You are on page 1of 33

Clinical Science Session

HERNIA, HIDROKEL dan


UNDESENSUS TESTIS
Dany Halim 1301-1206-0113
Dendy Hendriansyah 1301-1206-0114
Sri Wahyu Evianti 1301-1206-0118
Hernia
Pendahuluan
 Protrusi atau penonjolan isi suatu rongga

bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut


menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut.
 Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi
hernia.
 Berdasarkan terjadinya → hernia bawaan dan
hernia dapatan. Hernia diberi nama menurut
letaknya, misal inguinal, umbilikal atau
femoral.
 Menurut sifatnya, hernia reponibel → isi hernia
dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk jika berbaring atau
didorong masuk → tidak ada keluhan nyeri
atau gejala obstruksi usus.
 Ireponibel → isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan kedalam rongga → biasanya
disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia → hernia akreta.
Tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.
 Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia →
h.inkerserata/strangulata → isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali kerongga
perut disertai akibatnya berupa gangguan
pasase/vaskularisasi.
 Secara klinis, h.inkarserata dimaksudkan untuk
h.ireponibel dengan gangguan pasase
sedangkan gangguan vaskularisasi → hernia
strangulata.
 Hernia inkarserata → operasi terbanyak
nomor dua setelah opersai darurat untuk
apendisitis. Selain itu hernia inkarserata
merupakan penyebab obstruksi usus nomor
satu di Indonesia.
 Hernia Richter → mengalami strangulasi
hanya sebagian dinding usus, biasanya pasase
usus masih ada. Mungkin terganggu karena
usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus.
 Hernia eksterna → hernia yang menonjol
keluar melalui dinding perut, pinggang, atau
perineum.
 Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa
kantong hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut seperti foramen winslow, resesus
retrosekalis atau defek dapatan pada
mesentrium.
 Hernia insipien merupakan hernia indirek
yang berada dikanalis inguinalis,
ujungnya tidak keluar dari anulus
eksternus. Jika kantung suatu hernia
menonjol ke dalam celah antara lapisan
dinding perut → hernia interparietalis atau
hernia interstitialis.
 Pada hernia inguinalis lateralis ujung kantung
hernia mungkin terletak di dalam kanalis
inguinalis di antara lapisan otot. Apabila
sebagian dinding kantung hernia terbentuk dari
organ yang merupakan isi hernia seperti
sekum, kolon sigmoid, atau kandung kemih,
→ hernia geseung berr.
 Hernia spiegel muncul melalui tempat lemah
diantara tepi lateral m.rektus abdominis
dengan linea semisirkularis → jarang terjadi
 Hernia lumbalis menempati dinding perut
bagian lateral, contohnya hernia sikatyrik pada
bekas luka operasi ginjal.Hernia sikatriks atau
hernia insisional terjadi pada bekas luka
laparotomi.
 Bentuk hernia yang lain yang jarang
dijumpai ialah hernia obturatia, dan hernia
diafragmatika melalui foramen bochdalek
di diafragma. Hernia littre adalah hernia
dengan divertikulum Meckel sebagai isi
kantong hernia.
1. Hernia Inguinalis
 Indirect → hernia inguinalis lateralis, karena

keluar dari rongga peritonium melalui anulus


inguinalis internus, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis
extrenus. Apabila hernia ini belanjut, tonjolan
sampai ke scrotum → h. scortalis.
 Direct → hernia inguinalis medialis,
menonjol langsung kedepan melalui
segitiga Hesselbach. Kerena tidak keluar
melalui canalis inguinalis dan tidak ke
scrotum, pada umumnya tidak disertai
stangulasi karena cicin longgar.
Etiologi
 Anomali konginetal atau karena didapat.
Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi
hernia.
 Proses turunnya testis mengikuti prosesus
vaginalis. Tekanan intraabdomen yang meninggi
secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan asites sering terjadi
hernia inguinalis.
Diagnosa
 Gejala dan tanda klinik hernia banyak
ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel → adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri batuk,
bersin, atau mengedan, dan menghilang
setelah berbaring.
 Keluhan nyeri jarang, jika ada dirasakan
didaerah epigastrium atau paraumbilical
berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesentrium sewaktu satu segmen usus halus
masuk kedalam kantung hernia. Nyeri
disertai mual atau muntah timbul kalau
terjadi inkaserasi karena ileus atau stangulasi
karena nekrosis atau gangren.
2. Hernia umbilikalis
 Hernia kongenital umbilikus yang hanya
ditutup peritoneum dan kulit. Dengan
gambaran klinik penonjolan yang
mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cairan umbilikus akibat peninggian
tekanan intraabdomen.
3. Hernia Para Umbilikalis
 Merupakan hernia melalui suatu celah di
garis tengah di tepi kranial umbilikus,
jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan
secara spontan jarang terjadi sehingga
umumnya diperlukan operasi koreksi.
Terapi hernia
 Konservatif sambil menunggu penyembuhannya

melalui proses alami, dapat dilakukan pada hernia


umbilikalis sebelum anak berusia 2 tahun. Terapi
konservatif berupa alat penyangga digunakan sebagai
pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset
pada hernia ventralis. Hernia inguinalis → tidak
dianjurkan.
 Umunya terapi operatif merupakan satu-satunya yang

rasional.
Hidrokel
 Terjadi bila prosesus vaginalis tidak
mengalami oblitersi sempurna dan
meninggalkan lumen berdiameter kecil
sehingga cairan rongga peritoneal turun
masuk ke tunika vaginalis. Kadang-
kadang pada anak yang lebih besar dapat
disebabkan oleh trauma, inflamasi atau
tumor testis.
Gambaran klinis
 Terdapat massa di skrotum yang berubah

ukuran berhubungan denga aktivitas pasien.


Benjolan teraba kistik, tidak sakit, berisi
cairan→dibuktikan dengan tes
transluminasi→diperiksa diruang gelap atau
dengan bantuan kertas yang digulung, sinar
senter diarahkan ke rongga menghasilkan sinar
yang berpendar dalam benjolan.
Penatalaksanaan
 Prosesus vaginalis masih mungkin mengalami

obliterasi sempurna setelah bayi berumur 2


tahun. Bila tidak menghilang, maka tindakan
bedah dikerjakan pada usia 2 tahun. Prosedur
bedah yang dilakukan sama dengan pada
herniotomi yaitu ligasi prosesus vaginalis
seproksimal mungkin.
Undesensus Testis
 Kriptorkismus → skrotum dalam
keadaan kosong artinya tidak terisi testis.
Testis berada retroperitoneal turun dari
bawah ginjal menuju skrotum pada bulan
ke-6 atau permulaan bulan ke-7
kehidupan intrauterin.
 Desensus total biasanya (95%) sudah
berlangsung pada waktu lahir aterm.
Desensus lengkap ditemukan pasa 80% anak
yang lahir prematur. Dari testis yang
tertinggal , 70% menyelesaikan proses
penurunan sebelum anak mencapai usia satu
tahun.
Etiologi
 Desensus testis dirangsang dan dicetus oleh HCG

dari ibu pada bulan terakhir kehamilan.


Kriptorkismus dapat disebabkan oleh:
1. Testis tersembunyi
a. Testis tidak turun (undescended testes)
 Arrested testes, testis berhenti di jalur penurunan

testis munuju skrotum. Testis dapat masih terletak


di intraabdominal, dalam kanalis inguinalis atau
di pintu masuk skrotum.
 Retyractile testes, berada dalam skrotum,
kadang-kadang tertarik ke atas akibat
kontraksi muskulus kremaster yang
terlalu kuat → palpasi testis ditemukan di
dalam skrotum.
b.Testis ektopik, testis terletak diluar jalur
penurunan testis menuju skrotum. Testis
sudah keluar tapi tidak menuju skrotum
melainkan tetap di inguinal, di atas fasia
atau berada di perineal.

2. Testis tidak ada, karena tidak terbentuk.


(absent testes), atau testis disgenesis/atrofi
 Kriptorkismus dibedakan dengan testis
ektopik, dimana keadaan tidak disebabkan
oleh gangguan hormonal, melainkan oleh
inseri abnormal gubernakulustis. Retensio
testis yang terbentuk ktiptorkismus sejati
lebih sering mengalami degenerasi
keganasan dan gangguan spermatogenesis.
 Perimbangan dan faal hormonal pada kriptorkismus
atau testis ektopik tidak terganggu. Insidensi
karsinoma testis meningkat pada kriptorkismus
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan radiologi

→USG dilakukan untuk mencari lokasi testis.


→Pemeriksaan kromatin seks dilakukan bila
jenis kelamin tidak jelas
Penatalaksanaan
 Bila testis tidak ditemukan dengan

pemeriksaan klinis, maka tidak adanya testis


harus dibuktikan dengan pembedahan
eksplorasi luas pada rongga rettroperitoneal
dan transperitoneal melalui insisi yang agak
diperlebar di daerah inguinal.
Bila lokasi testis telah ditentukan, maka dilakukan:
Terapi hormonal dengan hcg 2.500 per unit perhari

dibagi dalam 4 im. Terapi ini dilakukan sebelum usia


anak mencapai 2 tahun.
Terapi pembedahan. Dilakukan orkidopeksi untuk:

 mencapai fertilitas
 mencegah terjadinya torsio testis
 memperbaiki hernia konkomitan
 mempermudah pemeriksaan bila terjadi tumor
testis
 efek psikologi dan kosmetik
Komplikasi
 keganasan

 gangguan fertilitas

 torsio testis

 resiko cedera

 hernia inguinalis

You might also like