Professional Documents
Culture Documents
6 Bahan Kuliah Jalan Perkotaan
6 Bahan Kuliah Jalan Perkotaan
INDONESIA
PENGENDALIAN LALU-LINTAS :
Batas kecepatan (jarang diberlakukan => hanya sedikit
berpengaruh pada kecepatan arus bebas),
Kinerja lalu-lintas dipengaruhi oleh : pembatas parkir,
berhenti sepanjang sisi jalan, akses tipe kendaraan tertentu,
akses dari lahan samping jalan
TATA GUNA LAHAN DAN AKTIVITAS
SAMPING JALAN :
Aktivitas samping jalan menimbulkan hambatan
samping seperti : pejalan kaki, angkutan umum
dan kendaraan lain yang berhenti, kendaraan
lambat, keluar masuknya kendaraan dari samping
jalan.
Oleh karena itu maka MKJI mengelompokannya
dalam lima kelas (sangat rendah => sangat tinggi
sebagai fungsi frekuensi kejadian sepanjang
segmen jalan yang diamati.
PERILAKU PENGEMUDI DAN
POPULASI KENDARAAN
Di Indonesia perilaku pengemudi dan tingkat
perkembangan daerah perkotaan menunjukkan
keanekaragaman.
Begitu pula dengan populasi kendaraan dalam
umur, tenaga dan kondisi kendaraan.
Pengaruh-pengaruh ini diperhitungkan dalam
UKURAN KOTA.
DEFINISI DAN ISTILAH
5 – 10,5 2
10,5 - 16 4
UKURAN KOTA UNTUK JALAN PERKOTAAN
2.2.3. Kapasitas
C = C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS
V = FV x [ 1- D/Dj)(1-1)]1(1-1)
D0/Dj = [(1-m)/(1-m)]1/(1-1)
2.4. KARAKTERISTIK GEOMETRIK
2.4.1. Jalan Dua-Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD)
Lebar Jalur lalu-lintas lebih kecil atau sama dengan 10,5 m
Kondisi Dasar tipe jalan ini :
1. Lebar Jalur lalu lintas 7,0 m
2. Lebar bahu efektif 2 m pada masing-masing sisi
3. Tidak ada median
4. Pemisahan arah lalu lintas 50-50
5. Kelas hambatan samping rendah (L)
6. Ukuran kota 1,0 – 3,0 juta
7. Tipe alinemen datar
2.4.2. Jalan Empat-Lajur Dua Arah Tak terbagi (4/2D)
Lebar jalur lalu-lintas lebih dari 10,5 m kurang dari 16 m.
Kondisi Dasar tipe Jalan ini :
1. Lebar jalur 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14,0 )
2. Kereb (tanpa bahu)
3. Jarak kereb dan penghalang terdekat pada trotoar 2 m
4. Tidak ada median
5. Pemisahan arah lalu lintas 50-50
6. Kelas hambatan samping : Rendah (L)
7. Ukuran kota 1,0 – 3,0 juta
8. Tipe alinemen : datar
2.4.3. Jalan Enam-Lajur Dua Arah Terbagi (6/2 D)
Lebar jalur lalu-lintas lebih dari 18 m kurang dari 24m.
Kondisi Dasar tipe jalan ini :
1. Lebar jalur 3,5 (lebar jalur lalu lintas total 21,0 m)
2. Kereb (tanpa bahu)
3. Jarak antar kereb dan penghalang terdekat pada trotoar
2m
4. Ada median
5. Pemisahan arah lalu lintas 50-50
6. Kelas hambatan samping : Rendah (L)
7. Ukuran kota 1,0 – 3,0 juta
8. Tipe alinemen : datar
2.4.4. Jalan satu arah
Lebar jalur lalu-lintas dari 5 m sampai dengan 10,5 m
Kondisi Dasar tipe Jalan ini :
1. Lebar jalur lalu lintas 7 m
2. Lebar bahu paling efektif paling sedikit 2 m pada setiap
sisi
3. Kelas hambatan samping : Rendah (L)
4. Ukuran kota 1,0 – 3,0 juta
5. Tipe alinyemen : datar
2.5. PANDUAN REKAYASA LALU LINTAS
2.5.1. Tujuan
Memberikan saran rentang arus lalu lintas yang layak untuk
tipe dan denah standar jalan perkotaan dalam masalah
perancangan, perencanaan dan operasional.
2.5.2. Tipe jalan standar dan penampang melintang :
• Parameter perencanaan untuk kelas jalan yang berbeda
• Tipe penampang melintang dalam batasan tertentu berkenaan dengan
lebar jalan dan bahu.
• Sejumlah standar tipe penampang melintang telah dipilih untuk
penggunaan khusus seperti yg ditunjukkan pada Tabel 2.5.2:1.
• Semua penampang melintang diasumsikan mempunyai bahu
berkerikil yg dapat digunakan untuk parkir dan kendaraan berhenti,
tetapi bukan untuk dilalui lalu-lintas.
2.5.3. Pemilihan tipe jalan dan penampang melintang
a. Dokumen standar jalan
b. Pertimbangan ekonomi
c. Kinerja lalu lintas
d. Pertimbangan keselamatan lalu lintas
e. Pertimbangan Lingkungan
2.5.4. Perencanaan Rinci
• Sesuaikan dengan dokumen standar yang ada
• Standar jalan sedapat mungkin tetap sepanjang rute
• Bahu jalan harus rata dan sama tinggi dengan jalur lalu
lintas
• Halangan terletak jauh diluar bahu jalan
Jalan Perkotaan : Pembuatan Jalan baru
Kondisi Rentang ambang arus lalu lintas (kend/jam) Tahun ke1
Tipe Hambatan Tipe jalan/lebar jalur lalu lintas (m)
Alinemen Samping 2/2 UD 4/2 D 4/2 D 6/2D
4,5 6 7 10 12 14 12 14 21
Datar Rendah < 300 250 300 450 450 550 650 800 < 1450
- - - - - - -
300 450 550 550 650 950 1250
Datar Rendah < 300 200 250 350 450 500 700 > 1450
- - - - - -
300 350 500 500 700 250
Bukit/ Tinggi <300 250 300 450 450 500 600 800 > 1450
Gunung - - - - - - -
300 400 500 500 600 650 950
Bukit/ Rendah < 250 200 300 350 450 500 700 > 1350
Gunung - - - - - -
250 350 450 500 700 950
Tabel 2.5.3.1 Rentang Arus Lalu Lintas (jam puncak tahun ke 1) untuk memilih tipe jalan
Pelebaran (Peningkatan Jalan)
Kondisi Ambang arus lalu lintas (kendaraan/jam)tahun ke 1
Tipe jalan/pelebaran lebar jalur dari … ke … (m)
Tipe Hambatan 2/2 UD 4/2 UD ½ UD
Alinyemen Samping 4,5 ke 6 4,5 ke 7 6 ke 9 7 ke 10 7 ke 12 7 ke 14
3% 5% 7%
0,5 km 500 400 300
Tabel 2.5.5.2 Ambang arus lalu lintas (tahun 1, jam puncak) untuk lajur pendakian pada
kelandaian khusus di jalan perkotaan dua arah (umur rencana23 tahun)
Jumlah Lajur
5 - 10,5 2
10,5 - 16 4
3. PROSEDUR PERHITUNGAN
LANGKAH A: DATA MASUKAN
LANGKAH A-1: DATA UMUM
a) Penentuan Segmen
b) Data Identifikasi segmen
LANGKAH A-2 KONDISI GEOMETRIK
Rencana situasi
Penampang melintang jalan
Kondisi pengaturan lalu lintas
LANGKAH A-3 KONDISI LALU LINTAS
Ukuran Kota
Ukuran Kota Kelas Ukuran Kota
(Juta pend.) CS
Dimana:
FV = kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FV0 = kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan
(km/jam)
FVW = FP lebar lajur lalu lintas efektif (km/jam)
FFVSF = FP hambatan samping
FFVCS = FP ukuran kota
Tabel B-1:1 Kecepatan Arus Bebas Dasar
FV0 untuk Jalan Perkotaan
Jenis Jalan Kendaraan Kendaraan Sepeda Semua
Ringan Berat Motor Kendaraan
KR KB SM (rata-rata)
Enam lajur terbagi (6/2 D) 61 52 48 57
atau
Tiga lajur satu arah (3/1)
Empat lajur terbagi (4/2 D) 57 50 47 55
atau
Dua lajur satu arah (2/1)
Dimana:
C = kapasitas
C0 = kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = FP lebar jalur lalu lintas
FCSP = FP pemisahan arah
FCSF = FP hambatan samping
FCCS = FP ukuran kota
Tabel C-1:1 Kapasitas Dasar C0 untuk
Jalan Perkotaan
Dua lajur tak terbagi Sangat rendah 0,94 0,96 0,99 1,01
2/2 UD atau Rendah 0,92 0,94 0,97 1,00
Jalan satu-arah Sedang 0,89 0,92 0,95 0,98
Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95
FP FCSF Pengaruh Hambatan Samping dan Jarak Kerb
Pada Kapasitas untuk Jalan Perkotaan Dengan Kerb
Jenis Jalan Kelas FP untuk Hambatan Samping dan Jarak Kerb
Hambatan Jarak Kerb – Penghalang WK (m)
Samping
(FCSF) ≤ 0,50 1,0 1,5 ≥ 2,0
<0,1 0,86
0,1 – 0,5 0,90
0,5 – 1,0 0,94
1,0 – 3,0 1,00
>3,0 1,04
Contoh 1.
• Geometrik: Lebar jalur efektif 6,0 m
Lebar bahu 1,0 m
• Lalu Lintas: Pemisah arah 70-30
• Lingkungan:
- Ukuran kota 700.000 penduduk
- Banyak angkutan kota
- Banyak Pejalan kaki
- Bbrp kend.menggunakan akses sisi jalan
• Pertanyaan:
- Berapa kapasitas segmen?
- Berapa arus maksimum yang dapat dilalui pada kecepatan
30 km/jam?
Contoh 2.
Contoh 3.
Tabel C-2:1 FP Kapasitas untuk pengaruh Lebar Lajur (FCW)
Tabel C-3:1 Faktor Penyesuaian
Kapasitas untuk Pemisahan Arah (FCSP)
Tabel C-4:1 FP Kapasitas untuk pengaruh Hambatan Samping dan
Lebar Bahu (FCSF) pada Jalan Perkotaan dengan Bahu
Tabel C-4:2 FP Kapasitas untuk pengaruh Hambatan Samping dan
Lebar Bahu (FCSF) pada Jalan Perkotaan dengan Kereb
Tabel C-5:1 Faktor Penyesuaian Kapasitas
untuk Ukuran Kota (FCSC)