You are on page 1of 22

Sejarah & Peran Epidemiologi Dalam

Evidence Based Decision Making


Process (Promotive-Preventive-Curative)

Oleh:
dr. I Nyoman Kandun, MPH.

Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Epidemiologi III


Bogor, 15 – 16 Maret 2014 1
Epidemiology
► Akar kata:
 Epi: upon, pada
 Demos: people, penduduk
 Logos: knowledge, pengetahuan

► Definisi:
 The study of the distribution and determinants of disease
and injuries in human populations (Mausner & Bahn,
1974)
 Cara terpenting pengukuran: Rates
 Rate = number of cases or deaths In a time period
population in same area

► Clinical medicine hanya mengukur jumlah orang


yang sakit
2
Epidemiology
Definisi:
► The branch of medicine that investigates the causes
and control of epidemics (Webster’s, 1957)

► The study of occurrence and distribution of disease;


usually restricted to epidemic and endemic, but
sometimes broadened to include all types of disease
(Blakistone’s, 1949)

► The study of the natural history of a disease and was


one of the basic sciences of preventive medicine
(Welch, 1969)

► Epidemiology is concerned with measurements of the


circumstances under which diseases occur, where
diseases tend to florish, and where they do not (Paul,
1938) 3
► Epidemiology is an art and science on
how to define needs  Limited
Resources VS Unlimited Needs
(IN. Kandun)

* Banyak sekali definisi epidemiologi

4
Perkembangan Sejarah Epidemiologi
Pada awal perkembangannya, epidemiologi lebih
menitikberatkan pada observasi epidemi. Pemahaman
terhadap epidemi dan penyakit berkembang.

1. Konsep sebab-sebab supranutral. Epidemi atau penyakit


dianggap timbul karena kekuatan supranatural seperti kutukan
dewa, gangguan spirit, jalan yang ditetapkan dewa – dewa, dll.
2. Konsep sebab – sebab natural. Hippocrates mengajarkan
faham: “Airs, Waters, Places” sebagai unsur – unsur penyebab
timbulnya epidemi atau penyakit (th. 500 SM). Cara – cara
pemikiran tersebut hidup dan berkembang untuk ribuan tahun
sampai pada suatu saat Pasteur menemukan berbagai macam
bakteri.
3. Scientific approach epidemiology. Faham ini mengutamakan
observasi terhadap penyakit dan wabah (awal abad 18).
Gejala – gejala penyakit didata dan dikelompokkan. Dengan
cara yang sistematik dapat menyimpulkan sebab –sebab
timbulnya epidemi. 5
4. Pelopor faham Scientific approach epidemiology ini antara lain
John Snow yang dapat menyimpulkan air tercemar menjadi
penyebab wabah cholera di London. Begitu pula William Budd
yang membuktikan sebab typhoid fever di Bristol. Kuman
penyebab belum diketahui

5. Germ theory. Konsep wabah dan penyakit menjadi berubah


dengan ditemukannya dan dapat ditumbuhkannya bakteri
penyebab penyakit. Tumbuh the science of infectious disease
semenjak 1860. Champion dalam germ theory ini antara lain
Pasteur dan Koch

6. Modern Concept of Epidemiology. Konsep ini memanfaatkan dan


memadukan statistik dan demografi ke dalam epidemiologi. Disini
diperkenalkan kemudian makna morbidity rate, mortality rate, dll.
7. Epidemiologi berubah menjadi analytical and productive science
dan tidak hanya mengandalkan dari hasil observasi.
Epidemiology kini dapat menjelaskan faktor – faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit dan epidemi.
(John R. Paul, 1966) 6
Tokoh-Tokoh Epidemiologi Dunia

7
Pemanfaatan Epidemiologi
► Epidemiology is the basic science of public health
because it is the health science that describes
health and disease in population rather than in
individuals, information that is essential for the
formulation of effective public health initiatives to
prevent disease and promote health in the
community

► Epidemiology represent a philosophical method of


studying a health problem and can be applied to a
wide range of problems, from transmission of an
infectious disease agent to the design of a new
strategy for health care delivery.
8
(R. Detels, 1997)
Pemanfaatan Epidemiologi
1. Describe the spectrum of the disease
2. Describe the natural history of disease
3. Identify factors that increase or decrease the
risk of acquiring disease
4. Predict disease trend
5. Elucidate mechanism of disease
transmission
6. Test the efficacy of intervention strategies
7. To evaluate intervention programmes
8. Identify the health needs of a community
9. Evaluate public health programmes.
(R. Detels, 1997)
9
The Domain of Health

Object of study

Conditions Responses
Level of aggregation

Individual and Biomedicine Clinical


subindividual practice

Epidemiology Health
Population systems

INK (J. Sepulveda et.al) MMWR 10

41/Suppl
Role of Epidemiology in Health Program

► Any control program will include:


 Surveillance
►Disease surv
►Vector surv
►Risk factor surv

 Early DX & Prompt treatment


 Control of underlying factors
 Community participation
(IN.Kandun)
INK 11
Perkembangan Epidemiologi di Indonesia
(Pendidikan, Program, Riset)

► 1950 – Epid sudah diajarkan pada FK


► 1960 – Reorganisasi pertama Depkes; dibentuk
Direktorat Epidemiologi & Karantina
► 1968 – konsep surveilans epidemiologi di
introdusir
► 1965 – FKM UI dan FKM lain mulai didirikan,
pendidikan epid menjadi lebih luas
► 1970 – 1978 (?) Pelatihan reguler para Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi
► 1974 – Indonesia dan WHO menyelenggarakan
Alumn absorbed cholera vaccine field trial di
Surabaya. 12
► 1982 – WHO-Depkes-CDC Atlanta di Indonesia
Menyelenggarakan FETP I (2 thn non degree ) = EIS
CDC Atlanta
► 1989 – PAEI didirikan
► 1990 – Beberapa RS pendidikan mendirikan
kelompok fungsional epidemiologi klinik
► 1990 – Dikembangkannya desk epidemiologi di
Kabupaten
► 2009 – Surveilans Epid disatukan dengan
PUSDATIN , kemudian kembali lagi ke Ditjen P2PL
► Gagasan menetapkan standar pelayanan,
kompetensi dan standar profesi epidemiologist

*Catatan: tahun dan substansi sejarah dapat dikoreksi mari kita lengkapi
bersama sejarah Epid di Indonesia
13
Epidemiologi Dalam Pembangunan Kesehatan

Peran Epid sangat besar dalam merancang dan


melaksanakan pembangunan kesehatan, al:

►Perencanaan jangka panjang, menengah dan tahunan:


Analisis Situasi, penetapan prioritas, target, strategi,
kebijakan
►Pemberantasan penyakit (menular dan tidak menular)
►Rancangan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan
►Investigasi epidemi termasuk fire fighting team dan
emergency
►Rapid assesment bencana
►Vaccine field trial (contoh Hep.B di Lombok 87-91)
►Evaluasi program terutama penilaian outcome
►Riset Terapan, murni di berbagai pusat penelitian
►International Surveillance – IHR 69 dan 2005 revised.
14
Pengembangan dan Kebutuhan
SDM Epid di Indonesia
► Profesional Epidemilog (FETP)
► Epidemiolog Lebah Pekerja (NETP) PAEL
► Manajer berwawasan Epidemiologi
(Pelatihan Kadinkes)
► Pelatihan Jabatan Fungsional Epid
► Pelatihan Epid kepada tenaga RS.

15
Permasalahan (?)
1.Ahli – ahli epidemiologi relatif masih kurang
2.Sebagai profesi, keahlian epidemiologi kurang dikenal
3.Belum diketahui dengan tepat jumlah, pemerataan dan
mutu epidemiologist di Indonesia
4.Atasan langsung tidak selalu faham konsep
epidemiologi dan tidak memanfaatkan tenaga Epid
5.Kotak – kotak organisasi yang sesuai untuk
epidemiologist masih belum memadai
6.Belum ada pelatihan profesional yang berkelanjutan
7.Akreditasi, sertifikasi, licensing.

Perlu Organisasi Yang Kuat


Untuk Menghimpun Diri 16
MARI KITA MEMBUAT SEJARAH
BARU PERAN EPID
► Dengan terlibat dalam keseluruhan siklus
Pelayanan Kesehatan dan Pembuatan
Kebijakan Kesehatan
► Adanya keputusan politik memberlakukan
JKN ....Universal Coverage....para
epidemiolog dapat mengawal SKN agar
Yankes Promotif – Preventif dapat sejajar
dengan Yankes kuratif dalam bingkai PHC utk
memperbaiki Status Kesmas
INK 17
Epidemiology, Health Services and
Health Policy
The health care planning cycle

1
2
Burden of
Causation
illness

Health 3
6
Care Community
Monitoring
Interventions effectiveness

5
4
Implemen-
Efficiency
tation
INK 18

(R. Beaglehole et.al) Basic Epidemiology


INK 19
22

You might also like