meiliki


penghasilan:
1. Penghasilan bruto dalam setahun sama
dengan atau lebih dari Rp 60.000.000
2. Dari satu atau lebih pemberi kerja
3. Dalam negeri lainnya, dan/atau
4. Yang dikenakan PPh final dan/atau
bersifat final
Form SPT 1770
Form SPT 1770 digunakan untuk :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan dari
satu atau lebih pemberi kerja
3. Wajib Pajak memperoleh Penghasilan lain
yang dikenakan PPh Final dan/atau bersifat
Final, dan/atau
4. Wajib Pajak memperoleh Penghasilan dalam
negeri lainnya/luar negeri

Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan


oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian
khusus sebagai usaha untuk memperoleh
penghasilan yang tidak terikat oleh suatu
hubungan kerja, contoh: pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris.
• Penghasilan dari
Kepala seluruh anggota
keluarga wajib pajak
Keluarga (KK) digabungkan sebagai
satu kesatuan

• Suami istri yang hidup


Hidup berpisah karena
Berpisah (HB) keputusan
hakim/bercerai

Pisah Harta • Suami istri tidak


dan bercerai akan tetapi
melakukan perjanjian
Penghasilan pemisahan harta dan
(PH) penghasilan

• Suami istri yang tidak


bercerai akan tetapi istri
Manajemen menghendaki/memilih untuk
Terpisah (MT) melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya
secraa terpisah
Isikan dengan
Isi dengan nomor NPWP dan tahun pajak dari
Nama yang tercantum dalam penghasilan
Kartu NPWP Jika SPT merupakan SPT yang ingin
pembetulan maka beri dilaporkan
tanda silang pada kotak
tersebut dan isi keterangan
pembetulan
Isi dengan nomor NPWP dan Isikan dengan
Nama yang tercantum dalam tahun pajak dari
Kartu NPWP penghasilan
Jika SPT merupakan SPT yang ingin
pembetulan maka beri dilaporkan
Isikan dengan pekerjaan tanda silang pada kotak
yang dilakukan, No telepon tersebut dan isi keterangan
dan status kewajiban pembetulan
perpajakan
Akan
dibahas
selanjut
nya

Jika SPT merupakan SPT


Isi dengan nomor NPWP dan pembetulan maka beri
Nama yang tercantum dalam Isikan dengan tahun
tanda silang pada kotak pajak dari penghasilan
Kartu NPWP tersebut dan isi keterangan yang ingin dilaporkan
pembetulan
Isikan dengan pekerjaan contoh pengisian kolom
yang dilakukan, No telepon bulan dan tahun sebagai
dan status kewajiban berikut
perpajakan 0117 s.d. 1217
 Bentuk, Ukuran, dan Spesifikasi Form SPT 1770S dan 1770 sesuai SE-04/PJ.014/2008 tanggal 04 Agustus
2008 sebagai berikut :
Formulir SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi (SPT 1770S dan 1770S)
Bentuk Cetakan : Formulir
Bahan : Kertas HVS 70 gram
Kertas Samsonkraft 80 gr
Kertas Strawboard C-125
Ukuran formulir : 21 X 33 cm (Folio/F4)

 Bentuk, Ukuran, dan Spesifikasi Form SPT 1770-S sesuai SE-04/PJ.014/2008 tanggal 04 Agustus 2008 sebagai
berikut :
Formulir SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Sangat Sederhana (SPT 1770 SS)
Bentuk Cetakan : Formulir
Bahan : Kertas HVS 70 gram
Ukuran formulir : 21 X 29,7 cm (A4)

Tetapi dengan berlakunya formulir 1770SS tahun 2014,maka ukuran formulirnya berubah menjadi 21 X 33 cm
(Folio/F4)
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
-Pengertian
-Yang Wajib melaksanakan pembukuan & pencatatan
-Ketentuan mengenai pembukuan & pencatatan
-Sanksi berkaitan tentang pembukuan & pencatatan
1. Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut (Ps 1 Ayat 29 UU KUP)
Kewajiban menyelenggarakan Sedikit berbeda dengan Standar Akuntansi Keuangan,
pembukuan atau pencatatan laporan keuangan menurut Undang-undang Ketentuan Umum
melekat bagi setiap Wajib Pajak dan Tata Cara Perpajakan cukup berupa neraca dan laporan
yang telah mendaftarkan diri. laba rugi.
Tujuan dilakukan pembukuan atau
pencatatan adalah untuk
mendapatkan informasi yang benar
dan lengkap tentang penghasilan 2. Pencatatan
Wajib Pajak sehingga dapat Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara
dihitung pajak yang terutang. teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final. (Ps 28 Ayat 9
UU KUP)
YANG WAJIB MELAKSANAKAN PEMBUKUAN & PENCATATAN
1. Pembukuan
a. Wajib Pajak badan; Namun terdapat pengecualian, yaitu bagi Wajib
b. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
(Ps 28 Ayat 1 UU KUP) dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas tersebut dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib
melakukan pencatatan. (Ps 28 ayat 2 UU KUP)
YANG WAJIB MELAKSANAKAN PEMBUKUAN & PENCATATAN
2. PENCATATAN
a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (Lihat Pasal 14 Ayat 2 UU PPh); dan
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
(Pasal 28 Ayat 2 UU KUP)
Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas
meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan
penerimaan penghasilan lainnya, sedangkan
bagi mereka yang semata-mata menerima
penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan
bebas, pencatatannya hanya mengenai
penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan
neto yang merupakan objek Pajak Penghasilan.
KETENTUAN Pembukuan harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
MENGENAI
PEMBUKUAN Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
& angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing
PENCATATAN yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. (lebih lanjut lihat PMK 196/PMK.03/2007 sttd PMK
1/PMK.03/2015)

Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
PEMBUKUAN
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan
oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain termasuk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi on-line
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal
Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak.
2. Pencatatan
Pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sebenarnya.

Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan
huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia

Pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara kronologis.

pencatatan harus dapat menggambarkan antara lain:

• 1) Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau diperoleh;
• 2) Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.

Bagi Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha, pencatatan harus dapat
menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.

Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan selama 10 (sepuluh) tahun.
SANKSI BERKAITAN TENTANG PEMBUKUAN & PENCATATAN
1. Administrasi
50% (lima puluh persen) dari Pajak
Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar
dalam satu Tahun Pajak;
Sanksi administrasi berkaitan dengan tidak
dipenuhinya kewajiban menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan terdapat dalam Pasal 13
ayat (1) dan ayat (3) Undang-undang Ketentuan 100% (seratus persen) dari Pajak
Umum dan Tata Cara Perpajakan, bahwa apabila Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong,
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
atau Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga tidak dapat disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi
diketahui besarnya pajak yang terutang maka atas tidak atau kurang disetor; atau
kekurangan pembayaran pajak tersebut ditagih
dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar: 100% (seratus persen) dari Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
tidak atau kurang dibayar.
2. Pidana
memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen
lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau
tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di
Sanksi pidana berkaitan dengan tidak dipenuhinya Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak
kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
pencatatan terdapat dalam Pasal 39 ayat (1) huruf f,
huruf g, dan huruf h serta ayat (2) Undang-undang tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, bahwa menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
setiap orang yang dengan sengaja: dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau
diselenggarakan secara program aplikasi on- line di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(11),

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat
6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pidana tersebut ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi
tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.
TERIMA KASIH

You might also like