Professional Documents
Culture Documents
Demam Tifoid
Demam Tifoid
DEFINISI
.
ELISA
- Reaksi aglutinasi antara - Antigen O9 yang benar-
Uji Widal
Tes Tubex
antigen kuman S.typhi benar spesifik hanya
dengan antibodi ditemukan pada Salmonella
serogrup D.
aglutinin.
- Mendeteksi adanya antibodi
- Positif palsu Jenis IgM dan tidak mendeteksi
serotipe Salmonella lain antibodi IgG dalam waktu
( S.Parathypi A, B, C) beberapa menit.
memiliki antigen O dan - 2-3 negatif borderline
H 4-5 positif
>6 positif kuat
3. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan
kuman
Klinis:
Penunjang:
(1) Demam
(2) gangguan saluran
Pemeriksaan darah
pencernaan tepi, serologis, dan
bakteriologis
(3) gangguan kesadaran.
DIAGNOSIS BANDING
Simptomatik
• Antipiretik: Paracetamol
(10 mg/kg/kali peroral)
MEDIKAMENTOSA
Antibiotik
Sefalosporin
Sefotaksim gen.III
Dosis IV 50 – Ceftriaxone
200 mg/kg/hari
dalam 4 – 6 Dosis terapi
dosis. intravena 50 –
100 mg/kg/jam
Untuk dalam 2 dosis
neonatus 100
mg/kg/hari Bayi dosis
dalam 2 dosis. tunggal 50
mg/kg/jam
KOMPLIKASI
Pada Usus Halus Diluar Usus Halus
Tidak perlu
menghindari buah Pilih makanan yang
dan sayuran masih panas.
mentah.
VAKSINASI
Vaksin oral Ty 21a (kuman yang dilemahkan)
• Diberikan per oral 3x dengan interval pemberian selang sehari.
• Kontraindikasi: wanita hamil, menyusui, penderita imunokompromais, sedang demam, sedang
minum antibiotik, dan anak kecil 6 tahun.
• Diberikan pada anak berumur diatas 2 tahun.
• Lama proteksi dilaporkan 6 tahun.
Vaksin polisakarida
• Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella.
• Vaksin ini tersedia dalam alat suntik 0,5 mL yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam buffer fenol
isotonik.
• Diberikan secara IM dan diperlukan pengulangan (booster) setiap 3 tahun.
• Kontraindikasi: pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam, dan anak kecil 2
tahun.
PROGNOSIS
Tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi.
Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka
mortalitas <1%.
Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan.
TERIMA KASIH