You are on page 1of 45

BASIC EYE EXAMINATION

dr. Sita Pritasari, SpM

Semarang Eye Center RSI Sultan Agung /


FK UNISSULA Semarang
Pemeriksaan mata
 Subjektif (allo / autoanamnesis) :
 Anamnesis yang baik, dapat untuk menentukan
80% dari diagnosis
 Identitas penderita : nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan
 Sacred seven ( Untuk RPS )
1. Keluhan utama
2. Onset
3. Lokasi( mata kanan / kiri )
4. Gejala yang menyertai
5. Terapi yang sudah diberikan
6. Faktor yang memperberat
7. Faktor yang memperingan
 Fundamental four :

1. Riwayat penyakit dahulu / riwayat


sakit sebelumnya
2. Riwayat penyakit sistemik
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Riwayat sosial ekonomi
 Obyektif

 Pemeriksaan visus
 Inspeksi (mata kanan lebih dulu,
sistematis dimulai dari anterior)
1. Kesan pasangan bola mata ( gerak &
posisi )
2. Supersilia, silia
3. Palpebra
4. Konjungtiva
5. Kornea
6. Camera oculi anterior
7. Iris
8. Pupil
9. Lensa
10. Korpus vitreum
11. Retina
Alat pemeriksaan

 Optotype
 Lampu batere
 Lensa + 20 Dioptri
 Kaca pembesar
 Lampu listrik 75 watt
 Cermin cekung berlubang
 Keratoskop placido
 Oftalmoskop
Pemeriksaan visus

 Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui visus


seseorang dan memberikan penilaian menurut ukuran
baku yang ada.
 Visus harus diperiksa walaupun secara kasar untuk
membandingkan visus kedua mata.
 Kedua mata diperiksa sendiri-sendiri, karena dengan
diperiksa binokuler tidak dapat diketahui adanya
kekaburan pada satu mata.
 Pada bayi dan anak preverbal, pemeriksaan visus
sentral dapat dilakukan dengan melihat reflek cahaya di
kornea dan kemampuannya dalam fiksasi dan mengikuti
obyek yang digunakan untuk pemeriksaan.
 Bila reflek cahaya terletak di sentral kornea, yang berarti
terjadi fiksasi di fovea, dan bila saat obyek digerakkan
penderita mampu mengikuti dengan baik, maka disebut
“kemampuan fiksasi dan mengikuti obyek adalah baik”,
yang berarti kemungkinan anak tersebut mempunyai
visus normal
 Pada umur 2½ - 3 tahun, anak sudah mampu mengenali
dan mengerjakan uji gambar-gambar kecil (kartu Allen).
 Pada anak umur 3 – 4 tahun umumnya sudah dapat
melakukan permainan “E” (“E” games), yaitu dengan
kartu Snellen konvensional dengan huruf E yang kakinya
mengarah ke berbagai arah, dan si anak diminta
menunjukkan arah kaki huruf E tersebut dengan jarinya.
 Pada anak umur 5 – 6 tahun keatas, umumnya sudah
dapat dilakukan pemeriksaan seperti pada orang
dewasa.
 Metode pengukuran visus yang umum adalah
menggunakan optotipe Snellen (Snellen chart).
 Penderita menghadap optotipe pada jarak 6 meter (20
feet).
 Mata diperiksa satu persatu dimulai mata kanan lebih
dulu, mata yang tidak diperiksa ditutup tanpa menekan
bola mata.
 Penderita diminta membaca huruf-huruf pada optotipe
mulai dari huruf yang paling besar pada deret paling atas
berturut-turut ke deretan-deretan di bawahnya. Ini
dicatat, dan dengan urutan kerja yang sama dilakukan
pula pemeriksaan untuk mata kiri.
 Bila penderita mampu membaca huruf-huruf deretan
paling atas tetapi tidak dapat membaca sampai deret 6/6
(20/20), maka nilai yang tercantum dipinggir deretan
huruf terkecil yang masih dibaca dicatat. Jika huruf yang
paling besarpun tidak dapat dibaca, penderita disuruh
maju sampai huruf terbesar tadi dapat dibaca dan
kemudian jarak tersebut dicatat.
 FOCAL ILLUMINATION
( PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR BOLA MATA )

 Tujuan : Untuk memeriksa 1/3 anterior bola mata, dimulai


supersilia, silia, palpebra, konjungtiva, kornea,
COA, iris, pupil dan lensa
 Dasar : Melakukan inspeksi segmen anterior bola mata
dengan pembesaran sederhana dan penyinaran yang
difokuskan. Sinar yang datang dari sumber cahaya
(biasanya lampu pijar ) dikumpulkan menggunakan
condensing lens dan difokuskan pada objek yang
akan diperiksa. Dilakukan inspeksi objek yang
diperiksa dengan menggunakan kaca
pembesar. Pemeriksaan dilakukan secara
sistematis dan berurutan
 Alat : - Lampu pijar
- Condensing lens
- Kaca pembesar
 Teknik : Lampu pijar diletakkan di samping
depan penderita dan menghadap
ke arah penderita ( berjarak ± 50
cm ). Sinar dari lampu pijar
dikumpulkan dan difokuskan pada
objek yang diperiksa dengan
condensing lens
Objek diperiksa dengan bantuan
kaca pembesar
 Nilai : Akan tampak seluruh bagian 1/3 anterior
bola mata dan dilihat kelainan yang ada
 Catatan : Untuk memeriksa mata kanan sebaiknya
lampu pijar diletakkan di sebelah kanan
depan penderita, dan sebaliknya
Skiaskopi
 Tujuan : menilai kejernihan media refrakta
 Dasar : Fundus okuli yang berwarna kuning
kemerahan akan menimbulkan reflek
fundus bila sisinari. Bila media refrakta
jernih, maka reflek fundus akan tampak
kuning cemerlang
 Alat : - Cermin cekung berlubang
- Sumber cahaya ( lampu pijar )
 Teknik : - Sumber cahaya diatur di samping
belakang penderita
- Skiaskop diarahkan ke pupil penderita,
diatur agar sinar dari sumber cahaya
jatuh tepat pada cermin skiaskop
- Skiaskop diatur sedemikian rupa
sehingga pantulan sinar dari skiaskop
jatuh pada pupil
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan cara
palpasi
 Tujuan : Untuk memeriksa tekanan bola mata
dengan palpasi memakai ujung jari
 Dasar : Merupakan pengukuran tekanan bola mata
dengan menekan bola mata dengan jari
pemeriksa.
 Teknik : - Penderita disuruh melirik ke bawah
dengan posisi wajah menghadap lurus
kedepan
- Kedua jari telunjuk pemeriksa diletakkan
pada kulit kelopak tarsus atas penderita.
- Jari-jari lain bersandar pada dahi
penderita
- Satu jari telunjuk mengimbangi tekanan
sedang jari telunjuk yang lain menekan
bola mata.
 Nilai : Dengan pengalaman sebelumnya dapat
dinyatakan tekanan bola mata N,
N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3, yang
menyatakan tekanan lebih tinggi
atau lebih rendah dari normal.
 Catatan : Cara ini sangat baik pada kelainan mata
bila tonometer tidak dapat dipakai
atau dinilai seperti pada sikatrik kornea,
kornea irreguler dan infeksi kornea.
Cara pemeriksaan ini memerlukan
pengalaman pemeriksa karena terdapat
faktor subyektif.
Kelainan bola mata/orbita
 Eksoftalmos :
• O.K pembesaran bulbus (bola mata menonjol)
– Makroftalmus
– Keratokonus
– Keratoglobus
– Stafiloma
• O.K tumor retrobulber (bola mata terdorong ke
depan) mis pada :
• Sellulitis
• Panoftalmitis
• Perdarahan retrobulber
• Morbus Basedow
Eksoftalmos
• O.K pembesaran bulbus
(bola mata menonjol)
– Makroftalmus
– Keratokonus
– Keratoglobus
– Stafiloma
Eksoftalmos
Bola mata menonjol
O.k tumor retrobulber
(bola mata terdorong ke
depan) mis pada :
Selulitis
Panoftalmitis
Perdarahan retrobulber
Morbus Basedow
Eksoftalmos
Kelainan bola mata
 Enoftalmos
– Mikrokornea
– Mikroftalmos
– Dehidrasi
– Fraktur tulang orbita shg jar.
retrobulber masuk ke rongga sinus
– Phtisis bulbi (bola mata mengecil
krn isi bola mata keluar)
– Atrofi bulbi (bola mata mengecil
krn tekanan bola mata menurun
sedangkan isi bola mata tetap)
Kelainan bola mata

 Pasangan bola mata tidak


lurus:
– Strabismus :
• Manifest
– Paralitik
– Non Paralitik
• Laten
Palpebra
 Otot kelopak mata
 M.orbikularis okuli
 Inervasi: n.Fasialis
 Fungsi: menutup mata
 M.levator palpebra
Inervasi:
N.okulomotorius
Fungsi: membuka
mata
 M.tarsalis mulleri
Inervasi syaraf
simpatis
Fungsi: pertahankan
buka palpebra
Palpebra
Secara anatomis dibagi 4 lapisan :
• Lapisan epidermal :
• Lapisan muskular :
– m. Levator palpebra
– m. Orbikularis okuli
– m. Mulleri
– m. Riolani
• Lapisan tarsal : jaringan ikat padat sbg
kerangka palpebra. Pada tarsus ada
Gld.Meibom dng produksi sebum Fungsi
:
• Memberi bentuk palpebra
• Origo & insertio otot
• Memberi kekuatan pada palpebra
• Lapisan konjungtiva
Palpebra
• Pada pemeriksaan palpebra harus
diperhatikan :
• Bentuk
• Pasangan
• Gerakan
• Silia
Palpebra
Fungsi Gerakan menutup
– Oleh m. Orbikularis okuli dipersarafi
 Melindungi bola mata oleh n. Facialis
– Bila lumpuh–»lagopthalmos
 Pemerataan hasil sekresi (kelopak mata tidak dapat menutup)
kelenjar air mata Gerakkan membuka
– Oleh m.Levator palpebra dipersarafi
 Mendorong korpus alineum oleh n.Occulomotorius
– Bila lumpuh –»blepharoptosis
keluar (kelopak mata tak dapat membuka)
 Fiksasi bola mata • Pertahankan membuka
– Oleh otot polos m.Mulleri
Kelainan palpebra
1. Kelainan bawaan :Ptosis,Coloboma palpebra,Epicanthus,
ankyloblepharon.
2. Kelainan bentuk palpebra :Coloboma palpebra, Epicantus,
Epiblepharon, Blepharophimosis
3. Infeksi/radang :Hordeolum, Kalazion, Blepharitis, Abses
palpebra, Herpes Zoster, Herpes febrilis, Oedema palpebra.
4. Alergi :Dermatitis palpebralis, Atopik dermatitis.
5. Tumor :Kista dermoid, Xanthelasma, Molluscum
contagiosum,Haemangioma, Neurofibromatosa, squamous
cel Ca, Sebacea cel Ca,Melanoma maligna, Basalioma.
6. Kelainan posisi palpebra : Entropion, Ectropion.
7. Kelainan fungsi palpebra : Blepharoptosis,
Blepharospasme, Lagopthalmus.
8. Kelainan degenerasi : Blepharochalasis, Xanthelasma
1. Kelainan bawaan : Kelainan palpebra
1. Ptosis :Ptosis adalah istilah yang diberikan
untuk posisi palpebra yang jatuh kebawah
(tidak bisa membuka)
2. Coloboma palpebra :Coloboma palpebra
adalah hilangnya tepi palpebra dan
membentuk suatu lekukan segi tiga, tidak
didapatkan bulu mata dan kelenjar2 pada
palpebra.
3. Epicanthus: Epicanthus merupakan lipatan
kulit semilunair (lipatan yang tegak lurus),
mulai dari pangkal hidung menuju kecanthus
internus
4. Ankyloblepharon:Ankyloblepharon adalah
suatu perlekatan antara 2 tepi palpebra yaitu
margo palpebralis superior dan inferior
5. Distichiasis : keadaan dimana cilia tumbuh
bersusun/ berderet beberapa baris
menempati tempat glandula Meibom
• Bentuk Palpebra
Kelainan palpebra
Kelainan-kelainan :
1.Coloboma Palpebrae : terdapat defect pada palpebra. Dapat
congenita/aquisita misal karena radang/ trauma.
2. Epicanthus.
Ialah lipatan vertikal pada bagian nasal mata. Biasanya bilateral. Sifatnya
congenita dan rasial.
3. Epiblepharon.
Ialah lipatan yang sejajar dengan margo palpebrae inferior. Dapat
mengakibatkan cilia mengarah kedalan dan mengiritasi mata.
4. Blepharophimosis.
Ialah lipatan kulit vertikal pada temporal mata. Sehingga lobang kelopak
mata mengecil.
Causa : conjunctivitis yang sangat chronis
Kelainan palpebra
• INFEKSI/ RADANG
– HORDEOLUM.
• Hordeolum internum : apabila yang terkena glandula
Meibom.
• Hordeolum eksternum: apabila yang terkena glandula Zeis
dan Moll
– KALAZION Kalazion ini merupakan cysta akibat peradangan
lipogranuloma kronik dari glandula Meibom sehingga saluran
ekskresi menjadi tersumbat.
– BLEPHARITIS. Blepharitis adalah suatu radang kronik tepi
palpebra
• Blepharitis squamousa
• Blepharitis ulcerosa
ABSES PALPEBRA. Abses maupun furunkel dapat
terjadi pada palpebra
HERPES ZOSTER OPTHALMICUS. .Herpes zoster
opthalmicus adalah suatu infeksi oleh virus Herpes zoster
pada ganglion gaseri (n.V)
HERPES FEBRILIS. Pada penyakit ini terdapat vesicel
pada palpebra, yang terjadi pada penyakit panas terutama
yang disebabkan infeksi saluran napas bagian atas
OEDEMA PALPEBRA. Sebenarnya ini merupakan gejala
umum dari suatu peradangan, sehingga sering hanya
merupakan tanda dari beberapa keadaan antara lain :
penyakit penyakit inflamasi, non inflamasi, penyakit
sistemik, trauma.
Palpebra
Kelainan posisi palpebra
• Ektropion : Tepi kelopak mata
mengarah keluar :
– Ektropion senilis
– Ektropion sikatrikalis
• Entropion :Tepi kelopak mata
mengarah kedalam, shg bulu
mata menggesek cornea
Palpebra

• Herpes zoster oph.

• Hordeolum
Palpebra
• Trichiasis

• Haemangioma
Palpebra
• Moluscum contagiosum

• Abses
Kelainan fungsi palpebra
• Blepharoptosis

• Lagophthalmos

• Xanthelasma
Aparatus lakrimalis
• Terdiri atas :
 Pars glandula lakrimalis
 Bag.yang produksi air mata
 Pars ekskretorius
 Bag yang menampung air mata
dan mengalirkan ke hidung
 Glandula sekretorius assesorius
 Gld.Krause, gld Wolfring, sel
goblet
 Persarafan :
 N.trigeminus  sensoris
 N.simpatis  lwt gln.cervicale
 N.fascialis  parasimpatis
Glandula lakrimalis
• Terdiri atas :
– Pars orbitalis
– Pars palpebralis
Saluran sekresi  duktuli lakrimalis 6-12 buah bermuara di forniks
superior sebelah lateral. Bisa tertutup oleh proses sikatrik akibat :
 Trakhoma
 Trauma kimia
 Steven Johnson syndroma
Akibatnya produksi air mata berkurang/ tidak ada sehingga
menyebabkan keratitis sicca
Mekanisme pengaliran air mata :
 Diproduksi gld.lakrimalis  dikumpulkan di forniks superior
 Diratakan ke bola mata dengan cara berkedip
 Kemudian masuk ke pars ekretorius melalui pungtum
Pars ekretorius
• Terdiri atas :
– Pungtum lakrimalis
– Kanalikuli lakrimalis
– Sakus lakrimalis
– Duktus lakrimalis
– Meatus lakrimalis (ada valvula Hasner)
• Mekanisme pengaliran air mata
– Gerakan berkedip
– Gerakan peristaltik
– Gaya berat (gravitasi)
– Gaya kapiler
– Gaya pompa (dari lig.canthi)
• Tersumbat  nrocos  epifora
Lakrima
• Adalah organ tubuh yang secara reflektoris memproduksi
air mata
• Fungsi air mata:
– sebagai cairan pelindung terhadap kekeringan dan
– sebagai antibakterial karena mengandung enzim
lisozim
– sebagai pelicin pada waktu berkedip
Lakrima
• Air mata terdiri dari 3 lapis :
– Mukus : dihasilkan oleh sel goblet konjungtiva
– Cair : dihasilkan oleh gld.Lakrima
– Berminyak : dihasilkan oleh gld.Meibom
Lakrima
• Air mata berlebih  nrocos/berair
– Lakrimasi  hiperproduksi, o.k
• Reflek rangsang sensoris n.V (pada keratitis,
iridosiklitis, glaukoma, korpus alienum)
• Reflek simpatis  menangis
– Epifora  produksi normal ttp saluran tersumbat /
kurang lancar.
• Pada pungtum :
– eversi (mengarah keluar)
– inversi (mengarah kedalam)
• Pada kanalikuli : ada stenosis
• Pada sakus lakrimalis : ada dakriosistitis
• Pada duktus lakrimalis : ada stenosis
• Pada meatus lakrimalis : tertutup membran
Tes air mata
• Uji produksi  tes Schirmer
Dng strip kertas saring dipasang pada
konjungtiva, normal  5 menit basah
semua
• Uji saluran :
– Tes flourescein
• Mata ditetes flourescein 2%.
Normal  flourescein masuk
ke hidung
– Tes anel
• Pungtum ditusuk jarum
tumpul  disemprot air, akan
terasa masuk hidung (pada
bayi terlihat reflek menelan)
Radang
• Dakrioadenitis
– Radang pada glandula
lakrimalis
• Dakriosistitis
– Radang pada sakus
lakrimalis

You might also like