Professional Documents
Culture Documents
Nama : An. R
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : kel. Jimbe kec. Jenangan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal pemeriksaan : 9 Febriuari 2018
No. RM : 07.05. xx
ANAMNESIS
Dilakukan pada tanggal 09 Februari 2018 jam 12.10 WIB didapat secara
alloanamnesis.
Keluhan Utama
Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSU Muhammadiyah Ponorogo bersama
Ibunya, dari keterangan Ibunya didapatkan keluhan bahwa pasien sesak
sejak kurang lebih 9 jam SMRS. Dua hari yang lalu ibu pasien mengeluhkan
pasien batuk berdahak disertai demam, namun dahaknya sukar keluar.
Pasien muntah 4x sehari sejak 1 hari SMRS, pasien muntah saat batuk.
Terdengar suara ngik-ngik saat bernafas. Nafsu makan berkurang dan
berat badannya belum naik selama 5 bulan ini . Ibu pasien mengatakan
keluhan yang sama dirasakan pasien 2x dalam sebulan.
Batuk darah (-), nyeri dada (-), BAK/BAB (dbn). Ibu pasien mengatakan
saat ini pasien sedang menjalani pengobatan TB bulan ke -5
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat ASMA +
Cukup bulan
(38 minggu)
Ditolong bidan
BB lahir 3,2 kg
Riwayat Keluarga
• Riwayat sakit TB : (+) asisten rumah tangga
• Riwayat asma : kakek
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat DM : (-)
• Riwayat perokok : (+) (Ayah)
Radiologi
Lab : darah rutin
Pemeriksaan Skoring TB
PARAMETER 0 1 2 3 SKOR
Kontak dengan penderita Tidak jelas Hanya laporan Kavitas(+) BTA Kontak dengan penderita BTA(+) 3
keluarga, BTA (-)/ tidak jelas
tidak tahu
Berat badan berdasarkan KMS - Bawah garis merah/ Klinis gizi buruk ( - 1
riwayat BB turun/ BB/U < 60%)
tidak naik dalam 2
bulan berturut- turut
Total skor 6
Radiologi ( Rontgen Toraks PA ) 2 Juni 2012
Gambaran infiltrate
(-)
Sinus kosto frenikus
dextra sinistra lancip.
Kesan : normal
Diagnosis :
observasi dypsneu e.c asma bronkhial
Diagnosis tambahan :
TB paru anak dalam pengobatan bulan ke 5
TATALAKSANA IGD
O2 2 Lpm
Nebulizer dengan agonis beta-2 kerja cepat dapat
diulang setiap 4-6 jam
Pemasangan jalur parenteral
Pemberian steroid sistemik
Rawat inap (konsul dokter spesialis anak)
IDAI 2015
Definisi : asma adalah penyakit saluran respiratori dengan
dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat
bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk,
wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara
kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat
pada malam atau dini hari,dan biasanya timbul jika ada
pencetus.
Faktor risiko
Paling dominan adalah atopi ayah atau ibu diikuti faktor
berat lahir, kebiasaan merokok pada ibu serta pemberian
obat parasetamol. Sedangkan pemberian ASI dan kontak
dengan unggas merupakan faktor protektif terhadap
kejadian asma.
(GINA)
Proses inflamasi dan
remodelling pada asma
Stadium Asma
Stadium I
Edema dinding bronkus, batuk paroksismal dan batuk kering
Stadium II
Sekresi mucus banyak dan batuk berdahak yang jernih dan berbusa,
sesak dan usaha bernafas dalam, ekspirasi memanjang dan bunyi
mengi, otot bantu pernafasan bekerja, retraksi suprasternal dan
interkostal, senang duduk dan membungkuk, gelisah, pucat dan
sianosis sekitar mulut, thorax bungkuk ke depan dan lebih bulat,
pernafasan abdominal pada anak kecil.
Stadium III
Obstruksi atau spasme otot polos bronkus lebih berat, nafas hampir
tidak terdengar, terdengar batuk seperti ditekan, pernafasan yang
dangkal, tidak teratur dan frekuensi yang mendadak meninggi.
Klasifikasi Asma
Manifestasi Klinik
Batuk : Nonproduktif pada awal serangan,
Mengi
Takipnea dan dispnea dengan ekspirasi panjang dan penggunaaan
otot-otot bantu pernafasan,
Sianosis
Hiperinfasi dada
Takikardi dan pulsus paradoksus
Pada penderita distress nafas yang berat, tanda-tanda asma
berupa mengi yang tidak mencolok, kesukaran berjalan atau
bahkan berbicara, bersikap seperti duduk membungkuk, duduk
seperti tripod, nyeri abdomen, hati dan limpa teraba, keringat
banyak, kelelahan, deformitas dada seperti berbentuk tong
(Barrell chest)
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin : peningkatan eusinofil dan IgE
Foto thorax :
normal di luar serangan,
hiperinflasi saat serangan akut dan asma kronik,
corakan paru meningkat
Faal paru (spirometri / peak flow meter) menilai derajat serangan
asma, berat obstruksi, reversibilitas, variabilitas.
Uji provokasi bronkus dilakukan dengan menggunakan histamine,
metakolin atau beban lari
Analisis gas darah
Tatalaksana
Prognosis
Prognosis jangka panjang asma pada anak umumnya BAIK.
Faktor yang dapat mempengaruhi prognosis anak adalah :
Umur ketika serangan timbul, seringnya serangan asma, berat-
ringannya serangan asma, terutama pada 2 tahun sejak
mendapat serangan asma
Faktor atopi pada diri anak dan keluarganya
Lamanya minum ASI
Usaha pengobatan dan penanggulangannya
Apakah ibu/bapak atau teman sekamar atau serumah. Polusi
udara yang lain di rumah atau di luar rumah juga dapat
mempengaruhi
Penghindaran alergen yang dimakan sejak hamil dan pada
waktu meneteki
Jenis kelamin
kelainan hormonal
TB ANAK
5/13/2018 27
Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit
akibat infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis yang
bersifat sistemik sehingga dapat
mengenai hampir semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer.
28
Etiologi
29
M tuberculosis
Karakteristik :
1. Dapat hidup berminggu-minggu dalam kondisi
kering
2. Tidak punya endotoksin dan eksotoksin
3. Penyebaran hematogen
4. Berkembang lambat (24-32 hr)
5. Manifestasi klinis tidak spesifik
6. Kuman aerob, predileksi di paru
7. Dapat hidup dormant
30
Penyebaran
31
Penyebaran ...
Transmisi melalui udara dari orang dewasa
dengan droplet nuclei (percik renik)
Droplet nuclei : mengandung 2-3 basil, ukuran
kecil (1-5) dapat berada di udara dalam waktu
yang lama
Saat inhalasi, mencapai alveoli
32
Faktor yang mempengaruhi
penularan:
Jumlah kuman
Konsentrasi kuman di
udara
Virulensi kuman
Lama terpajan
Status imun penderita
33
Patogenesis
34
Masa inkubasi
Implantasi pertama primary complex
4-6 mg (2-12 mg) masa inkubasi
3 4
Mg I: logaritmic growth, : 10 -10 respons
seluler
Akhir masa inkubasi:
primary complex formation
cell mediated immunity
tuberculin sensitivity
35
Patogenesis ...
lymphadenitis
lymphangitis
primary focus
36
Penyebaran hematogen
Selama masa inkubasi, sebelum
terjadi infeksi TB:
lymphogenic spread
hematogenic spread
hematogenic spread (HS):
occult HS
acute generalized HS
37
Occult HS
Lebih sering terjadi
Sporadik , sedikit demi sedikit
Tidak menimbulkan gejala klinis
Kuman dapat mencapai berbagai organ
tubuh
Bersarang di organ yang mempunyai
vaskularisasi yang baik: otak, hati, tulang
dan persendian, ginjal
Termasuk : paru – di apeks (fokus Simon)
CMI (+): silent foci - dormant, dapat
mengalami reaktivasi
38
Acute HS
Jarang terjadi
Sejumlah besar kuman masuk dan
beredar dalam darah seluruh tubuh
Manifestasi klinis segera: TB diseminata
TB milier, meningitis TB
Ukuran tuberkel sama, gambaran rontgen
yg spesifik
39
Penyebaran hematogen
40
Tuberkulin
Mantoux 0.1 ml PPD intermediate strength
lokasi : volar lengan bawah
Pembacaan : 48-72 jam stlh injeksi
Pengukuran : palpasi indurasi
Pelaporan : dlm millimeter, walau ‘0 mm’
Diameter indurasi :
0 - 5 mm : negatif
5 - 9 mm : meragukan, ulang 2 mg
> 10 mm : positif
> 15 mm : positif pd balita dg BCG (+)
41
Uji tuberkulin (Mantoux tes)
42
Tuberkulin positif
1. Infeksi TB:
infeksi tanpa sakit / infeksi TB laten
infeksi DAN sakit
sakit, pasca terapi
2. Imunisasi BCG
43
Tuberkulin negatif
1. Tidak ada infeksi TB
2. Anergi
3. Dalam masa inkubasi
44
Anergi
Pasien dengan kompleks primer yang tidak
bereaksi dengan uji tuberkulin yang
disebabkan oleh supresi CMI:
TB berat: TB milier, meningitis TB
Gizi buruk
Pemakaian steroid jangka panjang
Infeksi virus tertentu: morbili, varicela
Infeksi bakteri berat: typhus abdominalis,
diphteria, pertusis
Vaksin virus: morbili, polio
Keganasan: Hodgkin, leukemia, ...
45
Manifestasi Klinis
46
Manifestasi klinis TB anak
Infeksi: uji tuberkulin (+), klinis (-/+), Ro (-)
Sakit:
Paru:
TB paru primer
TB milier
Pleuritis TB
Ekstra paru:
Kelenjar limfe
Otak dan selaput otak
Tulang dan sendi
Saluran cerna
Organ lain
47
Manifestasi sistemik
Demam lama, tidak tinggi
Anoreksia
BB tidak naik
Malnutrisi
Malaise
Batuk kronik berulang, think asthma!
Diare kronis
Lain-lain
48
Mikrobiologi
kultur (Lowenstein Jensen)
Konfirmasi diagnosis
Hasil (-) tdk menyingkirkan diagnosis TB
Hasil (+) : 10 - 62 % (biakan)
Metoda:
Biakan/kultur
radiometric (Bactec)
PCR
49
Radiologi, serologi , ...
50
Radiologi
Rutin : foto toraks AP dan lateral
Atas indikasi : tulang, sendi,
abdomen
Pemeriksaan foto toraks saja tidak
dapat mendiagnosis TB, kecuali
gambaran milier
51
Serologi
Sensitivitas: 19 – 68% Tergantung antigen
Spesifisitas: 40 – 98% dan tipe penyakit
Kekurangan
Hasil sangat dipengaruhi oleh:
- usia
- vaksinasi BCG
- paparan atypical Mycobacteria
- tidak dapat membedakan antara infeksi TB dan sakit
TB
52
Diagnosis
53
Diagnosis
1. Uji tuberkulin
2. Gambaran sugestif pd foto toraks
3. Manifestasi klinis
4. Mikrobiologi
5. Patologi
6. Hematologi
7. Diketahui sumber infeksi
8. Lain-lain : serologi, fungsi paru,
bronskoskopi
54
Clinical setting management
Mantoux
Suspect TB test
TB
infection positive negative
completed: not TB
Diagnosis TB Ro, lab
other
treatment etiologies
55
Sistem skoring diagnosis TB anak
Parameter 0 1 2 3 Nilai
Kontak TB Tidak - Diduga ada, BTA(+)
jelas BTA(-)
Uji tuberkulin negatif - - (+)
BB - BB/TB<90% Gizi buruk -
BB/U <80%
Demam yg - ≥ 2 mg - -
tdk diketahui
sebabnya
Batuk kronik - >3mg - -
Pembesaran - >1, >1cm,tidak - -
KGB nyeri
Tulang/sendi - Ada - -
pembengkakan
Foto toraks normal Sugestif TB - -
56
Catatan:
Diagnosis oleh dokter
BB dinilai saat pasien datang
Demam dan batuk yg tdk respons thd terapi baku
Foto toraks bukan alat diagnostik utama
Bila tjd reaksi cepat BCG (≤ 7 hr), evaluasi dg sistem
skoring
Diagnosis kerja TB anak, bila total skor >6
57
Tatalaksana
58
Prinsip terapi
Kombinasi obat
Risiko terjadi fall and rise phenomenon
Masing-masing obat punya efek yang berbeda
terhadap kuman
Dua fase :
Fase intensif (2 bl pertama)–efek bakterisidal
Fase lanjutan (4 bulan / lebih) – ‘sterilizing’ effect,
mengurangi kemungkinan relaps
59
Dosis antituberkulosis
Dosis harian
Obat (mg/Kg/hr)
Dosis maks/hr Efek samping
Streptomycin
15 - 40 1000 gr Ototoxicity nephrotoxicity
(SM)
Bila INH dikombinasi dg RIF dosis tdk boleh lebih 10 mg/kgBB/hr
60
Kortikosteroid
Anti inflamasi
prednison : oral, 1-2mg/kgBW/hr, 3 dosis
2-4 mg, tap off
Indikasi :
TB milier
Meningitis TB
Pleuritis TB dengan efusi
61
Evaluasi hasil pengobatan
Evaluasi klinis :
Panambahan BB
Perbaikan nafsu makan
Hilang/membaiknya gejala klinis (demam, batuk,
dll)
Pemeriksaan penunjang :
Foto toraks : 2 / 6 bl
Darah : LED
Tuberculin test : once positive, do not needed to
repeat !
62
Kegagalan terapi
Respons tidak adekuat dg terapi yg adekuat :
Evaluasi diagnosis, not a TB case ?
Evaluasi aspek lain : nutrisi, penyakit lain
MDR – jarang pada anak
63
IDAI FDC (H/R/Z:50/75/150 & H/R:50/75)
BB Intensif, 2 bl Lanjutan , 4 bl
(kg) (tablet) (tablet)
5-9 1 1
10-19 2 2
20-33 4 4
64
Profilaksis primer
Mencegah infeksi TB pd TB kelas I
Paparan (+), infeksi (-) uji tuberkulin (-)
Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hr
Sumber penularan harus diterapi
Paling sedikit 3 bulan
Ulang uji tuberkulin:
negatif: berhasil, stop INH
positif: gagal, TB kelas 2 lanjutkan dg profilaksis
sekunder
65
Profilaksis sekunder
Untuk mencegah sakit TB pada TB kelas 2
(paparan (+), infeksi (+), sakit (-)
Anak dg konversi uji tuberkulin
Populasi beresiko
Kurang 5 th, pubertas
Penggunaan steroid jangka panjang
Keganasan
Infeksi tertentu: morbili, pertusis
Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hr
Selama: 6-12 bulan
66
67