You are on page 1of 93

Proses Penuaan

TUTORIAL SKENARIO 1
KELOMPOK 1A
2017
Young vs Old

 What are differences


between the human
shown an pictures A and B
from the perspective of: -
anatomy, -histology, -
physicology, -biochemistry
Hipotesis

 Ada hubungan perubahan anatomi, fisiologi,


biokimia, biologi dengan proses penuaan.
Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan :


 Definisi lansia dan proses penuaan
 Perubahan secara anatomis, biologis (sensoris dan
motorik), fisiologis, biokimia dan histologis dari proses
penuaan
 Pemeriksaan berupa MNA (Mini Nutrition
Assessments) dan MMSE (Mini Mental State
Examination) pada lansia
 Kelainan (penyakit) yang sering terjadi pada lansia
 Perawatan pada lansia
Definisi
Lansia
 Menurut UU no.4 Tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
 Lansia menurut Keputusan Menteri Sosial R.I tahun 1971 dinyatakan
sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai kekuatan untuk
menafkahi dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari sehingga hanya menerima nafkah dari orang lain.
 Berdasarkan UU No. 13 tahun 1998 dalam Bab I pasal 1 ayat 2 tentang
kesejahteraan lansia, lansia merupakan seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas.

Departemen Kesehatan. Situasi


Keputusan Menteri Sosial Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia.
nomor HUK. 3-1-50/107/ Jakarta : Pusat Data dan
tahun 1971 Informasi Kementrian Kesehatan
Batasan Lansia
 Menurut World Health Organization (WHO) Lansia terbagi atas
beberapa batasan umur :
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b. Usia lanjut (fiderly) : 60-74 tahun
c. Lansia tua (old) : 75-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old) : >90 tahun

Argyo Demartoto. Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Pelayanan Sosial Non Panti Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Bagi Lansia. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Sebelas Maret University Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
 Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :
a. Pralansia : seseorang yang berusia antara 45-59
tahun
b. Lansia : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih

Departemen Kesehatan. Situasi


Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia.
Jakarta : Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan
Proses Penuaan
 Proses penuaan merupakan proses menghilangnya kemampuan
jaringan secara perlahan untuk memperbaiki diri, mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan
terhadap penyakit dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang
dideritanya. (Cunningham,2003)
 Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh
meliputi seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur, otak, dan
lain-lain , juga orang terluar tubuh dan terluas tubuh, yaitu kulit
(Cunningham, 2003)

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar


Cunningham,W.2003, Aging and Aging Process. Departemen Ilmu
photo-aging. in: Baran R, Maibach HI, Penyakit Dalam. Fakultas
(eds). Textbook of Cosmetic Kedokteran Universitas Kristen
Dermatology, 2nd edn. London: Martin
 Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional.

Siti Nur Kholifah.


Keperawatan Gerontik.
Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI. 2016. hal 14
Perubahan
Anatomi dan
Fisiologi
Kulit, Rambut dan kuku

 Hilangnya lemak subcutaneous


 Menipisnya Kulit
 Berkurangnya Kolagen
 Kuku menjadi rapuh dan mudah patah
 Membran mucus mengering
 Kelenjar keringat berkurang
 Regulasi temperastur tubuh memburuk
 Berkurangnya pigmen rambut
 Menipisnya rambut
Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging
Process. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Mata dan Pengelihatan

 Kantung mata yang keriput


 Mata lebih masuk kedalam(karena
lapisan lemak berkurang)
 Conjunctiva menipis dan menguning
 Quantitas airmata berkurang mata
kering  proteksi bola mata menurun
 Iris pudar
 Pupil mengecil
 Pengelihatan malam dan
kedalaman berkurang
Watupongoh H H V. Kuliah Pakar
 Lensa membesar Aging Process. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Mata dan Pengelihatan

 Lensa menjadi semakin tidak transparan,  katarak


 Sulit membedakan warna seperti biru dan hijau
 Tekanan mata meningkat

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Telinga dan Pendengaran

 Irreversible, sensorineural berkurang


 Laki2 lebih terpengaruh
 Umur 60 kebanyakan tidak bisa mendengar suara di
atas 400hz
 Normal speech = 500-2000hz

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Sistem Respirasi

 Paru2 menjadi lebih kaku


 Fungsi pulmonaris berkurang
 Jumblah alveolus berkurang
 Kapasitas vital berkurang
 Cairan respiratoria berkurang

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Sistem Cardiovascular

 Jantung mengecil dan kelenturan berkurang


 Umur 70 cardiac output berkurang 70%
 Saluran Jantung menjadi lebih sempit
 Otot jantung melemah
 Arrhythmias bertambah
 Arteri menjadi kaku
 Dilatasi Vena

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar


Aging Process. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Sistem Gastrointestinal

 Berkurangnya sekresi GI
 Motiliti GI berkurang
 Berat hati berkurang
 Berkurangnya regenerasi hati
 Metabolisme Hati berkurang

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Renal System

 Setelah umur 40 fungsi ginjal menurun


 Umur 90 penurunan 50%
 Ukuran dan jumblah nephron berkurang
 Otot kantung kemih melemah
 Kantung kemih dan ginjal yang mengecil

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Reproductive System

 Male
 Testosteron berkurang
 Testis menjadi lebih lunak
 Produksi sperma berkurang
 Ereksi membutuhkan waktu lebih lama
 Periode refractory sehabis ejakulasi menjadi lama

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Reproductive System

 Female
 Berkurangnya estrogen dan progesteron
 Ovulasi berhenti
 Introitus kehilangan elastisitas
 Vagina atrophi – memendek dan mengering
 Uterus mengecil
 Mammae elastisitas berkurang

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Sistem Neurologis

 Neuron berkurang
 Transmisi neuro berkurang
 Hypothalamus kurang bekerja pada suhu tubuh
normal
 Berkurangnya REM
 Setelah kekurangan 50% akan kekurangan 1%
neuron tiap tahun

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Musculosceletal System

• Jaringan adiposa bertambah


• Berat badan (bukan lemak) berkurang
• Mineral pada tulang berkurang
• Berkurangnya tinggi badan dari tulang punggung
• Jaringan ikat ketahanan menurun
• Cairan synovial lebih kental
• Tulang punggung membungkuk

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging Process.


Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. 5
oktober 2017. Slide 3
Sistem Imun

 Sistem Imun menurun


 Respons antibody menurun
 Fatty marrow menggantikan red marrow
 Penyerapan Vitamin B12 menurun– menurunnya
hemoglobin dan hematocrit

Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging


Process. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Kulit dan Integumen

Kuku mudah Kulit menipis, Lentigenes


Rambut menipis
patah, menipis, kering, fragil,
dan beruban beralur berubah warna Senilis

Bercak
Kutil Seboroik Purpura Senilis Campbell de
Morgan
Organ/Sis
Perubahan Morfologik/Anatomik Gambar
tem

• Lemak periorbital menghilang


• Stenosis kel.lakrimal
• Deposit lipid di kornea, COA dangkal,
elastisitas hilang dan sklerosis nukleus di lensa
Mata
• Perubahan degeneratif di otot akomodasi,
iris, vitreus, retina, koroid
• Degenerasi neuron yang berhubungan dg
penglihatan, otot okuler intri&ekstrinsik
Akibat deposit lemak

• Degenerasi organ korti&sel rambut di semi


sirkularis
Telinga
• Hilangnya neuron di kokleas
• Akumulasi serumen berlebih
Hidung, • Degenerasi neuronal
Tenggoro • Atrofi dan hilangnya elastisitas otot dan
k, Lidah tulang rawan laring

Gigi dan • Karies dentis dan resesi ginggiva


Rahang • Perubahan atrofik rahang

Resesi gingiva
Organ/
Perubahan Morfologik/ Anatomik Gambar
Sistem
Esofagu
• Atrofi mukosa, kelenjar, orot intestinal
s - Anus
• Degenerasi katup jantung , kalsifikasi/sklerosis
Kardiov
yang kadang sampai sptum interventrikularis
askuler
• Perubahan pd miokardial
• Elastisitas alveoli/aktivitas silia menurun
Respiras
• Alveoli koalesen, sklerosis bronkhi
i
• Osteoporosis (kosta&toraks&vertebrae)

• Atrofi pada serabut otot krn gang.metabolik


Otot dan denervasi fungsional
• Osteoporosis

Osteoporosis
• Penebalan meningeal & atrofi serebral (30-
SSP
70th: berat otak menurun 10%)

Atrofi Serebral
Sistem/Org
Perubahan Morfologik/ Anatomik Gambar
an
• Penebalan membran basal kapsul
Bowman
• Perubahan degeneratif tubuli
• Perubahan vaskuler
• Penurunan jumlah dan atrofi neuron
Urogenital • Atrofi asini prostat dan otot
dan • Hiperplasi noduler benigna
Reproduksi • Testis atrofi dan melunak
• Vagina atrofi dan kering & uterus
mengecil Akibat Hiperplasi Noduler
Benigna di Prostat
• Liang senggama konstriksi dan kurang
elastis
• Payudara mengendor

• Sumsum tulang mengandung lebih sedikit


Hematolog
hemopoetik & tanggapan thp stimulasi
i&
kurang
Imunologi
• Timus menghilang

• Penurunan tinggi badan (postur bungkuk)


Rematolog
krn kelemahan rangka dan kelompok otot
i
besar
PERUBAHAN SENSORIK
PADA LANSIA
Proses penuaan biologis ini terjadi secara
perlahan-lahan dan dibagi
menjadi beberapa tahapan, antara lain:

1. Tahap Subklinik (Usia 25 – 35 tahun)

2. Tahap Transisi (Usia 35 – 45 tahun)

3. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas)

Diambil dari: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ZnalT7apQ4J:


eprints.undip.ac.id/44892/2/Tria_Coresa_22010110130151_KTI_bab_2.pdf+&cd=4&h
l=en&ct=clnk&client=firefox-b-ab tanggal 5 oktober 2017.
Perubahan pada Sistem
Sensorik

a. Penglihatan

b.Pendengaran

c. Perabaan

d. Pengecap

e. Penciuman
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Beare.2006.Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta :
A. Pengelihatan

Perubahan penglihatan dan fungsi


mata yang dianggap normal
dalam proses penuaan termasuk:
• Penurunan kemampuan dalam melakukan
akomodasi
• Konstriksi pupil akibat penuan
• Perubahan warna serta kekeruhan lensa
mata

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.B


Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC
Semakin bertambahnya usia, lemak
akan berakumulasi di sekitar kornea
dan membentuk lingkaran berwarna
putih atau kekuningan di antara iris dan
sklera.

Kejadian ini disebut arkus sinilis,


biasanya ditemukan pada
lansia.

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett


Beare.2006.Buku Ajar
Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ
pada mata seseorang yang berusia diatas usia 60
tahun.

Fungsi kerja pupil akan


mengalami penurunan
2/3 dari pupil orang
dewasa.
 Penurunan tersebut
meliputi ukuran-ukuran
pupil
 Kemampuan melihat dari
jarak jauh.
B. Pendengaran

Penurunan pendengaran
merupakan kondisi yang
secara dramatis dapat
mempengaruhi kualitas
hidup.

Kehilangan pendengaran
pada lansia disebut
presbikusis.

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett


Beare.2006.Buku Ajar
 Gangguan pendengaran terjadi pada usia 65
tahun (55%) > 80 tahun mencapai 66%
C. Perabaan

Perabaan merupakan sistem sensorik pertama


yang menjadi fungisional apabila terdapat
gangguan pada penglihatan dan pendengaran.

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.Buku


Ajar
Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC
D. Pengecapan
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan
seperti pada saat seseorang bertambah tua
mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu
kenikmatan dalam kehidupan.

Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat


proses menua yaitu penurunan jumlah dan
kerusakan papila atau kuncup-kuncup perasa
lidah.

 Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap


rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang.

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett


Beare.2006.Buku Ajar
Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC
E. Penciuman
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor
olfaktorius oleh zat kimia yang mudah menguap.

Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat


proses menua yaitu penurunan atau kehilangan
sensasi penciuman karena penuaan dan usia.

Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas


terhadap bau.

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.Buku Ajar


Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC
Penyebab lain yang juga dianggap
sebagai pendukung terjadinya
kehilangan sensasi penciuman
termasuk:
• Pilek
• Influenza
• Merokok
• obstruksi hidung
• Faktor lingkungan

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett


Beare.2006.Buku Ajar
Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC
PERUBAHAN
MOTORIK PADA
LANSIA
Disfungsi sistem saraf pusat dan
perifer juga sistem neuromuskular

Defisit gerakan motorik


Peningkatan Kesulitan terhadap
Perlambatan
Kesulitan koordinasi variabilitias keseimbangan dan
gerakan
gerakan gaya berjalan

Rachael DS, Jessica AB, Taritonye BB. Motor Control and Aging: Links to Age-Related Brain Structural,
Functional, and Biochemical Effects. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2838968/pdf/nihms153616.pdf. 4 Oktober 2017.
SISTEM PERUBAHAN PERUBAHAN
MORFOLOGIK FUNGSIONAL

•Sistem lokomotorik •Terjadi atrofi pada •Penurunan


serabut otot kekuatan fisik:
(jumlah atau “kelemahan
ukuran) fisiologik
disebabkan oleh •Disabilitas,
gangguan keterbatasan
metabolik dan jangkauan dan
denervasi kecepatan
fungsional gerakan
•Berkurangnya
ketepatan dalam
gerakan halus
dan gerak yang
berubah cepat
•Ketepatan waktu
dalam gerakan
jadi tak teratur
•Kelembutan aliran
gerakan dari
gerakan satu ke
gerakan lain
menghilang
•Gerakan yang
satu melambat
dulu sebelum
mulai gerakan lain

Hendra U. Geriatri. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2006:70.


Teori Penuaan
Teori Radikal
Bebas
Teori ini mengatakan bahwa produk samping metabolisme
oksidatif yang sangat reaktif dapat bereaksi dengan unsur-
unsur sel utama, termasuk protein, DNA dan lipid untuk
menghasilkan molekul disfungsional yang menganggu fungsi
sel.

David Shier, Jackie Butler, Ricki Lewis. 2002 “Anatomy &


Histology “
Teori
Glikosilasi
Teori ini mengatakan bahwa glikosilasi non-enzimatik dapat
menghasilkan perubahan bentuk protein dan mungkin juga
makromolekul lainnya, yang berakumulasi dan menyebabkan
disfungsi pada hewan.

Ganong W. F. 2001 “Review of Medical Physiology”


Teori Pemanjangan Telomer
Saat sel mengalami pembelahan, telomer akan mengalami
pemendekan. Pemendekan telomer ini berkaitan dengan
besar rentang waktu manusia hidup. Sel-sel akan terus
membelah sampai telomer tidak lagi dapat memendek dan
sel tersebut mengalami kematian. Sel yang mengalami
kematian akan membuat jaringan mengalami penurunan
fungsinya.

David Shier, Jackie Butler, Ricki Lewis. 2002 “Anatomy &


Histology “
Teori
Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba
menjelaskan tentang terjadinya proses penuaan melalui
hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan
dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada
sistem saraf.

Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan dalam


pengaturan dan sebagai reseptor yang mendeteksi hormon
individu menjadi kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia
banyak hormon yang tidak dapat dapat disekresi dan
mengalami penurunan keefektivitasan.

David Shier, Jackie Butler, Ricki Lewis. 2002 “Anatomy &


Histology “
Perubahan Secara
Biokimia pada Proses
Penuaan
1. Advanced glycation end- product
(AGEs)

 Prosesglikosilasi nonenzimatik
yang menghasilkan pertautan
glukosa-protein (AGEs) dapat
menyebabkan penumpukan
protein dan makromolekul lain.

DISFUNGSI
ORGAN
Rahman K. Studies on free radicals, antioxidants, and co-
factors. Clinical Interventions in Aging. 2007;2(2):219-36
Akibat dari AGEs

Goldin A, et al. Advanced Glycation End Products.


American Heart association. 2015. pg: 597-607
Rahman K. Studies on free radicals, antioxidants, and co-
factors. Clinical Interventions in Aging. 2007;2(2):219-36
Teori ROS (Reactive Oxygen
Species)
ROS  Reactive Oxygen Species
•Adalah istilah yang sering digunakan oleh para ilmuwan untuk
mengistilahkan oksigen radikal dan juga oksigen non radikal.

Sebagian ada yang menyebutkan oxygen-derived species.

Istilah yang lebih popular  Oksidan

Zalukhu ML, Phyma AR, Pinzon RT. Proses Menua, Stres


Oksidatif, dan peranan Antioksidan. Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana/RS Bethesda. Yogyakarta.
2016. CDK-245/ col.43 no. 10 hal: 733-736
Produk
Radikal ROS >
sampingan Antioksidan STRESS
Bebas/R
metabolisme OKSIDATIF
OS
yang
menggunaka
n oksigen Antioksid
an Seluler

Memicu
Pemend
kerusakan Apoptosis Sel
ekan
DNA di dan kerusakan
Telomer
Mitokondria jaringan
Rahman K. Studies on free radicals, antioxidants, and co-
factors. Clinical Interventions in Aging. 2007;2(2):219-36
Heat shock protein

• Protein merupakan bagian penting dalam metabolisme


• Saat sel mengalami stres lingkungan, sel tersebut akan berhenti
atau paling tidak memperlambat sebagian fungsi dasarnya
seperti proses transportasi, sintesis DNA, RNA & protein

Zalukhu ML, Phyma AR, Pinzon RT. Proses Menua, Stres


Oksidatif, dan peranan Antioksidan. Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana/RS Bethesda. Yogyakarta.
2016. CDK-245/ col.43 no. 10 hal: 733-736
• Namun terdapat protein unik “protein stress” yang
diekspresikan khusus pada kondisi ini
• Contoh:respon stres mendasar yaitu peningkatan
temperatur tubuh
• Saat terjadi proses penuaan, pengekspresian protein
ini akan berkurang sehingga respon menghadapi
stres pada lansia semakin menurun

Zalukhu ML, Phyma AR, Pinzon RT. Proses Menua, Stres


Oksidatif, dan peranan Antioksidan. Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana/RS Bethesda. Yogyakarta.
2016. CDK-245/ col.43 no. 10 hal: 733-736
Histologi
Muskuloskeletal

 Degenerasi jaringan otot


 Articular sufaces mengalami erosi 
mempengaruhi pergerakan dari sendi
 Jaringan kartilago digantikan oleh jaringan
lamelar

David Shier, Jackie Butler, Ricki Lewis. 2002 “Anatomy &


Histology “
Muskuloskeletal

Otot : menyusutnya otot


Tulang : penipisan trabecula, berkurangnya kepadatan tulang
Integumen

Vander, Sherman, Luciano. 2001 “Human Physiology The


Mechanisme of Body Function”
Integumen

Epidermis :
• Langerhans sel berkurang
• Melanosit berkurang
Cardiovaskular

Pembuluh darah :
• Tunika intima menjadi lebih
tebal
• Tunika Media menjadi kaku
• Pembuluh darah berkurang
elastisnya
Sistem Cardiovascular
• Pembuluh darah
Sistem Respirasi

alveolus

bronkiolus

trakea
Sistem Penglihatan
 Pada usia 40-60 tahun  peningkatan kolesterol
dan low density lipoprotein (LDL)  penumpukan
di korena  annulus senilis.
 Muskulus siliaris:
 Anak-anak  cenderung datar
 Sekitar umur 45 thn  serabut otot dan jaringan
ikatnya.
 Setelah itu terjadi proses degenerasi  muskulus
atropi, juga hialinisasi.
 Tampak peningkatan jaringan ikat diantara serabut-
serabut muskulus siliaris dan nukleusnya menipis.
Tampak pula butiran lemak dan deposit kalsium
diantara serabut muskulus tersebut.
Sistem Penglihatan
 Lensa bening  sklerosis  keruh
 Iris: degenerasi  depigmentasi
tampak ada bercak berwarna muda
sampai putih dan strukturnya menjadi
lebih tebal.
 Retina:
 terjadi degenerasi (Senile Degenaration) 
Gambaran Fundus mata yang mula- mula merah
jingga cemerlang menjadi suram dan ada jalur
berpigmen (Tygroid Appearance) terkesan seperti
kulit harimau.
 Jumlah sel fotoreseptor berkurang
Sistem Penglihatan

Tygroid Appearance
Pemeriksaan MMSE
Cunningham,W.2003,
Aging and photo-aging.
in: Baran R, Maibach HI,
(eds). Textbook of
Cosmetic Dermatology,
2nd edn. London: Martin
dunitz,pp. 455-67.

PANDUAN PRAKTIK
KLINIS BAGI DOKTER
PELAYANAN PRIMER
EDISI I. Ikatan Dokter
Indonesia. Jakarta:
PERDOSI. 2013. Hal
288
Watupongoh H H V. Kuliah Pakar Aging Process.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia. 5 oktober 2017. Slide 3
Tabel Intepretasi Score MMSE

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER PELAYANAN


PRIMER EDISI I. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta:
PERDOSI. 2013. Hal 288
PEMERIKSAAN
M N A (MINI-NUTRITIONAL ASSESSMENT)

GERIATRI
BERAT BADAN TINGGI LUTUT
Patella → Plantar Pedis
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
IMT = 2
𝑇𝐵 (𝑚)

♂ TB = 59,01+(2,08 x TINGGI LUTUT)


♀ TB = 75,00+(1,91 x TINGGI LUTUT)–(0,17 X
UMUR)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER


PELAYANAN PRIMER EDISI I. Ikatan
Dokter Indonesia. Jakarta: PERDOSI.
2013. Hal 288
Contoh: Ny. X usia 65 tahun, BB 80kg,
tinggi lutut 40cm

TB=75,00+(1,91 x TINGGI LUTUT)–(0,17 X


UMUR)
TB=75+(1,91x40)-(0,17x65)
TB=75+76,4-11,05
TB=140,35 cm

IMT = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝑇𝐵2 (𝑚)

IMT = 1,4
80
2

IMT = 1,96
80
= 40,8 → Nilai=3
LINGKAR LENGAN LINGKAR BETIS
ATAS Pertengahan
Pertengahan Acromion Patella → Plantar
→ Olecranon Pedis
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER PELAYANAN
PRIMER EDISI I. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta:
PERDOSI. 2013. Hal 288
Penyakit yang
Sering Terjadi pada
Lansia
Ulkus Dekubitus

Kerusakan kulit sampai


jaringan di bawah kulit, otot
dan bahkan tulang akibat
iskemia pada kulit (kutis dan
Price, Sylvia Anderson.
subkutis) karena penekanan
Patofisiologi: Konsep Klinis
pada suatu area secara Proses-Proses Penyakit.
Blader (Kandung Kemih)

Inkontinensia Urin

Overactive Bladder
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Price, Sylvia Anderson.
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Patofisiologi: Konsep Klinis
Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta : Proses-Proses Penyakit.
GIT (Gastro Intestinal)

Konstipasi

Inkontinensia Alvi
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Price, Sylvia Anderson.
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Patofisiologi: Konsep Klinis
Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta : Proses-Proses Penyakit.
Psikologis
Depresi
• Komplikasi : malnutrisi, pneumonia
(akibat imobilisasi), efek samping
obat antidepresi, resiko bunuh diri.

Demensia
• Gangguan fungsi kognitif
(intelektual) dan memori.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Price, Sylvia Anderson.
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Patofisiologi: Konsep Klinis
Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta : Proses-Proses Penyakit.
Sindrom Delirium (Acute
Confusional State)
• Gangguan kognitif global berupa
gangguan memori (recent memory
= jangka pendek), gangguan
persepsi (halusinasi, ilusi) atau
gangguan disorientasi (waktu,
tempat, orang).

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Price, Sylvia Anderson.


Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Patofisiologi: Konsep Klinis
Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta : Proses-Proses Penyakit.
Vaskular (Pembuluh Darah)

• Pengurangan elastisitas arteri


atau terjadi proses sclerosis
terutama pada arteri besar
menyebabkan peningkatan
Hipertensi tekanan sistolik dan diastolic
yang lebih rendah atau
kenaikan teknanan nadi (pulse
pressure)
• Komplikasi : Penyakit ginjal kronik

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Price, Sylvia Anderson.


Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Patofisiologi: Konsep Klinis
Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta : Proses-Proses Penyakit.
Osteoporosis

 Akibat menopause terjadi :


 Peningkatan reabsorbsi tulang sehingga insidens fraktur
(terutama vertebra dan radius distal) meningkat.
 Penurunan densitas tulang (terutama trabecular).
 Estrogen berperan menurunkan berbagai sitokin sehingga
meningkatkan aktivitas osteoklast.

 Pada Pria:
 Akibat kehilangan massa tulang trabecular karena
penurunan pembentukan tulang yang menyebabkan
penipisan trabecular, tetapi jumlah dan konektivitas
trabecular masih tetap.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Price, Sylvia Anderson.


Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Patofisiologi: Konsep Klinis
Mata

Katarak

Glaucoma

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Price, Sylvia Anderson.


Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Patofisiologi: Konsep Klinis
Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta : Proses-Proses Penyakit.
Perawatan pada
Lansia
Perawatan pada Lansia

 Suatu rangkaian kegiatan proses perawatan pada


lansia yang bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi
kesehatan baik fisik dan mental dan
mempertahankan dan merawat lansia untuk
kemampuan ketahanan daya hidup dan
samangat hidupnya.

Nugroho W. Keperawatan Tamher, S. Kesehatan Lanjut Usia.


Gerontik & Geriatrik. Jakarta : Jakarta : Salemba Medika. 2008
EGC; 2008
1. Nursing Home

 Nursing home diperuntukkan diberbagai negara di dunia untuk


perawatan lansia.
 Merupakan sebuah tempat tinggal yang memiliki berbagai
fasilitas kesehatan dan sosial yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar lanjut pada lansia.

Nugroho W. Keperawatan Tamher, S. Kesehatan Lanjut Usia.


Gerontik & Geriatrik. Jakarta : Jakarta : Salemba Medika. 2008
EGC; 2008
2. Hospital Based-Service
 Hospital Based-Service bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan lansia dengan fasilitas unit geriatri.
 Fokus program ini adalah untuk membantu lansia yang memiliki
masalah kompleks sehingga adanya lingkungan yang
disesuaikan secara khusus.

Nugroho W. Keperawatan Tamher, S. Kesehatan Lanjut Usia.


Gerontik & Geriatrik. Jakarta : Jakarta : Salemba Medika. 2008
EGC; 2008
3. Community-Based Services for
Elderly

 Community-Based Services for Elderly yaitu, suatu


kegiatan yang membantu lansia dalam melakukan
aktifitas kehiduan sehari-hari.
 Yang meliputi: adult day care, respite service, dan
program promosi kesehatan.

Nugroho W. Keperawatan Tamher, S. Kesehatan Lanjut Usia.


Gerontik & Geriatrik. Jakarta : Jakarta : Salemba Medika. 2008
EGC; 2008

You might also like