You are on page 1of 8

PENDIDIKAN DALAM

PERSPEKTIF STRUKTURAL
KONFLIK (MARX)
Pierre Bourdieu (1930-2002) adalah sosiolog Perancis dan penulis yang
dikenal karena pandangan politiknya yang vokal dan keterlibatannya dalam isu-isu
publik. Bourdieu adalah salah satu pemain terkemuka dalam kehidupan intelektual
Perancis. Ia menjadi ―referensi intelektual‖ bagi gerakan yang menentang neo-
liberalisme dan globalisasi, yang berkembang di Perancis dan bagian dunia lain
selama 1990-an.

Filsuf-filsuf yang Mempengaruhi Bourdieu


Karya Bourdieu dibangun di atas teori-teori Ludwig Wittgenstein, Maurice Marleau-
Ponty, Edmund Husserl, Georges Canguilhem, Karl Marx, Gaston Bachelard, Max
Weber, Emile Durkheim, dan Norbert Elias. Pengaruh yang terlihat jelas terhadap
Bourdieu adalah dari Blaise Pascal, terhadap siapa Bourdieu memberi judul
bukunya Pascalian Meditations.
1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pross
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat

2) pendidikan dalam struktural konflik melihat bahwa setiap individu di dalam kelas
mempunyai perbedaan pendapat, kepentingan, dan keinginan yang dapat memunculkan
konflik,

3) Konflik dapat berakibat posisit dan negatif. Konflik di dalam kelas bersifat positif
manakala terjadi persaingan yang sehat antarsiswa, sehingga saling berlomba untuk
menjadi juara. Konflik di kelas dalam arti negative, akan menimbulkan persaingan yang
tidak sehat dengan saling menjatuhkan antara siswa yang satu dengan lainnya,

4) konflik negatif yang terjadi di kelas dapat menjadi positif manakala guru mampu
mengelola konflik dengan baik.
PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK
(MARX)

• Tesis yang dikemukakan Marx dan Engels tentang pendidikan:


1. Pendidikan cenderung bersifat kelas  konsekuensinya mereka
menyarankan untuk membebaskan pendidikan dari pengaruh kelas
yang berkuasa. Tesis ini didasarkan atas fenomena :
a) sekolah merupakan sarana dari kaum kapitalis untuk meneruskan
posisinya kepada keturunannya.
b) fungsi sekolah : (i) mempersiapkan anak-anak kaum elit
menggantikan posisi orang tuanya; (ii) mengarahkan anak-anak
kaum pekerja untuk membiasakan diri mereka pada status yang
lebih rendah.
2. Pendidikan seharusnya untuk mengakhiri perjuangan kelas:
– membantu proses perubahan masyarakat menuju masyarakat
tanpa kelas.
3. Pendidikan sebagai lembaga yang otonom akan punah:
• artinya, pendidikan tidak bisa lagi mengekang dan mengatur
tingkah laku manusia, apalagi mengindoktrinasi, karena dalam
masyarakat tanpa kelas, manusia adalah makhluk yang bebas
terutama dari rasa asing terhadap dirinya sendiri.
Pendekatan Materialisme
historis dari Marx
• Perjuangan kelas menurut pemikiran Marx, dapata ditelusuri dari materialisme
historis:
1. Means of production (cara-cara berproduksi): sesuatu yang digunakan untuk
memproduksi kebutuhan material dan untuk mempertahankan
eksistensi/keberadaan industri kecil, industri menengah, industri besar
2. Relations of production (relasi-relasi dalam berproduksi): relasi sosial yang
terjadi di masyarakat dalam kaitannya dengan kegiatan produksi peran sosial
yang terbagi kepada individu-individu dalam aktivitas produksi.
3. Mode of production (sarana berproduksi): cara mengorganisasikan produksi
basis ekonomi masyarakat membentuk relasi-relasi sosial masyarakat
pertanian (pemilik/tuan tanah); masyarakat industri (pemilik
modal/pabrik/industri).
4. Force of production (kekuatan untuk berproduksi):
1. pada masyarakat feodal: kekuatan produksi ada pada tanah, alat-alat
pertanian dan teknik penggarapan.
2. Pada masyarakat industri: kekuatan produksi pada teknik industri, ilmu,
modal, teknologi.
TEORI KONFLIK DARI MAX WEBER

• Di dasarkan pada stratifikasi atau


pengelompokkan yang terjadi di dalam
kehidupan masyarakat.
– Weber melihat bahwa perbedaan dalam
stratifikasi tersebut disebabkan adanya
KELOMPOK-KELOMPOK STATUS.
– Suatu kelompok status biasanya memiliki
nilai-nilai budaya yang sama, termasuk gaya
hidup; kesamaan bahasa; fashion style,
upacara ritual yang sama, olah raga, rasa
seni yang sama, dan sebagainya.
Tiga Sumber Terbentuknya
Kelompok Status:
1. perbedaan situasi atau keadaan ekonomi (Weber
menyebutkan dengan kelas yang berbeda)
2. perbedaan posisi kekuasaan atau politik
3. perbedaan kondisi sosial, budaya atau lembaga.

• PENDIDIKAN adalah bagian dari budaya kelompok status


tertentu, konsekuensinya:
1. Sekolah bersifat elitis (sepanjang suatu kelompok status
mampu melakukan kontrol pendidikan, maka kontrol itu akan
digunakan untuk membantu anggota-anggotanya
mempersiapkan orang-orang untuk masuk ke dalam
klik/lingkaran kelompok tersebut).
2. Pendidikan kemudian dianggap sebagai bagian dari
mekanisme penempatan tenaga kerja/alat seleksi (sebagai
syarat formal untuk menyeleksi orang-orang yang “berbudaya”
sama)  persaingan antar kelompok status
Lanjutan…

• Berdasarkan situasi yang demikian itu, maka menurut


Randall Collins:
– Ekspansi pendidikan di AS bukan karena persyaratan
teknis di mana dunia kerja membutuhkan tenaga kerja
berkeahlian tinggi, tetapi karena persaingan antar
kelompok status dalam memperebutkan kekayaan,
kekuasan dan status.
– Pendidikan justru semakin memperkuat keberadaan
“kebudayaan kelompok status”
– Pendidikan juga mengajarkan perbedaan in group dan out
group
– Pasar kerja menjadi tempat yang paling menentukan
dalam melakukan seleksi anggota-anggotanyakualifikasi
pendidikan digunakan sebagai alat untuk melakukan
seleksi terhadap tenaga kerja.

You might also like